"Hazel, ikut saya untuk presentase!" perintah Derik saat berjalan melewati meja Hazel.
Hazel merapikan beberapa dokumen dan berjalan mengikuti Derik. Memasuki ruangan rapat, mata Hazel menyisir ke sekeliling, mencari seseorang yang sudah beberapa hari ini tidak terlihat di balik kaca ruangan GM.
Hazel menghela napasnya, duduk di antara peserta rapat hari ini. Memperhatikan setiap detail penjelasan tentang promosi penjualan selanjutnya.
Bahkan, sampai rapat hari ini selesai, lelaki yang selama ini selalu bertentangan dengannya itu tidak menampakan wajahnya.
Hazel mencatat beberapa poin yang disampaikan tadi, mencatat lebih banyak sehingga hanya tersisa ia dan Ferdi di dalam ruangan itu.
Hazel menutup catatannya, melirik sekilas ke arah Ferdi yang berada di ujung meja rapat.
"Pak Ferdi," panggil Hazel lembut pada lelaki berkacamata itu.
"Kenapa?" tanya Ferdi tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar datarnya.
"Saya boleh tanya?"
Ferdi mengalihkan pandangan matanya, melihat ke arah Hazel yang duduk di sisi tengah meja.
"Hem."
"Pak Ardan, ke mana?" tanya Hazel lirih.
"Oh, pak Ardan kembali ke Ibukota. Ada masalah di perusahaan adiknya. Jadi dia akan berada di sana untuk waktu yang lumayan lama. Kenapa? Kamu butuh sesuatu?"
Hazel menggelengkan kepalanya dan tersenyum lembut. Syukurlah jika Ardan tidak ada di sini. Itu artinya dia tidak perlu meminta maaf untuk mempertahankan pekerjaannya, setidaknya dalam beberapa hari kedepan.
Hazel membereskan barang-barangnya, bersiap untuk keluar dari ruangan rapat itu. Perasaannya sedikit lega, ia tidak harus bertemu dengan lelaki itu untuk sementara ini.
Ferdi tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Ia memperhatikan Hazel yang keluar dari ruang rapat. Melihat sampai gadis itu kembali menduduki meja kerjanya.
"Ardan, sepertinya akhir penantianmu akan berakhir manis," lirih Ferdi pelan.
***
"Assalamualaikum," ucap Hazel sembari membuka pintu rumahnya.
Melihat rumah yang sepi, dan tidak ada pergerakan sama sekali. Hazel membuka pintu kamar rumahnya, mencari Surya dan juga mbok Darmi.
"Mbok," panggil Hazel lembut.
Ia memutari sesisi rumah, membuka beberapa ruangan di dalam rumahnya. Tetapi apa yang ia cari memang tidak ada.
Hazel menghela napasnya, bersiap untuk mandi dan berangkat kerja keduanya.
Setelah selesai memakai seragam, bahkan mbok Darmi dan Surya juga belum pulang. Hazel mengeluarkan ponselnya, mencoba menghubungi wanita paruh baya itu.
Beberapa kali ponselnya terhubung namun sama sekali tidak ada jawaban dari seberang sana.
Hazel menghela napasnya, ia beralih menelpon Rania, meminta izin untuk libur hari ini.
Entah kenapa, rasanya hati ia sangat gelisah saat memikirkan Surya dan mbok Darmi.
Tidak seperti biasa, mereka bahkan tidak ada meninggalkan pesan sebelum pergi dari rumah.
Satu jam, dua jam. Sama sekali tidak ada tanda-tanda Surya kembali. Hazel menarik tasnya, berlari keluar rumah. Mencari keberadaan anak dan mboknya itu.
Entah apa yang terjadi, kenapa sampai matahari terbenam mereka juga belum kembali.
Hazel menyusuri trotoar jalanan, memperhatikan satu persatu orang yang berlalu lalang. Perlahan rintik hujan mulai turun membasahi bumi. Langit semakin menghitam dengan beberapa kilatan petir tergambar di atas sana.
Hazel tidak berhenti mencoba menghubungi mbok Darmi. Entah kemana mereka pergi, tetapi harapannya hanya satu, semoga anak dan mboknya dalam keadaan baik-baik saja.
Hazel beberapa kali memalingkan pandangannya, memperhatikan sekeliling, menelisik lalu lalang kota.
Matanya terus mencari, semoga ada sesuatu yang bisa memberikannya petunjuk malam ini.
Sampai akhirnya, napas Hazel terhela dengan sangat lega, bibirnya tersenyum lembut. Saat melihat dua orang yang dicarinya itu berada di seberang jalan.
Hazel langsung berlari, menyusuli wanita paruh bayah yang esdang menggendong putranya itu.
"Mbok," panggil Hazel lega.
"Hazel, kamu kok di sini?"
"Mbok kenapa ada di sini? Aku berusaha hubungi Mbok tapi ponsel Mbok gak diangkat."
"Maaf, Nduk. Mbok gak tahu, hapenya gak ada suara."
"Sudahlah, yang penting si Mbok sama Surya baik-baik saja. Kenapa Mbok keluar gak bilang aku dulu?" tanya Hazel khawatir.
