Raining Spell For Love

Raining Spell For Love

1 : Hujan

"Kau pikir kau ini siapa melarang ku seenaknya?"

"Kamu ini pacarku, apa aku tidak boleh kalau aku melar—"

"Aku sudah tidak mencintaimu lagi, Sato. Please lepaskan aku dengan yang lain. Aku mencintai lelaki lain. "

"Apa?"

"Kamu tidak dengar? Aku sudah mencintai lelaki lain selain dirimu, Sato. Jadi aku mohon lepaskan ak—"

"TIDAK!"

"Kenapa lagi sih??"

"Aku tidak akan melepaskanmu sebelum aku mendengar kenapa kau lebih memilih lelaki lain dibanding aku."

"Kau ingin tahu alasannya mengapa aku lebih memilih lelaki lain dibanding kamu?"

"Ya! Apa alasanmu? Kenapa kamu begini?"

"Aku sudah bosan denganmu, Sato. Aku sudah tidak cinta lagi padamu. Kau terlalu cuek, kau sama sekali tidak memperhatikan aku, membiarkanku begitu saja. Ku pikir kau memang sudah tidak cinta lagi kan seperti yang aku rasakan?"

"Cinta itu tidak harus di ungkapkan pakai kata-kata, Lestari!! Cinta itu di buktikan dengan perilaku!! Aku ini memang sangat mencintaimu, aku bukannya mau membebaskanmu, tapi aku—"

"Sudah cukup, Sato!!"

"...."

"Aku tidak mau mendengar apapun lagi dari mulutmu itu. Izinkan aku pergi sekarang dan aku ingin kita putus."

"...."

"Good bye, Sato. I'm so sorry..."

"...."

Tepat di hari itu, tepat di saat anniversary hubungannya yang ke 5 tahun, gadis itu memutuskan hubungannya dengan kekasihnya, Sato.

Hujan begitu deras membasahi sekujur tubuh lelaki itu yang masih diam membisu di tempatnya. Kekasih hatinya pergi meninggalkannya begitu saja tanpa ada kejelasan apapun.

Lelaki itu hanya bisa diam tak berkutik sama sekali. Bahkan orang-orang di sekitarnya melihat dirinya, dia tetap tidak peduli. Mengepal tangan dengan kuat sambil menahan rasa sakit yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

"Halo~~"

Terdengar suara seseorang sedang menyapa dirinya tapi tetap lelaki itu tidak menggubrisnya.

"Hei... "

Berhenti.

Rintikan hujan itu seolah-olah berhenti seketika. Tentunya itu membuat lelaki itu tertegun dan reflek mendongakkan kepalanya.

Payung. Ada payung di atas kepalanya.

"Kamu gapapa?"

Suara lembut terdengar jelas dari telinga lelaki itu. Perlahan dia menoleh kearah sumber suara dan mata mereka saling bertemu satu sama lain.

"Kamu gapapa?" tanyanya sekali lagi.

Mendengar suaranya benar-benar membuat Sato menjadi tenang seperti tanpa beban.

"Jangan hujan-hujanan begini, nanti kamu sakit gimana? Mau cari tempat berteduh?"

Sato masih mematung. Lelaki itu masih mencerna dengan perilaku gadis yang ada di hadapannya.

'Siapa gadis ini?'

Pertanyaan aneh itu muncul secara tiba-tiba di benak Sato. Gadis ini...

"Ayo kita kesana mungkin kamu ingin berteduh dulu sejenak.." kata gadis itu lembut.

Sambil menarik tangan kekar milik Sato, gadis itu membawanya ke sebuah halte untuk berteduh sejenak. Mengingat Sato memang sudah basah kuyup, tapi setidaknya gadis itu memayunginya walaupun hanya sebentar.

"Kamu duduk disini dulu.."

Sato diarahkan untuk duduk di tempat yang kosong, sedangkan gadis itu? Dia membuka jaket kebesarannya lalu di pakaikan di tubuh besar Sato. Lelaki itu lagi-lagi tertegun dibuatnya. Perilaku gadis itu benar-benar membuat Sanji terkejut.

"Kamu pakai jaketku dulu ya? Takut nanti kamu kedinginan..." sahut gadis itu sambil merapikan sedikit jaket yang di kenakan Sato.

Hangat.

Walaupun tak sehangat yang dia rasakan, tapi gadis itu memperlakukannya dengan penuh kehangatan. Sangat terasa sekali.

"Kau..." Sato mencoba untuk membuka suara.

"Hmm?"

"Kau siapa?" tanyanya.

"Eh?"

"Kau siapa? Kenapa ah eh ah eh?" ketus Sato.

"Eh? Hmm... Aku Nadya, kamu siapa?" jawab gadis itu dengan memasang senyuman lebarnya.

Sekilas Sato melihat senyumannya yang sangat indah itu. Sangat manis.

"Maksud saya, kenapa kamu ngelakuin kayak begini ke saya? Kamu sakit?" tanya Sato ragu-ragu.

"Hah? Sakit? Sakit apaan dah?" tanya gadis itu bingung sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

"Sumpah jadi cewek bolot banget." jawab Sato seenaknya.

"Lah?"

"Di tolongin bukannya makasih kek apa kek malah ngehina orang kek begitu.. Dasar cowok gak tahu terima kasih!" ucap Nadya dengan nada kesal.

Mendengar keluh kesah gadis itu, Sato hanya menatapnya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Bibirnya yang manyun sambil melipat kedua tangannya itu... benar-benar terlihat sangat menggemaskan di mata Sato.

"Saya Sato, Salam kenal kalo gitu..."

Dengan cepat gadis itu melirik Sato lalu tersenyum kembali dengan mudahnya.

"Halo Sato~~"

'Astaga... Senyumannya...'

"Iya iya udah tadi kamu nyebut nama kamu, sekarang gantian biar saya yang sebutin nama saya, impas kan?" kata Sato yang lagi-lagi menggunakan nada bicara yang ketus.

"Hahahaha iya iya makasih ya Sato?" jawab gadis itu lembut.

"Sato, kamu kenapa maen hujan-hujanan begitu? Emang gak takut masuk angin?"

Sato hanya menggelengkan kepalanya cepat tanpa menjawab pertanyaan dari gadis itu. Bukannya dia tidak mau menjawab, tapi apakah dia tidak tahu kondisinya kalau dia habis di putusin? Gadis ini benar-benar sulit di mengerti.

"Aahhhh... Hujannya belum berhenti juga ya... " kata Nadya sambil duduk di sebelah Sato. Karena hanya ada itu tempat duduk yang masih kosong.

"Kenapa duduk di sebelah saya?" tanya Sato heran.

"Lah terus aku harus duduk dimana?" tanya Nadya bingung.

"Hmmm.... "

Nadya hanya menatap heran lelaki yang ada di sampingnya itu. Karena seumur hidup baru pertama kali dirinya bertemu dengan lelaki cuek dan jutek seperti Sato.

"Kamu gak boleh jutek begitu..." kata Nadya blak-blakan.

"Hah? Terus apa hubungannya dah sama kamu?" sahut Sato ketus.

"Ya gak ada hubungannya sama sekali sih.. Tapi coba deh sesekali jadi payung.." kata Nadya sambil menatap langit yang masih mendung.

Sato bingung dengan ucapan dari gadis itu.

"Kenapa emangnya kalo saya jadi payung?" tanya Sato penasaran.

Sambil tersenyum dan memejamkan kedua matanya, dia menatap Sato dengan tatapan yang lembut. Sato hanya bisa terdiam dan terpaku.

"Karena payung... walaupun di serang sama rintikan hujan yang datangnya beratus-ratus kali atau bahkan beribu-ribu kali, dia masih bisa melindungi siapapun orang yang ada di baliknya.."

Tiba-tiba saja Nadya bangkit sambil berjalan mendekat kearah rintikan air hujan yang masih cukup deras. Memainkan setiap rintikan hujan itu sudah menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan untuknya.

"Begitu juga dengan kita..."

"Hmm...?"

"Kita harus kuat apapun segala cobaan dan rintangannya demi menjadi keutuhan hati kita sendiri... Dengan begitu, kita masih bisa bertahan di tempat yang sama walaupun itu menyakitkan."

DEG!

Perkataan gadis itu sukses membuat Sato terkejut. Dengan cepat Sato menoleh kearah gadis itu dan sangat terlihat sekali bahwa dirinya juga sedang tidak baik-baik saja. Itu sangat terlihat jelas sekali di wajahnya.

Gadis misterius dengan membawa beribu-ribu kelembutan dan kehangatan bagian seorang Sato adalah sebuah takdir ataukah hanya kebetulan? Hujan adalah saksi bisu diantara keduanya.

...✨✨✨...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!