16

Prank ...

Sebuah gelas terjatuh, saat tanpa sengaja tangan Hazel menyenggolnya. Hazel berjongkok, membersihkan pecahan gelas tersebut.

Pandangannya teralih, melihat seorang lelaki yang sedang berdiri di ujung bar cafe. Menyilangkan kedua tangannya di depan dada sembari menggelengkan kepala.

"Ah," rintih Hazel saat tanpa sengaja tangannya tertusuk pecahan kaca.

Hazel menekan darahnya agar keluar sedikit lebih banyak, perlahan ia menghapus pipinya dengan punggung tangan. Bergegas membersihkan sisa pecahan yang masih berserakan di lantai.

"Hazel," panggil lelaki itu lembut.

"Iya, Pak."

Terdengar helaan napas keluar dari bibir lelaki itu. Ia menatap jari tangan Hazel yang terluka.

"Ada apa denganmu hari ini? Sudah dua kali kamu memecahkan barang. Dan sekarang, kamu melukai jarimu sendiri. Kamu sakit?" tanyanya lembut.

Hazel menggelengkan kepalanya, ia bukannya sakit di fisik. Tetapi sakit di jiwa dan juga raga. Lebih tepatnya sakit karena memikirkan jalan buntu di hidupnya.

"Hati-hati, Hazel. Fokuslah saat bekerja," ucap lelaki itu kembali.

"Maaf, Pak. Saya akan lebih fokus lagi."

"Obati dulu lukamu, istirahat jika kamu lelah. Jangan ulangi kesalahan lagi ya, Hazel."

"Baik, Pak."

Lelaki itu tersenyum dan pergi meninggalkan Hazel sendiri. Hazel menghela napasnya, melihat jarinya yang sudah tidak lagi mengeluarkan darah.

Perlahan Hazel menyeka jari dengan air hangat, membalutkan plaster sembari menghapus buliran yang sudah beberapa kali melintas.

Kali ini bukan lagi beban hidupnya yang terasa berat, tetapi jalannya juga sudah tidak lagi ada. Kalau hanya bekerja sebagai pelayan cafe, mau berapa lama ia harus bekerja mengumpulkan uangnya.

***

Hazel berjalan gontai menapaki jalanan di depan perusahaannya. Matanya memandang kosong ke depan, raganya ada tetapi pikirannya melayang entah kemana.

Tanpa sengaja ia melihat Ferdi yang baru keluar dari parkiran. Berjalan menaiki tangga perusahaan.

Hazel mengencangkan langkahnya, mengejar Ferdi yang ingin memasuki gedung perusahaan itu.

"Pak Ferdi," panggil Hazel lembut.

Ferdi membalikan badannya, melihat wanita yang memanggilnya itu.

"Ada apa?" tanya Ferdi.

"Pak, bisakah saya bicara sebentar?"

"Baiklah, ayo ke ruangan saya."

Hazel mengangguk, ia berjalan mengikuti langkah Ferdi memasuki ruangannya. Ia terus meremat kedua jemari tangan, perlahan keringat dingin mulai membanjiri pelipis matanya.

Ferdi menatap lekat wajah Hazel untuk beberapa saat, detik kemudian pandangannya beralih pada kedua jemari tangan wanita itu.

"Ada apa, Hazel?" tanya Ferdi membuka suaranya.

Hazel menghela napas sedikit berat, ia mengangkat kepalanya perlahan. Melihat lelaki berkacamata tipis yang ada di depannya itu.

"Pak, sebenarnya, saya--" Hazel menggantungkan kalimatnya. Ia ragu ingin mengutarakan niat hatinya.

"Ada apa?" tanya Ferdi lembut.

"Saya ingin meminta bantuan, Pak Ferdi," lirih Hazel pelan.

"Bisa kamu ulangi sekali lagi? Saya tidak bisa mendengarnya."

Hazel kembali menghela napasnya, ia menatap lelaki itu. Jantungnya berdebar dengan kencang, walaupun kemungkinannya kecil Ferdi bisa menolong, tetapi ia tidak bisa menyia-nyiakan peluang. Sekecil apa pun itu.

"Hazel," panggil Ferdi kembali.

"Iya."

"Kamu mau bilang apa? Katakan saja," ucap Ferdi lembut.

