Hari semakin terus berlalu, cuaca tidak mendukung seperti biasanya, terlihat mendung dan gelap. Hujan pun belum juga turun. Para mahasiswa dan mahasiswi sedang asyik membicarakan soal jadwal sidang proposal mereka, begitu juga dengan Ritsuka dan Hitoka. Namun sayangnya mereka berdua juga kepikiran mengenai Nadya yang belum ada kabar sejak tadi malam.
"Ritsu-chan, NaaChan mana?"
"Eh? Dia gak ngasih kabar ke lo?" tanya Hitoka terkejut.
"Engga tuh teleponnya juga gak aktif dari semalem. Dia kenapa ya?"
"Gak tahu deh, apa mau kerumahnya dia nanti habis jam kuliah?" ajak Ritsuka.
"Ayuk aja gua mah.."
Ritsuka dan Hitoka adalah sahabat terbaik Nadya. Kemanapun Nadya berada, pasti disana ada mereka berdua. Rutsuka yang terkenal baik hati, blak-blakan, super galak tapi perhatian, sedangkan Hitoka terkenal dengan orangnya yang periang, gak enakan, ambisius dan juga cengeng. Meski begitu, mereka bertiga bisa berteman baik sejak awal masuk kuliah hingga sekarang.
"Ritsuka.."
"Hmm?"
"Menurut lo, gimana ya keputusannya kemaren?" tanya Hitoka.
"Gimana apanya maksudnya?"
"Maksud gua, gimana ya kelanjutan hubungannya NaaChan sama si cowok brengsek itu?" kata Hitoka khawatir.
Ritsuka hanya menatap Hitoka sejenak lalu mengangkat bahunya.
"Entahlah.. Ya semoga aja berakhir dah.." jawab Ritsuka enteng.
"Kok?"
"Ya habis gimana, kasihan NaaChan pacarannya terlalu toxic, mendingan cari aja dah cowok yang lain masih banyak ini kok cowok..." sahut Ritsuka lagi.
"Ya iya sih.."
"Yaudah mendingan kita beresin dulu nih proposal kita nanti pas udah selesai baru kita ke tempatnya dia..." katanya lagi sambil mengutak-atik laptop miliknya.
"O-Oke Ritsu-chan..."
......🍁🍁🍁......
TENG TONG.
TENG TONG.
"Ya? Siapa di luar?"
"I-Ini Pak, saya dari ojek online.. M-Mau mengantarkan makanan..."
"Yaudah bang, makanannya taro depan pintu aja ya saya lagi repot.."
"B-Baik, Pak. Saya permisi dulu, Pak.."
Benar-benar hari yang merepotkan, Sato saat ini berada di rumahnya bersama dengan Nadya. Bagaimana bisa? Jangan tanyakan kenapa bisa bersama dengan gadis itu, kejadian tadi malam membuat Nadya jatuh pingsan dan demam tinggi. Dibawah hujan deras cukup lama memang sangat tidak baik untuk seorang gadis seperti Nadya.
Sato bergegas menuju pintu rumahnya untuk mengambil makanan yang ia pesan dari ojek online. Mengingat dia tidak bisa memasak sama sekali jadi kalau dia mau makan tinggal pesan ojek online atau membelinya di luar.
Setelah mengambil makanan, ia pun langsung menyiapkan bubur ayam yang masih hangat untuk ia berikan pada Nadya.
"Kenapa pake acara pingsan segala sih nih cewek?" keluh Sato.
Dengan sigap Sato langsung mengantarkan semangkok bubur ayam dan juga susu coklat hangat untuk Nadya. Sejak tadi malam, Nadya belum juga terbangun dari tidurnya. Suhu tubuhnya pun di cek dan hasilnya masih demam tinggi. Sato rela begadang hanya demi melihat gadis itu terbangun dari tidurnya.
"Dia belum bangun juga ya? Masih panas banget lagi badannya.." gumamnya pelan sambil menempelkan telapak tangannya di dahi gadis itu.
Kejadian tadi malam benar-benar membuatnya sangat mengkhawatirkan gadis ini.
"Iya saya paham..."
"AAARRRRGGHHH AAAHHHHHHH.... GAAAHHHHHH...."
"Ada saya disini.. Jangan takut..."
"Kenapa...."
"Hmm...? "
"Kenapa gak ada cinta yang serius? "
"Sssttt.... "
"KENAPAAAA???!!!!! AAAAARRRRGGHHH!!!! "
Mengingat kata-katanya kemarin, membuat Sato berpikir keras tentangnya.
'Apa dia udah lama di perlakukan oleh cowok brengsek itu kayak begini?'
Sato merasa tidak tega dengannya, Laki-laki yang sudah membuatnya hancur seperti ini benar-benar tidak bisa di maafkan.
"Haaahh... Kenapa kamu senasib sama saya sih, pawang hujan? Kocak tahu gak.." kata Sato sambil menghela nafasnya kasar sambil tersenyum kikuk. Dia jadi teringat saat dia di putuskan oleh kekasihnya beberapa hari yang lalu, Yuri.
"Eng..."
Saat Sato masih nyaman dengan lamunannya, Tiba-tiba saja terdengar suara dari gadis itu. Jemari tangannya yang mulai bergerak sedikit demi sedikit, membuat Sato terkejut dan langsung mendekat kearah Nadya.
"H-Hei... K-Kamu udah bangun?" tanya Sato dengan mulut yang terbata-bata.
Nadya masih belum menjawab pertanyaan Sato. Dia mencoba untuk membuka matanya perlahan hingga dia menyadari kalau dia berada di tempat yang asing.
"H-Hmm..."
"A-Aku dimana... I-Ini... K-Kenapa..." tanyanya sambil memegang dahinya.
"O-Oi tolong jangan ke mana-mana dulu... Please istirahat dulu.." kata Sato sambil menahan tubuh gadis itu untuk bangkit.
Nadya masih bingung melihat di sekitarnya sampai ia menyadari lelaki yang ada di hadapannya.
"K-Kamu... Sato kan?" katanya.
Entah Sato harus merasa lega atau senang tapi yang jelas, terlintas senyuman tipis dari bibir laki-laki itu saat melihat Nadya sudah bangun dari tidurnya.
"Ya, ini saya Sato. Kamu tadi malam pingsan, mungkin karena kehujanan. Badan kamu demam jadi saya bawa kerumah." kata Sato.
"Kerumah?"
"Y-Ya.. Kerumah... Kerumah saya maksudnya..."
"Hmm...?"
1. 2. 3.
"GYAAAHHH!!!!!"
Tiba-tiba saja Nadya teriak begitu keras hingga Miya harus menutup kedua telinganya agar tidak tuli.
"Bisa gak sih gak usah teriak begitu tiba-tiba?" ketua Sato kesal.
"K-Kamu... Ka-Kamu ngapain!? Kamu!? K-Kamu!?"
Melihat Nadya yang panik seperti itu, Sato hanya bisa menghela nafasnya kasar.
"Saya gak ngelakuin apapun sama kamu, saya emang masih normal tapi saya gak nyentuh apapun... Sumpah.." jawab Sato enteng.
"L-Lah... G-Gak mungkin... G-Gak Gak Gak!! Kenapa baju aku tiba-tiba berubah?" tanya Nadya sambil menarik baju kebesaran yang ia kenakan.
"Saya nyuruh tetangga saya buat gantiin baju kamu, kalo gak diganti ya kamu masuk angin lah kocak.." jelas Sato panjang lebar.
Nadya masih memanyunkan bibirnya sambil menatap Sato dengan tatapan waspada. Sato menyadari itu sayangnya.
"Terserah kamu mau percaya atau enggak.. Yang penting kamu sekarang udah sadar... Dan..."
Diambilnya nampan yang berisikan bubur ayam dan susu cokelat lalu di letakkan di pangkuan Sato.
"Sekarang kamu makan terus minum obat.." lanjut Sato.
Nadya yang sedari tadi hanya diam melihat tingkah Sato itu sangat bingung. Sato masih terbilang seperti stranger, atau orang asing yang baru ia kenal beberapa hari yang lalu. Tapi kenapa sikapnya sangat baik sekali padanya.
"T-Tunggu dulu..." sela gadis itu.
"Apa lagi?"
Sekali lagi Nadya melihat di sekelilingnya, memang tempat yang berbeda. Dia memang bukan berada di kamar tidurnya. Dia benar-benar di rumah laki-laki ini, di rumah Sato.
"Kenapa kamu mau nolongin aku? Ki-Kita kan baru kenalan beberapa hari yang la—"
"Dekat."
"Eh?"
"Sa-Saya mau kita bukan hanya sekedar kenal." jawab Sato pelan.
"T-Terus? A-Apa?" tanya gadis itu lagi.
Sato menarik nafasnya panjang lalu menatap dalam-dalam gadis yang ada di hadapannya itu. Dengan tatapan yang sulit di artikan. Begitu damai, hangat dan juga menenangkan.
"Saya mau kita saling dekat.. "
"Dekat satu sama lain.."
......✨✨✨......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments