18

Hazel membuka pintu rumah sederhananya itu. Satu air mata kembali terjatuh saat ia menginjak keramik putih yang mulai kusam.

Hazel langsung berlari memeluk badan gempal mbok Darmi saat melihat wanita itu berdiri menunggunya di ruang tengah.

Hazel membenamkan wajahnya pada pundak wanita gempal itu, memecahkan tangisan yang sangat pedih menyayat hati.

"Apa yang harus aku lakukan, Mbok? Apa?" tanya Hazel tergugu.

"Aku bingung, aku tidak tahu harus ke mana, Mbok. Tolong bilang sama aku, aku harus bagaimana?" tanya Hazel kembali.

Semakin kencang tangisannya semakin erat pula ia memeluk badan wanita itu. Tidak tahu harus berbuat apa, hanya bisa pasrah dengan segalanya.

"Sabar ya, Nduk. Kita berdoa saja, Mbok yakin Allah akan memberikan jalan."

"Aku gak tahu lagi harus bagaimana, Mbok. Manusia itu, bahkan mereka sama sekali tidak memiliki nurani. Kenapa mereka memperlakukan aku sekejam ini?"

"Yang sabar, Hazel. Mereka bisa memperlakukanmu begini. Tetapi suatu saat dunia yang akan memperlakukan mereka lebih kejam dari ini. Percayalah."

"Surya masih darah keturunan mereka, Mbok. Surya masih anak mas Iqbal, tapi kenapa? Kenapa aku meminta hak kami saja harus sesakit ini?"

Mbok Darmi hanya bisa diam, ia mengelus pundak Hazel untuk menenangkan wanita itu.

Terus terang hatinya teriris, sebagai seorang Ibu, mbok Darmi paham betul bagaimana sulitnya membesarkan anak seorang diri. Terlebih lagi dengan anak yang memiliki kebutuhan khusus.

Bukan lagi lelah raga, namun juga lelah tenaga dan juga jiwa. Entah kapan semua ini menemukan jalan, dia juga tidak mampu untuk membantu. Hanya doalah yang selalu terpanjat di setiap sujud.

"Sudah, jangan pernah lagi ke sana, Hazel. Si Mbok mohon, jangan ke sana lagi."

"Jadi aku harus ke mana, Mbok? Aku harus ke mana? Haruskah aku menyusul mas Iqbal."

"Hush ... jangan bicara seperti itu. Lelah boleh, tapi menyerah jangan. Ikhlaskan apapun yang terjadi, Hazel. Ingat, Surya bukan hanya titipan, Allah. Tetapi Surya juga ladang pahala untukmu, kelak di sana. Surya yang akan berjuang menyelamatkanmu, hem."

Hazel melepaskan dekapannya dan memandang wajah wanita gempal itu. Tangan keriput wanita paruh baya itu menghapus air di pipi pucat Hazel.

"Ingat, Hazel. Dunia ini kejam, tetapi sekejam-kejamnya dunia, kita masih punya tempat untuk berteduh dan mengeluh. Jangan khawatir, masih ada Allah bersama kita."

Seperti mendapatkan bantuan, serasa ada perasaaan lega yang memasuki relung hati Hazel. Seberat apapun yang di alami manusia, memang hanya Dialah tempat kita mencari dan meminta.

Sebab di mana masalah itu datang, maka di sana pula masalah itu kembali. Dan satu-satunya tempat segala sesuatunya kembali, hanya pada Dia. Sang Maha Pencipta Segalanya.

***

Hazel menyeret sebuah ember, bersiap untuk mengepel lantai cafe. Dua orang wanita berjalan tanpa melihat tanda yang diberikan Hazel.

Satu di antaranya hampir jatuh dan terjungkal. Nasib baik teman wanita itu sigap menangkap tubuh kawannya.

"Hei, kamu!" teriak teman wanita yang hampir terjatuh itu.

Hazel membalikan badannya, melihat suara lantang yang memanggilnya itu. Matanya melebar, saat melihat rivalnya ada di sana.

"Hazel?" ucap wanita itu ketus.