"Itu, Pak. Saya, saya--"

"Iya, katakan saja. Saya mendengarkan."

"Bisakah, saya meminta bantuan, Pak Ferdi?"

"Katakan, saya akan membantumu jika saya bisa."

"Itu, saya ingin meminjam uang dari perusahaan. Apakah bisa?"

Ferdi tersenyum lembut dan membetulkan letak kacamatanya. Hanya ingin mengatakan itu, kenapa harus setegang itu?

"Tentu saja bisa, kamu hanya perlu datang ke bagian keuangan, ajukan permohonan."

Hazel terdiam, ia tidak berhenti meremat jemari tangannya. Ia tahu, tetapi mana mungkin perusahaan akan meminjamkan uang dalam jumlah besar.

"Tapi, Pak--"

"Kenapa?"

"Itu, Pak. Saya ingin meminjam dalam jumlah besar. Bisakah?" tanya Hazel kembali.

Ferdi menghela napasnya, ia memandangi wajah pucat Hazel yang sedang kebingungan.

"Begini, Hazel. Saya hanya Direktur yang ditunjuk oleh Dewan Direksi. Saya hanya bertugas untuk memimpin perusahaan ini. Jadi, saya tidak bisa meminjamkan uang melebihi standart perusahaan."

Hazel menundukan pandangannya, segurat kekecewaan tergambar dari raut wajahnya.

Melihat ekspresi Hazel, perasaan iba mulai memasuki nurani Ferdi.

"Berapa banyak yang kamu perlukan?" tanya Ferdi kembali.

Hazel menaikan jarinya, membentuk huruf v.

"Dua juta?" tanya Ferdi kembali.

Hazel menggelengkan kepala, ia kembali meremat kedua tangannya.

"Dua ratus juta," lirih Hazel pelan.

Ferdi membulatkan matanya, nominal yang disebutkan oleh Hazel jelas sekali tidak akan disetujui oleh perusahaan.

Dari letak jabatan yang diduduki oleh Hazel, butuh waktu tahunan untuk dia melunasi pinjaman itu.

"Kalau sebanyak itu, saya juga tidak ada, Hazel. Maaf, tetapi perusahaan juga tidak bisa memberikan uang sebanyak itu pada karyawan kontrak sepertimu," jawab Ferdi lembut.

Hazel tersenyum getir, ia menganggukan kepalanya.

"Baiklah, saya mengerti. Terima kasih untuk waktu, Pak Ferdi. Kalau begitu saya permisi, Pak."

Hazel membalikan badannya, berniat untuk keluar dari ruangan Direktur itu.

"Hem, Hazel."

Hazel mengalihkan pandangannya, melihat Ferdi sekilas.

"Sebentar," tahan Ferdi lembut.

Hazel kembali berjalan ke depan meja Ferdi. Berdiri dengan menundukan pandangannya ke bawah.

"Saya memang tidak bisa membantu kamu. Akan tetapi, mungkin Ardan bisa. Coba kamu minta bantuan sama dia," ucap Ferdi.

"Pak Ardan?"

Ferdi menganggukan kepalanya, bibirnya tersenyum tipis.

"Gak apa-apa, Pak. Nanti saya akan cari cara lain," jawab Hazel.

"Cara apa? Hem? Kamu mau bekerja dua puluh empat jam, juga butuh waktu lama untuk mengumpulkannya, Hazel."

"Tapi, jika Pak Ferdi saja tidak bisa bantu saya. Bagaimana lagi dengan Pak Ardan? Sedangkan, Pak Ardan itu bawahan Pak Ferdi."

Ferdi melepaskan senyum dan menggelengkan kepala. Membetulkan posisi duduknya sedikit lebih tegak.

"Begitu banyak gosip beredar di kantor ini. Benarkah kamu tidak tahu?"

"Gosip apa?"

"Kamu benar gak tahu?" tanya Ferdi sekali lagi.

Hazel menggelengkan kepalanya pasrah. Ferdi kembali melepaskan senyum, lucu melihat Hazel.

"Apa kamu pikir Ardan itu hanya General Manager, biasa?"

"Memang Pak Ardan hanya GM, kan? Terus kalau bukan GM, lalu apa?" tanya Hazel polos.

"Gak heran saya kalau kamu gak tahu gosip. Kamu memang gak pernah peduli pada hal-hal seperti itu ya, Hazel."

Ferdi bangkit dari kursi, berjalan mendekati Hazel dan menumpuhkan bokongnya pada meja kerja. Menyilangkan kedua tangan di depan dada, menatap lekat wanita yang ada di depannya itu.

"Hazel, kamu pikir kenapa karyawan wanita di sini, tergila-gila pada Ardan?"

"Em, kalau itu saya tidak tahu."

"Ardan bukan hanya General Manager. Tetapi dia adalah anak dari pemilik perusahaan ini, saya gak punya uang pribadi sebanyak itu. Tetapi kalau, Ardan--" Ferdi tersenyum sinis dan memainkan kedua alis matanya.

Mengkode Hazel yang masih diam sembari menatap wajahnya.

Hazel tersenyum lembut dan menggelengkan kepalanya. Ia sama sekali tidak tahu kalau lelaki yang selalu bertentangan dengannya itu adalah anak dari pemilik perusahaan.

"Saya, permisi." Hazel memundurkan langkahnya, keluar dari ruangan Ferdi dengan sedikit melamun.

Teringat bagaimana semua perlakuan ia terhadap Ardan selama ini. Bahkan dia terang-terangan menantang Ardan saat ketahuan bekerja di dua tempat.

Hazel menghela napasnya, ia berjalan sembari menundukan pandangannya. Sebuah langkah berhenti di depan Hazel.

Bugh.

Hazel menabrak dada seseorang, ia memundurkan langkahnya. Melihat lelaki yang berdiri tepat di depannya.

"Melamun saat bekerja?" tanya lelaki itu angkuh.

"Maaf, Pak."

"Maaf lagi?" tanya Ardan malas.

"Jadi?"

"Ikut saya ke ruangam, ada yang mau saya berikan sama kamu."

Hazel mengangukan kepalanya, mengikuti langkah Ardan memasuki ruangan GM.

Ardan memberikan sebuah majalah, Hazel membuka majalah itu, memperhatikan dengan seksama setiap lembaran majalah tersebut.

"Menurut kamu, apa yang kurang dari promosi majalah kita?" tanya Ardan langsung.

"Menurut saya, majalah ini terlalu monoton, Pak. Hanya terfokus pada item, tetapi datail itemnya kurang jelas."

Hazel menjelaskan beberapa kekurangan dan juga beberapa alternativ yang bisa digunakan untuk majalah edisi selanjutnya.

Sedang, Ardan sama sekali tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Hazel, ia terus memandangi wajah Hazel yang begitu mempesona. Selalu mampu menghipnotis dirinya.

Hazel menutup lembaran majalah itu, ia beralih menatap Ardan. Tanpa sengaja matanya beradu pandang, Hazel menundukan pandangannya. Berusaha menghindari tatapan mata Ardan yang begitu tajam.

"Baiklah, saya bisa terima usulanmu. Siapkan konsep, kita akan adakan rapat edisi bulan depan," ucap Ardan sembari berjalan ke kursinya.

Ia membuka laptop dan mulai mengerjakan beberapa file yang sempat tertunda.

Hazel menganggukan kepalanya, ia berjalan keluar dari ruangan itu. Langkahnya terhenti sebelum meraih gagang pintu.

Hazel membalikan badannya, melihat sekali lagi ke arah Ardan yang masih sibuk pada layar datarnya.

Ia ragu, haruskah ia meminta bantuan lelaki itu?

Namun, kesempatan mungkin saja ada dari tangan dia. Bagaimana juga, Surya lebih membutuhkan usahanya dibandingkan egonya.

Hazel berjalan kembali ke depan meja Ardan. Mengatur napasnya yang memburu kencang, bahkan sebelum ia mengatakan niatnya.

"Pak Ardan," panggil Hazel lembut.

"Hem," jawab Ardan cuek.

"Saya mau minta maaf atas kejadian bulan lalu. Maaf meninggalkan anda di sana tanpa pamit," ucap Hazel lembut.

Ardan menghentikan gerakan tangannya, melihat ke arah Hazel yang berdiri di depannya.

"Oh, masih tahu minta maaf, ya?" tanya Ardan meledek.

"Saya tahu saya agak kelewatan. Mohon anda maafkan saya."

"Baiklah, saya akan memaafkan kamu. Tetapi ganti acara makan siang kita. Bagaimana?" tanya Ardan.

"Maksudnya saya makan siang lagi sama anda?"

"Benar, tetapi kali ini kamu yang harus mentraktir saya."

"Hah?" Hazel langsung melihat ke arah Ardan. Ia terkejut dengan permintaan Ardan.

"Tapi, Pak. Saya gak sanggup untuk bayar makanan di sana."

"Siapa yang minta kamu bayar makanan di sana? Saya hanya ingin makan siang bersama, gak harus di cafe mewah. Kamu bawa bekal dari rumah juga saya terima," jawab Ardan lembut.

Hazel terdiam, perlahan ia menganggukkan kepala.

"Baiklah, saya sudah selesai. Kamu boleh keluar." Ardan kembali menegakan badannya. Menatap serius ke layar datar miliknya.

"Tapi, tapi, saya belum selesai, Pak," lirih Hazel.

"Ada yang ingin kamu katakan lagi?"

"Ada."

"Kalau begitu katakan," balas Ardan tanpa melihat ke arah Hazel.

"Saya, saya--" Hazel menghela napasnya, memejamkan mata sejenak.

"Saya ingin mengajukan permohonan pinjaman, Pak."

"Ya sudah, kamu tinggal minta sama bendahara perusahaan saja."

"Tetapi, saya butuh uang dalam jumlah banyak, Pak."

"Berapa banyak?" tanya Ardan cuek.

"Dua--" Hazel menelan salivanya dengan berat. "Dua ratus juta," sambungnya pelan.

Seketika, gerakan tangan Ardan terhenti. Ia melihat ke arah Hazel yang masih berdiri di depannya.

"Dua ratus juta?" tanya Ardan kembali.

Hazel menganggukan kepalanya, kali ini kepalanya terus tertunduk ke bawah. Tidak berani untuk melihat ekspresi wajah sangar lelaki itu.

Ardan menyandarkan badannya ke belakang kursi. Ia menyilangkan kedua tangan di depan dada sembari tersenyum sinis.

"Saya tidak akan bertanya padamu untuk apa uang sebanyak itu. Tetapi saya akan bertanya, bagaimana cara kamu akan melunasinya?"

Ardan memandangi wajah Hazel yang masih tertunduk jauh ke bawah. Kali ini tidak perlu bersusah payah, Hazellah yang datang ke dalam dekapannya.

"Anda bisa memotong dari gaji saya, Pak."

"Berapa lama? Sepuluh tahun? Dua puluh tahun? Atau seumur hidup kamu akan bekerja di perusahaan ini?" tanya Ardan kembali.

"Saya berjanji tidak akan mengembalikannya selama itu, Pak."

"Bagaimana saya bisa memegang janji kamu? Dua ratus juta, tanpa jaminan? Bagaimana mungkin?"

Hazel menarik napasnya, memang tidak mungkin ada yang mau memberikan uang sebanyak itu tanpa jaminan apapun.

"Kalau begitu, saya--"

"Begini saja," putus Ardan langsung.

"Saya akan berikan sebanyak apa yang kamu mau, tapi kamu berikan satu keinginan saya padamu," ucap Ardan lembut.

"Keinginan? Apa?" tanya Hazel bingung.

"Saya akan memberikan uang sebanyak yang kamu mau. Tetapi kamu harus penuhi satu keinginan saya. Kamu tidak perlu membayar, kamu bisa terus memintanya pada saya jika kamu perlu uang."

"Apa yang anda inginkan dari saya?"

"Lahirkan seorang anak untuk saya."

"Apa?"

Terpopuler

Comments

🌸nofa🌸

🌸nofa🌸

mantap. to the point.🤣🤣🤣

2021-07-16

0

New R

New R

eh...maksudnya?

