Ardan berjalan dengan cepat memasuki gedung perusahaan, diikuti oleh beberapa kepala bagian di belakangnya.
"Panggil semua yang bertugas di lapangan selama tiga minggu ini," perintah Ardan langsung.
"Baik, Pak."
Ardan membuka kancing kemeja di pergelangan tangannya, menggulung lengan kemeja panjangnya hingga setengah siku.
Memperlihatkan kulit sawo matang dan otot tangan kekarnya.
Beberapa karyawati menundukan pandangannya saat melihat Ardan yang sedang berdiri di depan ruang meeting.
Dengan balutan kemeja berwarna marun tanpa memakai jas. Membuat badan tegap Ardan begitu sangat menggoda dan seksi.
Beberapa karyawati yang baru masuk ke ruangan meeting tersenyum sambil berbisik satu sama lain, tumben sekali Ardan membuat penampilannya sesantai itu.
Ardan menutup map yang ada di tangannya saat melihat seluruh peserta hadir di sana. Matanya tertuju pada gadis berambut cokelat yang duduk di paling sudut.
"Baiklah semua." Ardan menghela napasnya, kedua tangannya tertumpuh pada ujung meja.
Memperhatikan satu persatu anggota peserta rapat kali ini.
"Di sini, saya akan memberitahukan kinerja kalian selama tiga minggu belakangan ini. Sebenarnya ini bukan tugas saya, tetapi karena ini promosi pertama setelah saya berada di perusahaan ini. Saya akan memberikan apresiasi ke pada sales exsecutive yang telah berkerja keras."
Ardan menunjuk ke arah infokus yang ada di sebelahnya, tertera nama-nama petugas lapangan di sana.
"Kalian bisa lihat sendiri, tiga nama teratas adalah orang dari kelompok yang sama. Apakah benar, pak Derik?" tanya Ardan memastikan.
"Benar, Pak."
Ardan tersenyum tipis dan menganggukan kepalanya, matanya menatap wanita di paling sudut sana.
Hazel tersenyum dan menundukan pandangan saat melihat namanya ada di atas sana. Walau bukan yang pertama, tapi setidaknya usahanya kali ini tidak sia-sia.
"Kinara, Hazel dan Rebecha, nama kalian yang berada di tiga teratas, data ini dibuat berdasarkan banyaknya pemesanan yang masuk ke perusahaan dengan nama kalian bertiga sebagai sales executivenya, Terima kasih untuk kerja keras dan usaha kalian bertiga. Dan yang lainnya? Kenapa penjualann kalian merosot dari yang sebelumnya?" tanya Ardan memalingkan pandangannya ke arah tim yang lainnya.
Para karyawan itu hanya tertunduk, tidak berani menatap mata tajam pimpinannya itu.
Ardan memandangi satu persatu jajaran para karyawannya itu. Tidak ada satupun jawaban yang keluar dari bibir mereka.
Sampai pandangan mata Ardan kembali terhenti pada wanita di sudut meja.
Semakin Hazel menyembunyikan dirinya, semakin Ardan menajamkan tatapan matanya.
"Tak peduli bagaimana cara kalian berpromosi, yang saya mau hanya hasil akhir. Kalian yang tidak memenuhi target, masih harus kembali ke lapangan sampai tiga minggu kedepan."
Seketika para karyawan itu melihat ke arah Ardan. Lelaki itu hanya menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Membalas tatapan para karyawannya itu datar.
"Dan ... sebagai apresiasi dari saya, untuk nama yang berada di peringkat tiga teratas, makan siang hari ini saya traktir."
Echa dan Kinara menepukan tangannya, bersorak dengan gembira. Makan bersama GM muda dan juga tampan, mungkin seumur hidup ini menjadi pengalaman terindah mereka.
Sementara Hazel hanya terdiam, ia menatap ke arah lelaki angkuh itu. Ardan menyungingkan sebelah bibirnya, sinis sekali senyumnya itu.
Benarkah ia mengajak makan siang karena ingin mengapresiasi, atau hanya alasan agar dia bisa semakin mendekati?
Hazel menghela napasnya, berusaha acuh pada tatapan tajam lelaki itu.
***
"Ya Tuhan, Nara. Demi apa kita akan diajak makan siang sama pak Ardan?" ucap Echa senang setelah keluar dari ruangan meeting.
"Aku juga kaget banget saat pak Ardan mau mentraktir kita makan siang. Ya Tuhan," sambung Nara senang.
"Halah, hanya sebuah makan siang. Apa kalian tidak pernah makan di cafe ya?" tanya Isabell ketus.
"Hei, mbak Ibel. Bukan makanannya yang buat senang, tetapi makan dengan siapanya itu yang buat kita senang. Iya gak?" tanya Echa sembari merangkul bahu kurus Hazel.
"Alah, hanya makan dengan pak Ardan apa bagusnya?" ucap Ibel semakin sewot.
"Bagus dong, kapan lagi bisa makan sama atasan yang muda dan tampan. Kali aja dari makan siang bersama, bisa berlanjut ke hidup bersama, iya gak?" jawab Nara semakin memanasi.
"Hem, apa kalian pikir pak Ardan sudi menikahi gadis-gadis kumuh seperti kalian? Jangan mimpi!" Ibel menghentakan kakinya dan berjalan kembali ke meja.
Sementara Nara dan Echa tertawa puas. Kali ini mereka bisa lepas dari Isabell dan satu tim dengan Hazel.
"Mbak Hazel, kenapa dari tadi diam saja, sih? Gak senang?" tanya Echa lembut.
"Tentu saja aku senang, Echa. Hanya kepikiran soal putraku saja," jawab Hazel lembut.
"Jangan terlalu dipikiri, Mbak. Jaga kesehatan Mbak juga, aku lihat Mbak semakin kurus saja."
"Sudahlah, ayo kembali bekerja. Nanti Pak Ardan marah lihat kita gosip di depan ruang meetingnya," ajak Hazel mengakhiri percakapan mereka.
Sedang, sepasang mata terus memperhatikan gadis-gadis itu dari balik kaca ruangan meeting.
Ardan tersenyum tipis, dan merenggangkan otot badannya.
"Di mana ada ke inginan, pasti akan ada jalan untuk mewujudkan," lirih Ardan senang.
.
.
Ketiga wanita itu membuka pintu belakang mobil hitam milik Ardan. Naik bersamaan di kursi belakang.
Ardan memperhatikan gerakan wanita itu dari spion kacanya. Ia meremat setirnya saat melihat ulah mereka bertiga.
"Apa kalian pikir saya ini supir pribadi kalian?" tanya Ardan ketus.
"Eh, maksudnya, Pak?" tanya Nara bingung.
"Kalian bertiga naik di belakang, terus saya siapa? Supir kalian? Pindah!" teriak Ardan kesal.
Mendengar ucapan Ardan, Nara dan Echa sama-sama membuka pintu samping mobil.
Ardan meremat setirnya kuat dan menarik napas kencang.
"Hazel, kamu pindah ke depan!" Seketika Echa dan Nara yang ingin keluar, berhenti.
Melirik ke arah Hazel bersamaan.
"Hah?" tanya Hazel bingung.
"Kamu duduk di depan," perintah Ardan melunak.
"Echa saja, Pak. Saya suka di sini," tolak Hazel lembut.
"Kamu pikir saya supir kamu? Pindah!"
Hazel menghela napasnya dan berpindah tempat. Sekilas Ardan tersenyum.
Sepanjang perjalanan mereka hanya terdiam. Membiarkan suasana menjadi sangat hening dan kaku.
Beberapa kali Ardan melirik ke arah Hazel, sementara wanita itu hanya terfokus oleh luar jendela, memperhatikan lalu lalang padat kota.
"Hazel," panggil Ardan lembut.
"Hem."
"Kenapa kamu jadi yang kedua? Kenapa gak menempati urutan pertama?" tanya Ardan memecahkan keheningan.
"Untuk itu saya minta maaf, Pak. Lain kali saya akan bekerja lebih keras lagi," jawab Hazel cepat.
Ardan memanyunkan bibirnya, menganggukan kepala, pelan.
"Padahal kamu sudah saya kasih bonus, tapi hanya menjadi yang kedua. Haruskah saya senang atau kecewa?" tanya Ardan sembari melirik ke arah spion mobil.
Echa dan Nara saling bertukar pandangan, tak lama mereka melihat ke arah Hazel.
Apakah di belakang mereka Hazel dan Ardan memiliki hubungan?
Sedang, Hazel terus memandangi wajah Ardan, ia bingung harus bersikap bagaimana?
Takut kalau dua teman di belakang akan salah paham dengan hubungan dia dan Ardan.
Sesimpul senyum menghiasi wajah tampan lelaki itu saat melihat ekspresi Hazel yang seperti ingin menantang dirinya.
Hatinya bersorak senang, melihat Hazel yang mati kutu di depan temannya.
'Yes, ini hanya awal, Hazel. Tunggu dan lihat saja, apa yang akan aku lakukan untuk menakhlukanmu nanti,'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 275 Episodes
Comments
Syamsul Hidayat
karya2 mbak Fiza bagus2...tp komen dan likenya kok ngak banyak ya....apa kurang promosi atau pembaca sekarang lebih memilih karya2 receh ya...🤭🤭
2024-02-08
0
🍇annoura naura ☀︎(hiatus)
hemmm... janda memang terdepan
😂😂😂😂😂😂😃😃lanjuttt
2021-03-20
1
Nurliita
nah gini dong kale² ad novel yg menceritakan kisah janda beranak 1 di sukai Ama GM perjaka lg😍
kebanyakan mah kn duda beranak nikahi perawan jd ibu sambung gtu yg sering aku baca😄
2021-01-26
1