Cuaca malam semakin dingin, Nadya saat ini berada di pinggir jalan mencari tempat untuk beristirahat sejenak. Karena setelah dari menonton konser band nya Sato, dia pergi keluar dari bar dan berlari begitu saja entah kemana. Bahkan saat ini dia tidak tahu ada dimana.
Tubuhnya mulai menggigil karena memang cukup dingin malam itu terlebih lagi dia memakai kaos oblong pendek dan celana pendek di lengkapi dengan stocking hitamnya.
Cukup lama Nadya berjalan sampai dia bertemu sebuah bangku kosong yang letaknya tidak jauh dari hadapannya.
"Heehh... Ketemu juga bangku... Akhirnya bisa istirahat..."
Nadya berlari kecil menuju bangku itu dan melepaskan rasa pegal di kakinya disaat yang bersamaan. Suasana di pinggir jalan makin kemarin mulai sepi karena waktu juga sudah cukup malam.
Seakan terhanyut dalam lamunan, Nadya kembali mengingat setiap lirik lagu yang di bawakan Sato tadi saat tampil di atas panggung. Lirik lagu yang tidak bisa di mengerti oleh gadis itu hingga ia menyangka bahwa kalau lagu itu sudah cukup memberikan banyak jawaban untuk dirinya.
'Ternyata... Aku terlalu berharap banget ya... Hehehe... Padahal dia masih berharap sama mantannya...'
'Aku bisa apa... Aku gak bisa apa-apa...'
'Aku ini gadis murahan... Aku ini gadis bekas yang gak pantes buat siapapun...'
Saat Nadya masih terbawa oleh pikirannya sendiri, hujan mulai turun dengan lebat. Bahkan Nadya tidak menyadari itu.
'Aku harap dia bisa balik lagi dengan mantannya itu...'
Wajah gadis itu semakin menunduk menahan agar tidak menangis dan itu berhasil. Nadya berusaha untuk tidak menangis sambil menahan hawa dingin yang sudah mulai menusuk.
'D-Dingin sekali...'
BRUK!
Tiba-tiba saja ada suara seperti seseorang yang sedang duduk di sebelahnya, Nadya menyadari hal itu.
'Ada orang ya... Aku takut...'
SRAK!
Seperti ada sesuatu di kepalanya, Nadya mencoba menoleh keatas dan... jaket?
Dipegangnya jaket itu yang aromanya seperti Nadya kenal.
'I-Ini kan?'
"Kamu dari mana?"
Suara berat yang cukup mengagetkan Nadya. Suaranya pun tak asing di telinga gadis itu.
"Kamu dari mana?"
Pertanyaan itu diulang kembali oleh sang empunya suara. Nadya menoleh sedikit ke sebelah kiri dan mata gadis itu membulat saat melihat sosok itu.
"S-Sato?!"
Ternyata Sato sudah ada di sampingnya dengan baju yang sedikit basah akibat hujan. Nadya bahkan melihat sekitar kalau ternyata hujan sedang turun lebat.
"H-Hujan?"
"Nadya.."
Lagi-lagi pria itu bersuara dan memanggil namanya.
"Kamu dari mana?"
Nadya tidak tahu harus menjawab apa. Dia hanya menunduk lalu mencoba mengubah posisi duduk nya berdekatan dengan pria itu lalu menutupi kepala pria itu dengan jaket yang ada di kepalanya.
"Maaf..." kata Nadya dengan suaranya yang serak.
"Kenapa kamu pergi?" tanya pria itu lagi.
"S-Sato—"
"KENAPA?!"
Cukup terkejut Nadya mendengar suara tinggi Sato yang tiba-tiba. Gadis itu nyalinya ciut dia bahkan tidak bisa di bentak sedikit pun. Sato yang menyadari kalau dia sudah sedikit kasar dengan gadisnya itu dia langsung bangkit dari duduknya dan bersimpuh di hadapan gadis itu.
Nadya bingung dengan sikap Sato di malam itu. Seperti bukan dia.
"S-Sato... K-Kamu mau ngapain?" tanya Nadya bingung.
"Maaf... Maafin aku... A-Aku kasar sama kamu.. A-Aku brengsek..."
Mendengar pernyataan Sato yang seperti itu, Nadya merasa iba.
"S-Sato... Jangan menyalahkan diri kamu seperti itu dan... jangan duduk seperti ini. Ayo bangun.."
Nadya mencoba membantu Sato untuk berdiri, baginya seorang pria tidak pantas melakukan hal itu didepan wanita.
"...."
"Makasih ya Sato... Kamu udah undang aku ke acara konser band kamu... Aku senang bisa datang..."
"...."
"Apa lagu itu buat aku?"