"Serli, kamu kenapa di sini?" tanya Hazel kaget.

Wanita itu menyilangkan kedua tangannya di dada, wajahnya berubah angkuh seketika.

"Jadi dia pelayan cafe ini, pantas saja kerjanya gak becus!" ketus Serli.

"Maksud kamu?"

"Kamu masih bertanya maksud aku? Teman aku, Sharon. Hampir terjungkal karena kamu mengepel terlalu basah."

Hazel melihat ke arah wanita yang dikatakan Serli itu, ia berjalan mendekati Sharon dan menundukan badannya.

"Maaf, Mbak. Mbak gak apa-apa?" tanya Hazel lembut.

"Dia baik-baik saja karena aku yang menjaganya. Seandainya dulu mas Iqbal tidak memutuskan pertunangan kami. Mungkin sampai sekarang dia masih baik-baik saja," jawab Serli angkuh.

"Mas Iqbal meninggal karena takdir. Bukan karena siapa yang dia nikahi," jawab Hazel tegas.

"Serli, kamu kenal dia?" tanya Sharon yang masih bingung oleh keadaan temannya ini.

"Jelas aku tahu. Dia, gadis yang sudah merebut mas Iqbal dariku. Membuat seluruh keluargaku malu karena pernikahan yang batal. Semua itu karena dia," jawab Serli emosi.

"Oh, jadi dia." Sharon memandangi wajah Hazel dari atas sampai bawah.

"Ternyata selera mantan tunanganmu hanya sebatas dia?" tanya Sharon angkuh.

Sementara, langkah Ardan terhenti di depan pintu cafe. Ia menyaksikan pertengkaran antara dua wanita itu dari ujung sini.

"Sialan, Arfan. Dia bilang ingin bicarain soal masalah Arfi, kenapa malah ada Sharon di sini?" rutuk Ardan geram sendiri.

Ardan mengeluarkan ponselnya, menelpon kembarannya di seberang sana. Siap meluncurkan segala makian pada lelaki itu, sahabatnya dari bayi.

"Panggilkan Manager cafe ini!" perintah Sharon ketus.

Hazel menganggukan kepalanya, memanggil pria setengah dewasa yang menjadi penanggung jawab cafe itu.

"Permisis, Mbak. Ada yang bisa saya bantu?"

Sharon mengeluarkan sebuah kartu, meletakannya ke atas meja dengan sedikit membanting.

"Aku, tidak akan menjadi member lagi di sini."

Lelaki itu terkejut, ia mengambil kartu itu dan melihat ke arah Hazel.

"Karyawan anda ini, tidak becus dalam bekerja. Dia mengepel lantai terlalu basah, aku hampir terjungkal karena dia. Kalau aku sampai jatuh, bagaimana?" tanya Sharon ketus.

"Maaf, Mbak. Kami minta maaf atas kesalahan itu. Tapi bisakah Mbak tidak membatalkan member ini?"

Sharon menyilangkan kedua tangannya di dada. Serli membisikan sesuatu ke telinga Sharon. Gadis itu mengangguk dan tersenyum sinis.

"Baik, aku akan tetap menjadi member di cafe ini. Tetapi jika wanita ini dipecat!"

Seketika mata Ardan teralih pada perkumpulan wanita itu. Ia mematikan panggilannya yang sama sekali tidak dijawab. Sudah pasti, Arfan yang merencanakan pertemuannya dengan Sharon kali ini.

"Cih ... dasar Arfan buta. Gadis sempurna, sempurna apanya? Angkuhnya bahkan seakan-akan dia pemilik dunia," ucap Ardan menggelengkan kepalanya.

Ia kembali membuka pintu kaca cafe dan keluar dari sana. Bosan melihat tingkah-tingkah wanita yang angkuhnya luar biasa.

"Maaf, Mbak. Tetapi kami ada prosedurnya saat memecat karyawan. Tidak bisa sembarangan."

"Baiklah. Kalau begitu, aku akan membatalkan menjadi member dan juga akan mengatakan pada teman-teman. Bahwa pelayanan cafe ini, kacau," ancam Sharon lembut.

Manager cafe itu menghela napasnya, ia beralih pada Hazel.

"Hazel, maaf. Kamu tahu kalau cafe ini kesulitan pelanggan akhir-akhir ini. Kita tidak bisa lagi mempertahankanmu."

Hazel memejamkan matanya sejenak, menikmati sesak dalam dadanya yang kian bertambah berat.

"Baik, Pak." Hazel mengambil ember itu dan membawanya ke arah dapur.

Rasanya kali ini dia memang tidak bisa lagi bertahan. Sudah cukup dengan segala penghinaan ini. Cukup dengan kata-kata kasar yang selalu menyayat hati.

Ia masih bisa mencari pekerjaan yang lainnya, tetapi kali ini. Biarlah dia mempertahankan harga dirinya.

Manager lelaki itu berjalan ke arah dapur, melihat Hazel yang mulai mengganti seragamnya. Ia tersenyum dan menyerahkan sebuah amplop ke tangan wanita itu.

"Makanlah dulu sebelum pulang. Ini gajimu bulan ini, maaf Hazel. Saya tidak berdaya," ucap lelaki itu lembut.

Hazel tersenyum dan menganggukan kepalanya. Mengambil amplop yang diberikan Manager cafe itu.

"Hazel, saya akan merekomendasikan kamu dengan teman saya yang bekerja di cafe lain. Semoga setelah ini kamu masih bisa bekerja dengan baik ya."

"Terima kasih, Pak. Maaf saya mengacaukan cafe, malam ini."

"Saya bukan baru lagi di dalam dunia ini, Hazel. Terkadang, orang-orang seperti mereka memang ada. Saya tidak menyalahkanmu, tetapi saya juga tidak bisa mempertahankanmu."

"Saya memgerti, Pak. Kalau begitu, saya pamit ya, Pak." Hazel tersenyum dan meraih tasnya.

Keluar dari pintu belakang cafe, Hazel duduk di antara kursi yang ada di belakang cafe. Menunggu Rania untuk mengucapkan selamat tinggal.

Lima belas menit menunggu, Rania keluar dengan wajah sendunya. Memeluk badan Hazel dengan erat.

"Hazel, maaf aku tidak bisa membantumu," ucap Rania lembut.

Perlahan Hazel membalas dekapan erat Rania. Memeluk badan gadis itu sembari membenamkan wajahnya.

Perlahan isak tangis Hazel mulai terdengar, badannya terasa bergetar. Meluruhkan tangisan yang berusaha ia tahan.

"Hazel, kamu baik-baik saja?"

"Aku tidak baik-baik saja, Ran. Aku tidak baik-baik saja."

Rania menarik bahu Hazel dan menatap lekat wajah temannya itu.

"Ada apa? Kamu ada masalah?" tanya Rania mencoba membuka mulut temannya itu.

Hazel hanya menganggukan kepalanya, ia menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Kembali menangis dalam. Sesaat, Rania membiarkan temannya itu melepaskan segala bebannya.

Setelah beberapa lama, Hazel mulai tenang. Ia membuka kedua tangan perlahan. Menjatuhkan kepala pada pundak Rania.

Beberapa kali Hazel menghela napas, matanya mengawan jauh ke langit gelap malam ini.

"Ran," panggil Hazel lembut.

"Ada apa? Ceritakan padaku, Hazel. Kita sudah berteman lama, kenapa kamu menyimpan semuanya sendiri?"

Hazel hanya diam, matanya masih menatap jauh ke langit luas. Beberapa kali napasnya terhela dengan berat, sebelum ia membuka suara untuk bercerita.

"Kita akan menikah, kita akan punya anak dan membeli rumah. Aku memang tidak bisa selalu berada di sisi kamu setiap saat. Tetapi aku akan menuliskan impian kita, menggapainya bersama, membesarkan anak-anak kita, dan melihat mereka menikah." Hazel menghela napasnya, ia kembali meluruhkan air dari salah satu matanya.

Ia memejamkan kedua belah kelopak matanya, mengingat sepenggal kisah indah yang pernah terukir dalam hidupnya.

"Itu yang pernah mas Iqbal ucapkan padaku, dulu. Mas Iqbal merencanakan masa depan kami berdua. Berjanji akan menggapainya bersama," ucap Hazel lirih.

Ia kembali terdiam, mengambil napas yang semakin terasa berat menyesak di dada.

"Saat ini aku butuh dia, Ran. Aku butuh seseorang yang membantuku, aku butuh orang yang menguatkanku, aku butuh pundak itu. Tempat bersandar dan juga tempat melabuhkan perasaan. Mas Iqbal janji akan meraihnya bersamaku, tetapi kenapa mas Iqbal meninggalkanku?"

"Sabar, Sayang. Semua ini pasti akan berlalu. Pasti Allah menciptakan kesulitan bersama jalan keluarnya. Harus kuat ya," ucap Rania lembut.

Hazel kembali meluruhkan air matanya, jalan keluar yang mana lagi, yang diucapkan Rania. Malam ini semuanya terasa semakin berat saja.

Jalan ia telah buntu seluruhnya, tidak ada jalan untuk melangkah maju tidak ada jalan untuk melangkah mundur. Bahkan bertahan di tempat juga tidak bisa.

Bagaikan berdiri di atas duri. Bertahan akan terluka, keluar juga akan berdarah. kemanapun ia melangkah, semuanya hanya ada luka. Luka yang terus mengisap darahnya sampai habis tak bersisa.

Hazel kembali memeluk badan Rania, kali ini ia benar-benar putus asa. Kehilangan segala kepercayaan, bahwa yang namanya jalan itu, masih ada.

"Kami menuliskan impian ini berdua, Ran. Tetapi kenapa hanya aku yang berusaha mewujudkannya. Kenapa hanya aku yang berjuang untuk meraihnya? Kenapa mas Iqbal meninggalkan aku?" Hazel semakin mengeratkan dekapannya, tergugu dalam, sampai membuat seluruh badannya bergetar.

Rania menyeka matanya yang berair karena ikut merasakan luka.

"Aku ingin menyerah, tetapi aku tidak bisa. Ada harapan mas Iqbal di sana. Aku tidak bisa mengecawakannya, Ran. Tidak bisa," ucap Hazel parau.

Hazel bukan orang yang mudah menyerah, apalagi mengeluh seperti ini. Mungkin ini adalah titik terendah dalam hidupnya. Menerima segala cobaan yang membuat harapannya putus tanpa asa.

Sementara ada mata yang memperhatikan mereka dari seberang jalan. Ardan menaikan kaca mobilnya.

Entah kenapa dadanya ikut sesak saat melihat Hazel terluka di sana. Ia ingin menjadi pundak itu. Pundak tempat Hazel mengeluh dan juga bersandar. Tetapi ia tidak bisa, Hazel terlalu rapuh. Ia akan hancur jika sedikit saja tersentuh.

Terkadang, tanpa kita sadari. Ego manusia mampu menghancurkan harapan manusia yang lainnya. Berdiri pada ego dan merasa diri sudah menang dengan cara menghancurkan asa orang lain.

Kejam, terkadang sifat manusia memang sekejam itu. Tanpa disadari, kita melukai harapan orang lain dengan cara menginjaknya terlalu dalam.

Terpopuler

Comments

Jenab Nurjanah

Jenab Nurjanah

kenapa sedih bangets thor😭😭😭

2021-04-20

0

Sharla Ali Wafa

Sharla Ali Wafa

oh sungguh bukan cuma air mata hazel yg gk mau berhenti tapi air mataku juga thor..nyesek bgt

2021-03-07

0

Umi Ne Nazla

Umi Ne Nazla

sesenggukan nangisnya baca part ini😭😭😭

2021-01-19

0

lihat semua
Episodes
1 01
2 02
3 03
4 04
5 05
6 06
7 07
8 08
9 09
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 Visual Karakter
74 73
75 74
76 75
77 76
78 77
79 78
80 79
81 80
82 81
83 82
84 83
85 84
86 85
87 86
88 87
89 88
90 89
91 90
92 91
93 92
94 93
95 94
96 95
97 96
98 97
99 98
100 99
101 100
102 101
103 102
104 103
105 104
106 105
107 106
108 107
109 108
110 109
111 110
112 111
113 112
114 113
115 114
116 115
117 116
118 117
119 118
120 119
121 120
122 121
123 122
124 123
125 124
126 125
127 126
128 127
129 128
130 129
131 130
132 131
133 132
134 133
135 134
136 135
137 136
138 137
139 138
140 139
141 140
142 141
143 142
144 143
145 144
146 145
147 146
148 147
149 148
150 149
151 150
152 151
153 152
154 153
155 154
156 155
157 156
158 157
159 158
160 159
161 160
162 161
163 162
164 163
165 164
166 165
167 166
168 167
169 168
170 169
171 170
172 171
173 172
174 173
175 174
176 175
177 176
178 177
179 178
180 179
181 180
182 181
183 182
184 183
185 184
186 185
187 186
188 187
189 188
190 189
191 190
192 191
193 192
194 193
195 194
196 195
197 196
198 197
199 198
200 199
201 200
202 201
203 202
204 203
205 204
206 205
207 206
208 207
209 208
210 209
211 210
212 211
213 212
214 213
215 214
216 215
217 216
218 217
219 218
220 219
221 220
222 221
223 222
224 223
225 224
226 225
227 226
228 227
229 228
230 229
231 230
232 231
233 232
234 233
235 234
236 235
237 236
238 237
239 238
240 239
241 240
242 241
243 242
244 243
245 244
246 245
247 246
248 247
249 248
250 249
251 250
252 251
253 252
254 253
255 254
256 255
257 256
258 257
259 258
260 259
261 260
262 261
263 262
264 263
265 264
266 265
267 266
268 267
269 268
270 269
271 270
272 271
273 272
274 273
275 274
Episodes

Updated 275 Episodes

1
01
2
02
3
03
4
04
5
05
6
06
7
07
8
08
9
09
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
Visual Karakter
74
73
75
74
76
75
77
76
78
77
79
78
80
79
81
80
82
81
83
82
84
83
85
84
86
85
87
86
88
87
89
88
90
89
91
90
92
91
93
92
94
93
95
94
96
95
97
96
98
97
99
98
100
99
101
100
102
101
103
102
104
103
105
104
106
105
107
106
108
107
109
108
110
109
111
110
112
111
113
112
114
113
115
114
116
115
117
116
118
117
119
118
120
119
121
120
122
121
123
122
124
123
125
124
126
125
127
126
128
127
129
128
130
129
131
130
132
131
133
132
134
133
135
134
136
135
137
136
138
137
139
138
140
139
141
140
142
141
143
142
144
143
145
144
146
145
147
146
148
147
149
148
150
149
151
150
152
151
153
152
154
153
155
154
156
155
157
156
158
157
159
158
160
159
161
160
162
161
163
162
164
163
165
164
166
165
167
166
168
167
169
168
170
169
171
170
172
171
173
172
174
173
175
174
176
175
177
176
178
177
179
178
180
179
181
180
182
181
183
182
184
183
185
184
186
185
187
186
188
187
189
188
190
189
191
190
192
191
193
192
194
193
195
194
196
195
197
196
198
197
199
198
200
199
201
200
202
201
203
202
204
203
205
204
206
205
207
206
208
207
209
208
210
209
211
210
212
211
213
212
214
213
215
214
216
215
217
216
218
217
219
218
220
219
221
220
222
221
223
222
224
223
225
224
226
225
227
226
228
227
229
228
230
229
231
230
232
231
233
232
234
233
235
234
236
235
237
236
238
237
239
238
240
239
241
240
242
241
243
242
244
243
245
244
246
245
247
246
248
247
249
248
250
249
251
250
252
251
253
252
254
253
255
254
256
255
257
256
258
257
259
258
260
259
261
260
262
261
263
262
264
263
265
264
266
265
267
266
268
267
269
268
270
269
271
270
272
271
273
272
274
273
275
274

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!