2020-10-25

0

Dyah Agustin

Dyah Agustin

modus ihhh ..hbs nangis ehhh senyum2 sendiri aku

2020-10-07

1

lihat semua
Episodes
1 01
2 02
3 03
4 04
5 05
6 06
7 07
8 08
9 09
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 Visual Karakter
74 73
75 74
76 75
77 76
78 77
79 78
80 79
81 80
82 81
83 82
84 83
85 84
86 85
87 86
88 87
89 88
90 89
91 90
92 91
93 92
94 93
95 94
96 95
97 96
98 97
99 98
100 99
101 100
102 101
103 102
104 103
105 104
106 105
107 106
108 107
109 108
110 109
111 110
112 111
113 112
114 113
115 114
116 115
117 116
118 117
119 118
120 119
121 120
122 121
123 122
124 123
125 124
126 125
127 126
128 127
129 128
130 129
131 130
132 131
133 132
134 133
135 134
136 135
137 136
138 137
139 138
140 139
141 140
142 141
143 142
144 143
145 144
146 145
147 146
148 147
149 148
150 149
151 150
152 151
153 152
154 153
155 154
156 155
157 156
158 157
159 158
160 159
161 160
162 161
163 162
164 163
165 164
166 165
167 166
168 167
169 168
170 169
171 170
172 171
173 172
174 173
175 174
176 175
177 176
178 177
179 178
180 179
181 180
182 181
183 182
184 183
185 184
186 185
187 186
188 187
189 188
190 189
191 190
192 191
193 192
194 193
195 194
196 195
197 196
198 197
199 198
200 199
201 200
202 201
203 202
204 203
205 204
206 205
207 206
208 207
209 208
210 209
211 210
212 211
213 212
214 213
215 214
216 215
217 216
218 217
219 218
220 219
221 220
222 221
223 222
224 223
225 224
226 225
227 226
228 227
229 228
230 229
231 230
232 231
233 232
234 233
235 234
236 235
237 236
238 237
239 238
240 239
241 240
242 241
243 242
244 243
245 244
246 245
247 246
248 247
249 248
250 249
251 250
252 251
253 252
254 253
255 254
256 255
257 256
258 257
259 258
260 259
261 260
262 261
263 262
264 263
265 264
266 265
267 266
268 267
269 268
270 269
271 270
272 271
273 272
274 273
275 274
Episodes

Updated 275 Episodes

1
01
2
02
3
03
4
04
5
05
6
06
7
07
8
08
9
09
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
Visual Karakter
74
73
75
74
76
75
77
76
78
77
79
78
80
79
81
80
82
81
83
82
84
83
85
84
86
85
87
86
88
87
89
88
90
89
91
90
92
91
93
92
94
93
95
94
96
95
97
96
98
97
99
98
100
99
101
100
102
101
103
102
104
103
105
104
106
105
107
106
108
107
109
108
110
109
111
110
112
111
113
112
114
113
115
114
116
115
117
116
118
117
119
118
120
119
121
120
122
121
123
122
124
123
125
124
126
125
127
126
128
127
129
128
130
129
131
130
132
131
133
132
134
133
135
134
136
135
137
136
138
137
139
138
140
139
141
140
142
141
143
142
144
143
145
144
146
145
147
146
148
147
149
148
150
149
151
150
152
151
153
152
154
153
155
154
156
155
157
156
158
157
159
158
160
159
161
160
162
161
163
162
164
163
165
164
166
165
167
166
168
167
169
168
170
169
171
170
172
171
173
172
174
173
175
174
176
175
177
176
178
177
179
178
180
179
181
180
182
181
183
182
184
183
185
184
186
185
187
186
188
187
189
188
190
189
191
190
192
191
193
192
194
193
195
194
196
195
197
196
198
197
199
198
200
199
201
200
202
201
203
202
204
203
205
204
206
205
207
206
208
207
209
208
210
209
211
210
212
211
213
212
214
213
215
214
216
215
217
216
218
217
219
218
220
219
221
220
222
221
223
222
224
223
225
224
226
225
227
226
228
227
229
228
230
229
231
230
232
231
233
232
234
233
235
234
236
235
237
236
238
237
239
238
240
239
241
240
242
241
243
242
244
243
245
244
246
245
247
246
248
247
249
248
250
249
251
250
252
251
253
252
254
253
255
254
256
255
257
256
258
257
259
258
260
259
261
260
262
261
263
262
264
263
265
264
266
265
267
266
268
267
269
268
270
269
271
270
272
271
273
272
274
273
275
274

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!