"Surya rewel terus, badannya juga panas terus. Si Mbok gak tega ganggu kamu kerja, jadi si Mbok bawa Surya ke klinik, eh tahunya antrenya lama."
Hazel tersrnyum dan meraih dahi Surya merasakan suhu badan Surya yang tidak lagi terasa demam. Ia mengambil Surya dari gendongan wanita paruh baya itu.
"Terus apa kata Dokternya, Mbok?"
"Mungkin ada satu pertumbuhan yang buat Surya gak nyaman. Si Mbok gak tahu apa yang dibilang si Dokter, hanya dia bilang Surya harus lebih sering diperhatiin."
Hazel menghela napasnya, ia memandangi Surya yang ada di dalam gendongannya.
"Maaf ya, Surya. Bunda benar-benar tidak berguna, Bunda jarang sekali memperhatikanmu."
"Sstt ... ngomong apa kamu, Nduk? Kamu bekerja keras untuk Surya. Kamu adalah Ibu yang sangat berguna, Hazel. Kamu kuat, kamu tangguh, si Mbok saja rasanya gak sanggup kalau ada di posisi kamu."
Hazel tersenyum, tetapi matanya mengeluarkan cairan bening. Padahal ia dan Mbok Darmi bukan siapa-siapa. Tetapi Tuhan memang adil pada hambanya, di tengah semua kesulitan yang Hazel hadapi. Dia membawa seorang malaikat di dalam diri wanita ini.
Orang asing yang terasa lebih dekat dari siapapun di dunia ini. Orang asing yang tidak pernah saling bertemu sebelumnya, tetapi bisa menenami segala kesulitan hidupnya saat ini.
"Kok malah nangis?" tanya mbok Darmi sembari menghapus buliran air yang melintasi pipi Hazel.
"Makasih, Mbok. Selain Mbok, aku tidak punya siapa-siapa lagi yang peduli padaku." Hazel menumpuhkan kepalanya di atas bahu mbok Darmi.
Kali ini, ingin rasanya ia ingin memanjakan diri. Melepaskan semua beban dan bersandar pada bahu seseorang.
Melepaskan segala lara dan juga lelah yang seperti tidak ada ampun, mengimpit kehidupannya.
Sesaat Hazel terisak, menangis kian dalam saat merasakan hangat pundak seseorang. Lama sekali rasanya ia tidak seperti ini.
Memiliki pundak untuk ia bersandar dan berteduh. Selama ini ia berusaha menjadi pundak itu untuk mbok Darmi dan Surya. Menjadi punggung yang selalu berusaha melindungi, tetapi punggung itu juga masih terlalu rapuh untuk bertahan sendiri.
Ia masih ingin memiliki tempat untuk kembali. Tempat untuk bercerita dan membagi beban hati. Tetapi sayang, keadaan membuatnya enggan untuk membuka hati, takut untuk percaya pada seseorang.
Banyak punggung yang datang padanya, menawarkan tempat berteduh dan membagi beban bersama. Tetapi itu hanyalah awal yang indah, sebab, jika dia terlalu percaya maka Suryalah yang akan menanggung semuanya kelak.
Kehadiran Surya, masih bisa menjadi aib bagi orang lain. Bahkan Surya juga masih dianggap aib oleh keluarga suaminya sendiri.
Karena saat ini Hazel sadar, menikah bukan hanya tentang dua hati. Tetapi juga dua keluarga. Terlebih lagi dia bukan gadis, dia ibu dari seorang putra. Pernikahan bisa menjadi hal yang ingin ia hindari.
Mbok Darmi mengelus pundak Hazel dengan lembut. Menenangkan wanita muda yang ada di depannya itu.
"Sudah, jangan nangis lagi. Ayo kita pulang, Mbok akan memasakan makan malam yang enak buatmu."
Hazel mengangkat kepalanya dan menggeleng pelan.
"Gak usah Mbok, Mbok pasti lelah kan. Ayo malam ini kita makan di luar."
"Tapi Hazel, Mbok masih sanggup masak kok. Sayang bahan makanan yang ada di rumah."
"Bahan makanan kan bisa untuk besok, Mbok. Gak apa-apa, ayo kita cari warung makan. Mbok, mau makan apa?"
"Apa saja, Mbok bisa makan apa saja. Tetapi kamu yang harus jaga makanan. Kamu terlalu kurus, Hazel."
Hazel tersenyum dan menghapus sisa air matanya.
"Yasudah, ayo kita pergi. Sebelum gerimisnya semakin lebat."
"Ayo."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 275 Episodes
Comments
New R
lanjut
2020-10-25
0
🌹🏅Nungki PX💖MSF🌹
Semoga perjuangan Hazel g sia2 dan Surya bisa tumbuh seperti anak2 pada umumnya
2020-09-01
0
Viza Alvariza
kasian hazel dia sebatang kara dan kesepian krn tdk punya siapa" lgi tp dibalik itu semua hazel beruntung dipertemukan ama mbok darmi yg cllu menemani dan sekaligus menjadi sosok ibu buat hazel
kasian hazel harus menanggung beban segitu berat nya krj siang malam buat pengobatan surya semoga surya bisa cepat sembuh
semangat kk fiza 😚😚
2020-07-04
5