14 : Menghilang

Sejak kejadian memalukan di bar beberapa hari yang lalu, Nadya absen dari kuliahnya dan meminta waktu untuk beristirahat selama 4 hari. Cukup mengejutkan bagi seorang Nadya meminta absen cukup lama, mengingat sebentar lagi dia akan menjalani skripsi sidang kelulusannya.

Ritsuka dan Hitoka pun sudah beberapa kali mengunjungi Nadya di apartemennya, namun tak ada jawaban. Bahkan sampai tetangga sebelah apartemennya pun menyuruh mereka untuk pulang karena Nadya benar-benar tidak mau di ganggu, kata tetangganya sih begitu. Segala cara sudah di coba, dari mengantar makanan, mengantar buah-buahan bahkan cemilan kesukaannya Nadya, itu pun masih ada di depan pintu apartemennya. Kedua sahabatnya itu benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi.

Nadya menjadi perbincangan di kampusnya, walaupun di anggap sesuatu yang lumrah, namun aib tetaplah aib. Ritsuka dan Hitoka saat ini berada di kantin untuk makan bersama, karena jam kuliah sudah selesai, jadi mereka memilih untuk bersantai terlebih dahulu sebelum pulang.

Ritsuka yang sibuk membaca majalah dan Hitoka yang juga sibuk dengan mengotak-atik laptop miliknya.

"Aku gak nyangka... Satu kampus tahu hal ini, Ritsuka-chan..." lirih Hitoka.

Ritsuka hanya menghela nafasnya kasar. Bahkan dia tidak tahu kalau beritanya sampai ke satu kampus seperti ini.

"Ya... Gua juga gak nyangka... Ada berita soal gituan..." jawab Ritsuka singkat.

"Nee Ritsuka-chan..."

"Hmm?"

"Apa setelah kabar begini NaaChan akan pindah kampus?" tanya Hitoka dengan khawatir.

BLETAK!

Dengan cepat Ritsuka memukul kepala Hitoka karena saking gemasnya mendengar pertanyaan bodoh yang di ucapkan gadis itu.

"Baka! Mana mungkin kampus ini kehilangan mahasiswi beasiswa terbaik kayak dia.. Di tambah lagi, dia sudah mengajukan proposal untuk sidangnya, dia sebentar lagi mau lulus kan??"

Hitoka hanya terdiam saat mendengar jawaban dari Ritsuka.

"Di samping itu, NaaChan juga bukan mahasiswi yang macam-macam seperti kebanyakan mahasiswa dan mahasiswi lainnya,

temannya banyak juga, siapa yang tidak kenal dia..." jawab Ritsuka lagi.

Ah benar juga, selama Nadya kuliah di kampus itu, dia tidak sama sekali berbuat onar, atau mungkin memamerkan dirinya sebagai mahasiswi beasiswa. Dia sosok yang terlalu baik hati.

"A-Anoo..."

Tiba-tiba saja terdengar suara yang mampu membuat kedua gadis itu menoleh dengan cepat.

"Oh... Eh... Ya? Kenapa?" tanya Hitoka heran.

"B-Bisa minta tolong....?"

"Hah?"

Ritsuka dan Hitoka saling bertatapan satu sama lain. Mereka benar-benar tidak mengerti.

"G-Gabriel.." kata orang itu dengan nada bicara yang gemetar.

"Hah???!! Apaan sih?? Ngomong tuh yang jelas kek.." jawab Ritsuka yang sudah terpancing emosi.

"Sabar, Ritsuka-chan... Sabar..." kata Hitoka.

"Emangnya ada apa sama Gabriel? Dia kenapa?" tanya Hitoka lagi kepada orang itu.

"Ga-Gabriel... Gabriel... Memukuli orang yang... yang biasa menjemput Nadya kesini..." jawab orang itu.

Ritsuka dan Hitoka masih bingung dengan omongan orang itu, akhirnya mereka memutuskan untuk pergi meninggalkan kantin dan berlari bersama orang itu. Saat berada di pintu masuk, terlihat sangat ramai. Beberapa mahasiswa yang lain menjadi penonton antara perkelahian dua orang di tengah lapangan. Lebih tepatnya, Gabriel memukuli orang asing di tengah lapangan.

Ritsuka dan Hitoka langsung terkejut saat melihat siapa sosok yang di pukuli Gabriel habis-habisan di tengah lapangan itu.

"D-Dia kan..."

"Gawat gawat!!! Hitoka-chan, bantu gua melerai mereka!!" kata Ritsuka yang berlari ke tengah lapangan bersama Hitoka dan salah satu mahasiswa yang ingin melerainya juga.

Ritsuka langsung menarik tubuh Gabriel ke belakang bersama dengan mahasiswa yang lainnya, sedangkan Hitoka menarik tubuh dari orang yang sudah babak belur dipukuli oleh Gabriel.

"GABRIEL!!!! LO APA-APAAN SIH SIALAN??? JANGAN BUAT KERIBUTAN DI KAMPUS!!!" teriak Ritsuka kepada Gabriel emosi.

"GUA GAK SUKA YA!! GUA GAK SUKA BERITA SOAL NAACHAN KEMARIN!!! GUA PASTI YAKIN DIA ORANGNYA, IYA KAN BRENGSEK!!!???" teriak Gabriel dengan penuh emosi.

Ritsuka hanya bisa menggelengkan kepalanya dan meminta mahasiswa lain untuk membawa Gabriel ke dalam ruangan. Sementara Ritsuka menghampiri Hitoka dan orang itu untuk membawanya pergi dari kampus.

"N-Nadya..."

Ritsuka dan Hitoka menatap orang itu secara seksama.

"Apa? Kamu mau cari dia?" tanya Hitoka.

Orang itu hanya menganggukkan kepalanya lemas, dia sudah babak belur wajahnya sudah memar-memar bahkan hidung nya sudah mengeluarkan darah banyak.

"Ayo kita pergi dari kampus, kita bakalan ceritain tentang Nadya."

...🍁🍁🍁...

"Gila!! Itu beneran??"

"Iya, gua kan langsung ngeliat didepan mata.."

"Terus kondisi ceweknya gimana? Dia gak apa-apa kan?"

"Gua rasa sih... Engga baik-baik aja dia.."

"Ada gitu cowok sama cewek modelan kakak sama adik kayak gitu..."

"Terus sekarang Sato kemana? Udah coba buat temuin dia belum?"

"Belum, tapi hari ini katanya mau ke kampusnya sih.."

Seperti biasa, hari ini adalah jadwal Sato latihan band dengan teman-temannya yang lain. Hanya saja, Sato tidak ada di tempat. Dia meminta izin untuk menjenguk Nadya. Teman-temannya sangat memakluminya, apalagi setelah di ceritakan Uenoyama tentang hal itu. Mereka sangat iba sekali dengan Nadya, benar-benar kejadian yang di luar nalar.

"Oh ya.."

"Hmm?"

"Menurut kalian... Apa gadis yang udah tidak suci lagi benar-benar di anggap demikian?" tanya Uenoyama.

Pertanyaan yang mampu membuat Nakayama dan Akihiko terdiam sejenak dan saling menatap satu sama lain.

"Apa mereka sehina itu? Karena saat kejadian waktu itu, dia di caci maki dengan kata-kata yang kurang mengenakan." kata Uenoyama lagi.

Akihiko hanya tersenyum tipis.

"Wanita itu... Bukan di nilai dari mahkotanya, mau dia punya mahkota atau engga, dia tetep berharga... Dia tetep istimewa.." kata Nakayama sambil mengisap rokoknya dalam-dalam.

Uenoyama terkejut mendengar jawaban dari Nakayama yang cukup santai namun memberi sebuah arti yang mendalam.

"Laki-laki yang menilai seorang wanita dari mahkotanya aja, gua yakin... Jodoh dia bakalan jauh.. Padahal kita laki-laki juga gak sempurna juga... Kalo kita di tuntut harus lebih punya ini itu, kita pasti risih kan? Ngapain kita ngarepin sesuatu yang terlalu tinggi padahal diri kita sendiri aja gak sesempurna itu.."

Mendengar jawaban Akihiko membuat Uenoyama tersenyum tipis. Dia sangat paham dengan apa yang dikatakan dua teman bandnya itu.

"Kalau memang Sato beneran cinta sama dia, gua rasa... Mau kayak gimanapun, pasti Sato bakalan terus berjuang sampe dapet.." kata Akihiko lagi.

Uenoyama dan Nakayama menganggukkan kepala mereka cepat sebagai tanda sangat setuju dengan perkataan Akihiko.

...🍁🍁🍁...

"Sorry.. Saya.. Bikin keributan di kampus kalian.." kata Sato dengan suara yang serak.

"Gak masalah kok, justru kita yang minta maaf karena temen kita langsung ngehajar kamu sampe kamu babak belur begini..." kata Hitoka yang habis membeli plester untuk Sato.

"Gak masalah kok, mungkin beritanya juga udah nyebar sampe kampus... Dan ya mungkin itu terlalu sensitif untuk di omongin disana.." kata Sato lagi.

"Ya emang... Tahu sendiri kan? Kita hidup di negara yang bebas, tapi aib tetep aja aib. Semuanya pada ngomongin Nadya, walaupun sekarang udah gak terlalu banyak yang ngomongin lagi sih..." kata Ritsuka sambil menenggak minuman kaleng miliknya.

"Jadi..."

"Kamu ada apa ke kampus kita? Kamu katanya nyari Nadya?" tanya Hitoka kepada Sato.

Sato menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Ya, saya mencari Nadya. Apa dia masuk kuliah hari ini?" tanya Sato dengan nada cemas.

Ritsuka dan Hitoka hanya saling bertatapan, sedikit bingung ingin menjelaskannya kepada orang itu bagaimana.

"Gua gak tahu harus ngomong dari mana ke lo, tapi NaaChan udah 3 hari ini gak masuk kuliah dan dia izin absen 4 hari. Mungkin lusa dia masuk kuliah lagi.." kata Ritsuka.

"Kita berdua udah coba ke apartemennya, tapi gak ada jawaban. Malahan, kita berdua kena usir sama tetangga sebelahnya buat jangan ganggu NaaChan dulu.. Bukan cuman kita berdua aja, temen kuliah yang seruangan sama dia pun juga sempet jenguk, tapi NaaChan gak pernah respon.." kata Hitoka dengan nada khawatir.

"NaaChan... Nama panggilan dia kah?" tanya Sato heran.

Ritsuka dan Hitoka menganggukkan kepalanya bersamaan. NaaChan adalah sebutan nama untuk Nadya.

"Bolehkah saya minta alamat apartemennya? Saya mau kesana..." kata Sato yakin.

"Kamu yakin mau kesana? Kalau nanti dia gak mau keluar gimana?" tanya Hitoka.

Sato tersenyum tipis dan menatap kedua gadis itu.

"Saya akan menunggunya sampai dia keluar menemui saya dan juga kalian.."

Jawaban Sato benar-benar membuat Ritsuka dan Hitoka terdiam sejenak. Belum pernah dia menemukan laki-laki seperti ini sebelumnya. Terlebih lagi, Ritsuka sangat membenci siapapun yang menyakiti Hitoka dan juga Nadya, jadi ini kejadian yang cukup menarik menurutnya.

"Ya, okelah gua kasih tahu alamat apartemennya. Tapi gua gak mau tanggung kalo lo di usir dari sana ya?" kata Ritsuka menekankan.

...🍁🍁🍁...

SRAK!

SRUK!

Memutarbalikkan tubuh ke kiri dan kanan sambil memeluk guling dengan erat. Membiarkan sebuah AC bertiup kencang memasuki kulit dengan tidak sopan. Tissue bertebaran di sekitar kasur, meja belajar yang tampak berantakan dengan kertas yang bertebaran dimana-mana dan buku yang berserakan di lantai. Televisi yang terus menerus menyala menonton seseorang yang kini sedang tertidur sangat tidak tenang karena berperang dengan dirinya sendiri.

Sudah hari ketiga disaat dia mengambil izin untuk absen tidak masuk kuliah. Dia tidak makan, dia tidak minum, dia terus menerus tertidur dimanapun tempat yang ia sukai.

Banyak yang datang mengetuk pintu apartemennya, entah itu sahabat atau teman kuliahnya yang lain. Tapi dia tidak beranjak sedikitpun dari tempat tidur. Dia hanya berdiam diri sambil menangis tanpa suara setiap detiknya.

"Hiks... Hiks... Hiks..."

Gadis itu terus menangis, merasakan kesalahan terbesar dalam hidupnya. Menganggap dirinya sangat memalukan.

"A-Aku.... Aku... Mau.. Pulang... Hiks.. Hiks... Aku... capek.... Hiks..."

Suara tangisnya bergema di seluruh ruangan, matanya sembab dan memerah akibat menangis terlalu banyak.

TOK!

TOK!

TOK!

Ketukan sebuah pintu membuatnya sedikit menoleh kearah pintu. Dia benar-benar tidak berniat untuk membukakan pintu apartemennya. Karena dia berpikir pasti itu adalah teman-teman kampusnya.

TOK!

TOK!

TOK!

Kali ini ketukannya begitu lembut dan tidak ada suara sama sekali yang memanggil namanya. Saat gadis itu merebahkan kembali tubuhnya di kasur, terdengar suara yang tak asing di telinganya.

"Permisi... Nadya... Apa kamu di dalem?"

Gadis itu membulatkan matanya saking terkejutnya.

"Boleh saya masuk? Saya mau lihat kamu..."

Lagi-lagi tangisnya makin pecah saat kembali mendengar suara berat dari laki-laki yang memanggilnya dibalik pintu itu.

'Ke-Kenapa... Kenapa dia... Kenapa dia.... Kenapa dia... kemari?'

...🍁🍁🍁...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!