DEG!
Sato terkejut dengan pertanyaan yang di lontarkan Nadya.
"Aku tahu kok aku gak pantes buat kam—"
"KAMU PANTES BUAT AKU, NADYA!!"
Ucapan Sato lagi-lagi membuat Nadya bingung.
"M-Maksudmu?"
Nadya mencoba menatap wajah pria yang ada di hadapannya itu. Betapa terkejutnya dia melihat wajah Sato yang sudah merah padam.
"S-Sato?"
Pria itu masih belum menjawab lalu dengan cepat dia menatap Nadya dengan ekspresinya yang seperti itu.
"NADYA!!!"
"I-Iya... Kenapa?"
CHUP!
Tiba-tiba saja Sato mencium sekilas bibir Nadya. Itu cukup membuat Nadya terkejut. Pasalnya mereka berada di tempat umum, bukan di tempat kencan yang isinya hanya mereka berdua saja.
"Nadya..."
Wajah Nadya sudah memerah saat itu juga dia pun menatap pria yang ada di hadapannya itu dengan tatapan malu-malu. Sedangkan Sato menatap gadis itu dengan tatapan yang sendu dan juga serius.
"Aku cinta sama kamu, Nadya. Bulan depan nanti aku akan melamar kamu. Jadi tunggu aku ya?"
"Eh?!"
"Hmm?"
"K-Kamu... M-Mau..."
"Kenapa sayang?"
Tubuh Nadya mematung di tempat saat mendengar Sato memanggil panggilan kepadanya dengan sebutan sayang.
'S-Sayang?? S-Sato manggil aku sayang??? Y-Yang benar aja?!'
"Kamu gak apa-apa?" tanya Sato dengan nada yang sedikit khawatir.
Sato mencoba memegang kening gadis itu namun di tepis begitu saja oleh Nadya.
"N-Nadya?"
Pria di depannya itu tidak tahu bahwa Nadya sedang mati-matian mengatur detak jantungnya yang begitu hebat. Bagaimana tidak, perkataan Sato itu secara tidak langsung seperti menyatakan perasaan sekaligus ingin melamar dirinya didepan umum. Iya, didepan umum.
"S-Sato... B-Bisakah kita bahas ini di tempat yang sepi? Kamu tahu? Dari tadi... D-Dari tadi kita di perhatikan oleh teman-teman kita."
Mendengar perkataan Nadya yang seperti itu, Sato langsung mencari dimana keberadaan teman-temannya. Dan ternyata mereka berada di balik tembok gang kecil, mereka sedang melihat kearah dua insan itu dengan tatapan meledek.
"YUHUUUU~~"
"BENERAN JADI NIH AKHIRNYA???!!"
"ASEEEEKKK TRAKTIR INI MAH!!"
Betapa malunya kedua insan itu saat di ledek oleh teman-temannya.
"OI KENAPA HARUS BULAN DEPAN SIH YAELAH UDAH SIKAT!!!"
"LO PENGECUT BANGET, SATO! KENAPA HARUS BULAN DEPAN LAMARNYA?" teriak Uenoyama.
"HEH!! PADA BERISIK YA?! LO JUGA DIEM AJA UENOYAMA!!" balas Sato dengan wajah yang memerah hebat.
Nadya tidak bisa mengatakan hal apapun kecuali menarik ujung baju Sato. Sato yang menyadari hal itu langsung menatap Nadya dengan tatapan sendu.
"Mau kembali ke bar, sayang?"
Lagi-lagi panggilan sayangnya itu membuat Nadya luluh dan benar-benar tidak bisa menahan wajah merahnya yang semakin memerah.
"B-Boleh.. T-Tapi bisa gak sih kamu jangan manggil aku sayang? A-Aku malu..." kata Nadya dengan malu-malu.
BLUSH!
Sato terpesona saat melihat wajah Nadya yang merah seperti tomat itu.
'Astaga... Kenapa gadis ini begitu imut... Aku ingin menggigit pipinya...'
"Tapi aku gak bisa."
"Hah?!"
"Kamu udah jadi milik aku sekarang, masa aku masih tetep panggil nama kamu." jawab Sato enteng.
"T-Tapi aku malu, Sato—"
"Mafuyu..."
"Eh?"
"P-Panggil aku Mafuyu. Karena kamu udah jadi milik aku, jadi kamu harus panggil aku pakai nama depanku."
Sambil menggandeng tangan Nadya, Sato seperti meyakinkan gadis itu bahwa semuanya akan aman.
"B-Baiklah, M-Mafuyu..."
'Aku pasti akan melamarmu.. Tunggu aku ya sayang...'
...🍁🍁🍁...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments