"Demikian presentase yang dapat saya sampaikan, semoga dengan diadakannya kerjasama ini membuat perusahaan kita semakin maju dan berkembang. Terima kasih."
PROK! PROK! PROK!
Semua hadirin memberikan applause untuk Sato. Meeting kali ini benar-benar membuatnya sangat bersemangat.
Setelah selesai, Sato dan juga Bagas merapikan beberapa dokumen yang baru saja mereka presentasikan.
"Tuan Sato.."
Seseorang memanggilnya sambil menepuk bahunya dengan tegas.
"Seperti biasa, Anda selalu terlihat bersemangat untuk meeting kali ini.."
"Ya, Pak. Dia selalu bersemangat setiap harinya, pewaris tunggal memang yang terbaik. Bukan begitu, Pak Tobi?" sahut Hiiragi dengan membanggakan Sato di depan client mereka.
Sato adalah pewaris tunggal dari seorang pengusaha hebat. Ayahnya bernama Sato Kato sudah terkenal di Asia dengan kepemimpinannya yang tegas demi memajukan perusahaannya. Sosok pekerja keras dan sangat memiliki potensi. Namun sayangnya, ayahnya sudah mulai sakit-sakitan sejak ia sekolah SMA, sampai pada akhirnya sang ayah menyerahkan semua asset perusahaan dan investasinya untuk di teruskan oleh Sato.
"Benar sekali, Hiiragi. Tuan Sato memang sangat bisa diandalkan. Tapi ngomong-ngomong, apakah Tuan Sato sudah memiliki calon?"
JEDER!
Sato dibuat bungkam sepenuhnya oleh kata-kata itu, dirinya seperti tersambar petir. Terlihat Hiiragi hanya bisa menahan tawanya.
"A-Aahh... Masalah itu... Bisa diatur, Pak Tobi. Karena memang tidak mudah mencari yang sehati. Bukan begitu, Pak?" balas Sato dengan nada tenang. Padahal hatinya bergemuruh tidak menentu.
"Benar juga, pasti Tuan Sato sedang mencari sosok yang sempurna. Memang susah ya, Tuan?"
Saat mendengar perkataan itu, Sato masih sempat-sempatnya mengingat gadis yang selama ini selalu ada di pikirannya.
"Tidak susah, hanya saja...."
Dengan senyuman tulus dan tatapan yang sulit diartikan dia berusaha menjawab dengan hati yang tenang.
"Butuh perjuangan extra untuk mendapatkannya.."
...🍁🍁🍁...
"Benimaru Benimaru!!!"
"Ya Tuhan ganteng banget..."
"Sumpah udah gede sih masih jadi wibu.."
"NaaChan, kamu gapapa? Kamu normal kan?"
"Ya normal lah, tapi sumpah deh mendingan aku pacaran sama karakter 2 dimensi daripada pacaran sama cowok beneran.." sahut Nadya sambil melihat ponselnya yang bergambarkan karakter anime kesukaannya.
"Nah kan, udah fix ini dia lebih gak waras sih..." kata Ritsuka blak-blakan.
"Tapi ya emang begitu kan? Aku mah belajar dari pengalaman kemarin aja sih.." jawab Nadya lantang.
Pengalaman kemarin memang tidak bisa dilupakan begitu saja olehnya. Tinggalkan dan di putuskan secara sepihak dengan alasan fisik yang kurang dan tidak cinta lagi, itu sangat tidak masuk di akal.
"Makanya jangan jadi wibu.." sahut Ritsuka lagi.
"Bodo ah.. Kalo ada cowok yang mau nerima aku syukur, kalo engga yaudah.. Simpel kok.." jawab Nadya seenaknya.
Hitoka yang melihat mereka bertengkar kecil hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya heran sambil menghela nafasnya kasar.
"Ya setidaknya, bisa menerima kamu apa adanya, Nad. Gak peduli kamu wibu, atau suka sama karakter 2 dimensi, yang penting dia cinta dan sayang sama kamu. Syukur-syukur yang bisa di ajak serius sampe ke jenjang pernikahan. So sweet~"
Perkataan Hitoka ada benarnya. Lelaki zaman sekarang susah untuk pacaran yang bisa berkomitmen, apalagi untuk masa depan. Nadya malah menganggap semua laki-laki sama. Hanya manis di awal, cuek di akhir. Itulah laki-laki.
"Semua cowok sama aja, makanya aku gak pernah percaya kalau ada cowok yang berkomitmen ingin memikirkan sampai jenjang pernikahan. Itu bullshit." jawab Nadya sambil cemberut.
"Sebenernya sih kalau lo nemuin yang tepat, gak akan jadi bulshit."
"Kan selama ini mah lo terlalu bucin jadi cewek, terlalu sayang, makanya kena jebakan cowok sialan terus." kata Ritsuka terus terang.
Lagi-lagi Nadya dibuat terdiam dengan perkataan Ritsuka yang membalasnya bertubi-tubi.
"Yak! Yaudah sih kenapa jadi aku yang kena??!?" protes Nadya sambil cemberut.
"Lah kan emang lo—"
"NAACHAN!!!!!!"
Baik Nadya sendiri, Ritsuka dan Hitoka pun ikut terkejut saat ada seseorang yang memanggilnya secara tiba-tiba.
"Oi!! Bisa gak kalau mau manggil orang jangan teriak-teriak!!" ketus Ritsuka sambil marah-marah.
"M-Maaf Ritsuka-chan... T-Tapi Na-NaaChan..."
"Emang ada apa sama NaaChan?"
Nadya yang bingung namanya di sebut-sebut hanya bisa celangak celinguk tidak jelas.
"NaaChan... Ada yang cari kamu di depan gerbang.."
"HAH???!!!"
...🍁🍁🍁...
"Ini bener gak sih kampusnya si pawang hujan?"
Sambil melihat dan mengintip dari gerbang kampus, Sato memastikan bahwa ini benar kampusnya Nadya.
"Gua gak tahu itu cewek nomor teleponnya berapa... Untung aja kemarin dia ngasih tahu kampusnya.. Tapi by the way, ini cewek kemana dah? Apa belom waktunya pulang?"
Satoawalnya ragu untuk bertanya kepada salah satu mahasiswa disana tapi akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya.
"Permisi..."
Salah satu mahasiswa itu terkejut saat bertemu dengan laki-laki tampan seperti Sato.
"Disini ada yang namanya Nadya gak ya?"
"Disini banyak yang namanya Nadya..."
Sato speechless, benar juga di kampus ini pasti yang namanya Nadya bukan dia saja. Akhirnya Sato menjelaskan ciri-ciri dari Nadya yang dia cari. Ternyata mereka kebetulan satu ruangan dengan Nadya yang di cari Sato. Dengan cepat Sato meminta bantuan mereka untuk memanggil Nadya untuk menemuinya di depan gerbang.
Dengan sabar Sato menunggu gadis itu di depan gerbang. Walaupun dia menjadi pusat perhatian mahasiswa dan mahasiswi disana tapi dia tetap tidak peduli. Karena tujuannya hanyalah ingin bertemu Nadya.
"Haaahhh... Haaahhh... Siapa dah yang mau ketemu Ya Tuhan..."
Mendengar suara yang tak asing di telinganya, Sato langsung menoleh ke arah sumber suara itu dan berdirilah seseorang yang ia tunggu-tunggu. Sato hanya menatap gadis itu dengan tatapannya yang seperti biasanya.
"K-Kamu???!!"
Sambil menunjuk laki-laki itu, Nadya menghampiri Sato dengan tatapan yang sulit di artikan. Sato yang terlihat risih di tatap dengan tatapan yang tidak biasa itu langsung mengerutkan keningnya.
"Jangan tatap saya kayak begitu deh.. Kenapa lagi?" tanya Sato dengan nada kesal.
"Harusnya aku yang tanya kamu, kamu ngapain dateng ke kampus aku?" tanya Nadya sambil menepuk keningnya.
"Lah emangnya gak boleh?"
"Astaga... Bukannya gak boleh, cuman aku belum waktunya pulang.."
"Oh ya saya mana tahu..."
"Astaga..."
Tidak berdebat saat bertemu, bukan ciri khas mereka berdua.
"Hebat juga kuliah disini..." kata Sato sambil menatap kearah gedung kampus.
"Ih malah ngalihin pembicaraan... Aku tanya tadi, kamu tuh ngapain kesini?"
"Saya kangen.."
Seketika Nadya diam membisu. Apa dia tidak salah dengar?
"G-Gima—"
"Saya kangen... Saya kangen sama kamu.. Saya mau lihat kamu hari ini..."
Ini benar. Seorang Sato mengatakan hal itu kepada seorang gadis sepertinya.
"K-Kok... Bi-Bisa?"
"Apa?"
"I-Iya.. Kamu kok bisa kangen sama aku.." tanya Nadya tidak percaya.
"Ya namanya kangen ya musti ketemu.. Lagian juga saya gak ada nomor telepon kamu.."
"Eh?"
"Saya kangen sama kamu, saya mau minta nomor telepon kamu sekalian biar saya tahu kabar kamu tiap hari.."
"S-Sato..."
"Please.."
"Saya mau tahu kabar kamu setiap hari, jadi tolong kasih saya nomor kamu.."
Apakah cinta selalu datang tiba-tiba tanpa di undang? Ataukah hanya untuk singgah sementara?
...🍁🍁🍁...
"Jadi NaaChan udah punya cemceman baru~"
"Kok dia kagak ngasih tahu kita dah.."
"Ya belom sempet kali, Ritsu-chan.. Paling habis ini dia bakalan cerita.."
"Udah mana ganteng banget lagi cowoknya, gila secepat itu dia nemuin pengganti.."
"Hahahaha namanya juga NaaChan, si pawang para buaya~"
"Ngeriiii~ Pawang buaya~"
...✨✨✨...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments