"Oi Hitoka... NaaChan kira-kira udah pulang belum ya dari tempat kerjanya?" tanya Ritsuka yang masih sibuk mengetik didepan laptop miliknya.
"Hmm.. Aku rasa sih belum, soalnya dia bilang tadi sore banyak pelanggan yang datang ramai bahkan dia juga katanya belum sempat makan.." jawab Hitoka.
Ritsuka dan Hitoka saat ini berada di apartemen milik Hitoka. Mereka sedang mengerjakan skripsi mereka yang jadwal sidangnya tidak akan lama lagi.
"Gua jadi kepikiran deh sama NaaChan.." celetuk Ritsuka.
Hitoka yang mendengarkan hal itu wajar-wajar saja, pasalnya Nadya tinggal seorang diri di negara orang, melakukan apapun sendiri bahkan bekerja paruh waktu juga. Padahal uang saku dari kampusnya sebagai mahasiswi beasiswa itu sudah termasuk lebih dari cukup.
"A-Aku juga sih... Cuman kan dia pasti bakalan ngabarin kita lagi kalau dia udah pulang.."
Ah, benar juga. Nadya pasti akan mengabari mereka jika dirinya sudah selesai dari pekerjaannya. Itu tidak heran karena itu yang selalu Nadya lakukan setiap hari.
Namun saat Hitoka membuka grup pesan khusus teman-teman kampus, Tiba-tiba saja dia langsung terkejut seperti tidak percaya sampai-sampai telepon genggam miliknya terjatuh begitu saja.
"G-Gak... Gak mungkin..."
Ritsuka yang melihat sikap aneh dari Hitoka langsung dengan cepat menghampiri gadis itu.
"Oi... Lo gak apa-apa Hitoka?" tanya Ritsuka.
"K-Kamu... Kamu lihat di grup deh... Kamu lihat di grup kampus, cepetan..." kata Hitoka dengan nada yang sulit di artikan.
Ritsuka yang masih bingung dengan apa yang terjadi, dia mengambil telepon genggam miliknya dan melihat grup kampus seperti yang dikatakan Hitoka. Ritsuka membulatkan matanya seolah apa yang ia lihat itu adalah kebohongan.
"Bohong.... I-Ini bohong kan... OI HITOKA!! INI BOHONG KAN???!!!" kata Ritsuka sambil menggoyang-goyangkan tubuh Hitoka.
Hitoka hanya diam membisu. Sedangkan Ritsuka masih di bawa rasa pertanyaan yang banyak dan bertubi-tubi dalam dirinya.
'I-Ini.... Ini beneran?? N-NaaChan beneran??? Ini pasti bohong kan....' gumam Ritsuka yang masih terkejut.
...🍁🍁🍁...
"Hohoho~ Yo~ Kita ketemu lagi ya, brengsek... Oohhh jangan lupa....."
"..Halo... kamu yang disana~..."
"...Gadis penghiburku...."
Saat mendengar panggilan dari laki-laki itu, Nadya hanya bisa diam dalam menangisnya. Sato yang tersulut emosinya, langsung menarik kerah baju laki-laki itu.
"Oi.. Apaan maksud omongan lo? HAH!!???" bentak Sato dengan nada tinggi.
Uenoyama masih berdiri mematung di tempat namun dia tetap menjaga Nadya yang berada di belakangnya.
"Heehh~~ Jangan marah begitu dong, bukannya lo mati-matian banget ngebelain dia pas dipinggir jalan waktu itu? Masih inget kan?"
Tentu saja, bagi Sato itu adalah kejadian yang di luar nalar. Benar-benar sangat kasar dan tidak manusiawi memperlakukan seseorang seperti itu di depan umum dengan kata-kata kasar juga.
"Hah?? Beneran tuh? Kamu nolongin dia pas itu? Jangan bilang kamu udah mulai suka lagi sama cewek penghibur kayak di—"
GRAB!
Tiba-tiba saja Sato dengan cepat menarik kerah kemeja yang di kenakan oleh Yuri. Gadis itu juga meringis kesakitan saat Sato bersikap seperti itu padanya.
"S-Sa-Sakiittt.... Uhuk.... L-Lepaskan...."
"SATO!"
"BERANINYA LO KASAR SAMA ADIK GUA KEPARAT???!!!!" pekik Yuki yang mencoba untuk memukul Sato dengan genggaman tangannya namun sayangnya di tahan oleh Uenoyama.
"Jangan main kasar di tempat umum, punya etika kan?" kata Uenoyama dengan nada dingin.
"Dan lo... Sato, lepasin tangan lo.. Dia itu cewek.. Kalo lo bersikap begitu, tandanya lo sama aja kayak mereka... Tahan emosi lo..."
Uenoyama mencoba menenangkan Sato juga yang sudah meluap emosinya sejak tadi.
"Jaga omongan lo berdua, atau gua bener-bener gak akan pandang bulu buat ngehajar kalian..." kata Sato dengan nada penekanan.
Kelihatan Yuki dan Yuri yang mulai sedikit kewalahan, namun disaat itu juga Nadya bangkit dari duduknya dan berjalan melewati Sato dan juga Uenoyama. Dengan tangan yang gemetar, gadis itu berusaha menjaga keseimbangannya.
"Ya... Kalian benar... Kalian sangat benar..." lirih Nadya.
Sato dan Uenoyama masih terdiam mencoba mencerna kata-kata gadis itu.
"Aku memang pernah melakukan hubungan terlarang denganmu saat kita masih berpacaran. Aku udah gak suci, aku udah gak menjadi gadis seutuhnya.. Lalu kenapa emang? LALU KENAPA EMANG?????!!!!!!"
Mendengar perkataan Nadya yang cukup lantang itu, Uenoyama dan Sato terkejut bukan main, masih belum percaya dengan apa yang terjadi.
"LALU KENAPA????!!! HAH???? KENAPA KALAU AKU SUDAH TIDAK SUCI LAGI??? APAKAH ITU SEBUAH KESALA—"
PLAK!
Sebuah tamparan melayang di wajah Nadya dengan cukup keras hingga tanpa sadar membuat sudut bibir dari gadis itu mengeluarkan darah segar.
"Lo bilang kenapa??? LO BILANG KENAPA HAH????!!!" pekik Yuri.
"LO ITU UDAH KEGENITAN!!! DEKET-DEKET SAMA SATO!!!! NGACA DIRI!!! SIAPA YANG MAU SAMA LO SIALAN???!! HAAAHH???!!!!"
Ucapan kasar dan perilaku kasar Yuri membuat Nadya terdiam sambil memegangi pipinya yang memerah. Tanpa mengatakan hal apapun, Nadya berusaha lari dan pergi dari bar itu tanpa membawa apapun. Gadis itu berlari sekuat tenaga sambil menahan rasa sakitnya.
Sementara di bar, menjadi tontonan para pengunjung disana. Uenoyama dan Sato pun masih mematung di tempatnya.
"Tch! Dia kabur, dasar sok suci, sok gak punya salah. Sialan!" ucap Yuri dengan wajahnya yang terlihat dongkol.
"Hahahaha emang gadis sialan gak tahu diri, bener-bener tolol!!" pekik Yuki.
BUAG!
DUAG!
BUAG!
Sebuah pukulan melayang bertubi-tubi mengarah kepada Yuki. Sato sudah tidak bisa menahan amarahnya yang sudah memuncak. Tatapan matanya terlihat sangat menyeramkan.
"OI SATO!! UDAH OI!! JANGAN BERANTEM DISINI!! AYO UDAH!!!" kata Uenoyama yang mencoba melerai mereka berdua."
"L-Lepasin sialan..." kata Yuki sambil meringis kesakitan.
Tatapan Sato sangat menakutkan. Bahkan Uenoyama sendiri pun tidak menyangka kalau Sato akan bisa semarah itu.
"Jangan... Nyebut nama Nadya dari mulut busuk lo itu sialan!!!!! JAUHIN NADYA ATAU LO MATI DI TANGAN GUA!!!!!"
Cengkraman di leher Yuki mulai meregang dan berhasil terlepas. Akhirnya Yuki dan Yuri dengan wajah yang ketakutan, mereka langsung pergi meninggalkan Uenoyama dan Sato di tempat.
"Oi... Ayo.. Kita kasih formulirnya ke barten—"
"Gua..."
"Hah?"
"... Gua gak tahu..."
"Soal apaan?"
Sato tertunduk lemas, ekspresi wajahnya yang terkejut dengan mata membulat.
"...Gadis penghiburku...."
"Soal... Kalau Nadya kayak begitu..."
Seolah masih tak percaya dengan apa yang di ucapkan Yuki dan Yuri. Sato benar-benar membatu di tempatnya.
'Sebenernya.. Kalo dilihat-lihat... Dia gak pantes di perlakukan kayak begitu... Apalagi sampe dia ternodai... Tapi pasti alesannya lagi-lagi karena cinta.. Sialan... Cinta emang buta banget...' gumam Uenoyama sambil menepuk keningnya pelan.
...🍁🍁🍁...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments