4 : Luluh

"Haaahh... Kok capek banget ya? Padahal baru masuk kuliah lagi hari ini... Aku ketinggalan jauh gak ya materinya?"

Itulah yang di keluhkan oleh Nadya. Hari ini dia sudah bisa masuk kuliah kembali setelah kemarin absen. Karena Nadya hanya tinggal seorang diri, jadi tidak ada yang mengurusnya jika dia sakit. Karena berada di negara orang dan benar-benar jauh dari keluarganya. Lebih tepatnya adalah jauh dari ayahnya. Ibu dan adiknya pergi entah kemana sejak Nadya duduk di bangku sekolah SMA, jadi gadis itu ikut tinggal bersama ayahnya hingga sekarang.

Nadya tinggal sendiri di sebuah apartemen kecil murah yang letaknya tidak jauh dari kampusnya. Dia juga terkadang bekerja paruh waktu, yaitu menjadi seorang waiters di sebuah club atau bar. Pekerjaan itu terpaksa ia lakukan karena biaya hidup di negara orang tidak semurah di negara sendiri, walaupun ayahnya selalu mengirimkan uang bulanan kepadanya, tapi dia sama sekali tidak menyentuh uang pemberian dari ayahnya, malah uang itu dari awal dia masuk kuliah hingga sekarang selalu ia kumpulkan. Dia juga tidak terlalu khawatir dengan biaya kuliah, fasilitas, tempat tinggal atau sekedar uang saku, karena Nadya termasuk gadis yang cukup pintar sehingga dia mendapat beasiswa di salah satu kampus terkenal di negara sakura Jepang.

Nadya kembali membuka beberapa buku materinya untuk bisa ia kembali pelajari. Dia sama sekali tidak menyangka kalau akan jatuh sakit setelah kejadian itu.

Sialnya, Nadya malah kepikiran sama kejadian memilukan beberapa hari yang lalu. Di putuskan dengan alasan dia jelek, bodoh dan tolol. Dia pun merebahkan kepalanya di atas meja.

"Apa aku sebodoh yang di bilang ya?" gumamnya pelan.

BRAK!

"OII!!! APAAN ITU???!!"

Tiba-tiba saja dirinya di kejutkan dengan suara gebrakan meja.

"Kemana aja kamu hei??"

"Astaga kaliaaannn...."

"Hampir aja kalian buat aku jantungan tahu gak.." keluh Nadya sambil mengusap dadanya berkali-kali.

"Ya salah sendiri kenapa baru muncul.." protes Ritsuka sambil bertolak pinggang.

"Kamu...."

GRAB!

Nadya mendapat pelukan hangat dari Bella. Tentu saja dua temannya itu mengkhawatirkannya.

"Kamu kemana aja, NaaChan? Kamu gapapa kan?" tanya Hitoka gelisah.

Nadya hanya tersenyum tipis kearah dua temannya itu.

"Aku gapapa kok, cuman kemarin aku memang sakit.." jawab Nadya dengan nada yang lemah lembut.

"Yakin tuh sakit?" tanya Ritsuka memastikan.

"Iya. Aku beneran sakit, masa sakit bohongan sih." kata Nadya meyakinkan kedua temannya itu.

Ritsuka dan Hitoka saling menatap satu sama lain.

"Kita berdua kemarin ke apartemen kamu..." kata Hitoka.

"Tapi kamu gak ada, tetangga sebelah bilang kamu belum pulang dari kampus.." sambung Ritsuka.

"Kamu sebenernya kemarin kemana?"

JLEB!

Serasa dunia berhenti sejenak, kedua temannya itu tahu kalau dirinya tidak ada di rumah seharian kemarin. Hatinya sedikit gelisah jika dia harus menceritakan yang sebenarnya terjadi.

"O-Oohh... Kemarin...? K-Kemarin itu... A-Aku..."

"Kemana?"

"Hmm... A-Aku kemarin itu... Lagi dirum—"

"Oi oi oi!!! Ada Pak Stephan, ada Pak Stephan!!!"

Salah satu dari mahasiswa berlari dari luar kedalam ruangan dengan tergesa-gesa dan memberitahukan bahwa ada salah satu dosen sedang menuju ke ruangan. Suasana ruangan yang sedari tadi rusuh dan berisik langsung diam seketika.

Semuanya kembali ke tempat duduknya masing-masing, termasuk Ritsuka dan juga Hitoka.

Nadya sedikit merasa lega karena dia tidak jadi berbohong soal kemarin.

'Astaga... Untung aja gak jadi bohong sama mereka berdua.. Thanks God..' gumam Nadya sambil mengelus dadanya berkali-kali.

"Selamat Siang semuanya!"

"SELAMAT SIANG, PAK!!"

Nadya melirik sedikit kearah Ritsuka dan juga Hitoka, lalu menoleh ke depan lagi memperhatikan dosen yang ada didepan.

'Mungkin... Setelah ini.. Aku bakalan ngomong soal kemarin sama mereka berdua..'

'Biarin deh tanggepan mereka berdua gimana, yang penting aku udah jujur sama mereka berdua..' gumam Nadya dalam hati.

......🍁🍁🍁......

"Bro, lo mau kemana?"

"Hmm? Mau ke taman. Mau refreshing."

"Hilih~ Gaya banget.."

"Kenapa sih lo syirik amat? Dasar jomblo!"

"Heh tahu diri ya lo juga jomblo, Sama-sama jomblo gak usah saling ngeledek deh.."

"Oh ya lupa gua hahahaha.."

Tidak ribut sehari, bukan Hiiragi dan Sato namanya. Saat ini Sato dan juga Hiiragi baru saja menyelesaikan meeting penting dengan pada petinggi perusahaan lain untuk menjalin kerjasama. Hiiragi dan Sato sudah tidak ada lagi kesibukan lain, makanya Sato bisa pergi sesuka hati tanpa kenal jam.

"Lo jagain kantor kan ya?" tanya Sato sambil merapikan jasnya.

"Lah iyalah gua yang jagain, siapa lagi kalo bukan gua.." kata Hiiragi sambil merapikan berkas-berkss penting yang masih berserakan di mejanya.

"Yaudah baguslah, setidaknya gua pergi aman berarti.." sahut Sato enteng.

Hiiragi hanya menghela nafasnya berat.

"Bawel banget kalo mau pergi yaudah pergi aja, daripada gua gak izinin.."

"Hahaha iya iya maaf maaf.. Yaudah gua pergi.."

"Bye~"

Dengan cepat Sato bergegas pergi dari kantor dengan tergesa-gesa. Bahkan keluar kantor pun tidak membawa mobil pribadi miliknya, dia malah memilih jalan kaki untuk pergi ke taman.

Sambil berjalan, dia juga sesekali melihat ponsel miliknya untuk mengetahui film terbaru yang sudah rilis di bioskop. Walaupun dia seorang direktur, Sato sangat menyukai sebuah film dan juga anime, bahkan yang bergenre action dan fantasi dia sangat menyukainya. Makanya tak heran jika setiap akhir pekan atau weekend, dia selalu pergi ke bioskop untuk menonton film kesukaannya, walaupun hanya sendiri. Namanya juga jomblo. Tapi dia juga ingat kalau dia juga ada acara di sebuah bar untuk mengikuti debut band.

"Wih wih ada film bagus ternyata, tapi bentrok sama debut kagak sih yaelah dah.."

"Eh ada film bagus dong mau nonton gak?"

Saat ingin menyebrang jalan, tiba-tiba saja terdengar suara seorang gadis sedang membicarakan soal film. Sato langsung menoleh seketika ke arah sumber suara. Ternyata itu Nadya.

"Mau nonton gak?"

"Gak suka film gituan."

"Yah... Gak seru.. Hitoka mau nonton bareng gak?"

"Sukanya drama Korea aku mah.."

Sambil menyebrang jalan, gadis itu masih membujuk dua gadis lainnya untuk bisa menonton bioskop bersama. Namun, apa daya dua gadis itu tidak menyukainya. Sato sepertinya sudah pandai menguping dari jarak dekat. Bahkan Nadya saja belum menyadari kalau disampingnya itu ada Sato.

Setelah menyebrang jalan dan sudah berada didepan taman, Nadya berpisah dengan dua gadis itu. Entah berpamitan pulang atau mungkin yang lainnya.

Saat Nadya sudah terlihat sendirian di depan taman sambil jalan-jalan, Sato mencoba untuk menyamakan langkah dengan gadis itu. Tetap saja gadis itu belum menyadari Sato ada disampingnya.

"Hmm.. Aku mau nonton ini di bioskop, tapi gak ada temen masa.." gumam Nadya pelan sambil menatap ponsel miliknya.

"Mau nonton bareng saya?"

"HUWAAAA!!!!!!!"

Dengan refleknya Nadya langsung memukul bahu Sato berkali-kali karena saking terkejutnya.

"AW AW AW!! OI SAKIT!!" keluhnya.

"Eh?"

"Sakit oi!! Kenapa sih langsung main pukul aja?"

Nadya mulai berhenti memukuli bahu laki-laki itu.

"S-Sato?? Maaf maaf aku gak tahu..." kata gadis itu.

"Maaf maaf gak ada maaf..." sela Miya jutek.

"Kok begitu?"

"Ya bodo amat, intinya gak saya maafin.." ketua Miya.

Terlihat wajah Nadya yang sedikit murung. Tetapi anehnya itulah yang Sato suka. Melihat gadis itu memanyunkan bibirnya adalah sesuatu yang disukai Sato. Entah sejak kapan Sato menyukai itu.

"I-Iya deh.. Saya maafin, saya maafin..."

"Eh? Beneran? Serius?!" tanya Nadya yang seketika kembali ceria.

Melihat seorang gadis sepertinya murung adalah memang kesenangan untuknya tapi melihatnya tersenyum seperti itu... benar-benar anugerah yang paling terindah. Seketika hatinya merasakan ketenangan dan kedamaian.

"I-Iya iya.. Saya maafin astaga.. Gak percaya banget.."

"YEY!!! TERIMA KASIH!!!!"

Dengan cepat Nadya langsung memeluk laki-laki itu erat. Sato terkejut dengan serangan dadakan dari gadis yang ada di hadapannya ini. Secara dia baru saja patah hati beberapa hari yang lalu dan jatuh sakit kemarin.

Sato menjadi salah tingkah, bahkan dia tidak menyadari kalau wajahnya memerah seperti kepiting rebus.

"I-Iya iya..." jawab Sato gugup.

"Hehehe..."

Lagi-lagi Nadya tersenyum lebar di hadapan laki-laki itu. Makin menjadi saja tingkah Sato.

"J-Jangan senyam senyum kayak begitu bisa kan?" kata Sato malu-malu.

"Eh? Kenapa?" tanya gadis itu polos.

'Pake nanya lagi, ya gua deg-degan. Dasar cewek oncom, kagak paham banget..'

"Y-Ya kamu jelek kalo senyum lebar begitu. Gak pantes." jawab Sato enteng.

"Hah? Kata siapa? Aku pantes kok senyum begini.."

Mendengar jawaban Nadya yang terlalu polos, membuat laki-laki itu hanya menghela nafasnya kasar sambil menepuk dahinya keras.

"Jadi gimana? Mau nonton bareng gak? Hehehe..." tanya Nadya.

Dengan tatapan yang lembut sambil mengelus puncak kepala gadis itu, Sato menganggukkan kepalanya pelan.

"Iya jadi kok.. Besok mau saya jemput?" tanya Sato.

Patah hati memang tidak bisa di sembuhkan dalam jangka waktu yang sangat singkat, tapi mengobati luka bersama orang yang tepat, mungkin menjadi obat manjur agar hati kembali seperti semula.

...✨✨✨...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!