"Teman-teman tolong ya nanti kalau NaaChan masuk, jangan ada yang tanya soal peristiwa kemarin.. Biar kita cukup tahu saja dan ini memang aib yang kurang mengenakkan jadi tolong sama-sama saling bantu.."
"BAIK!!!"
"Tentu saja!! Dia mahasiswi pindahan terbaik di kampus ini! Aku akan selalu membelanya.."
"Ya itu benar!! Semua manusia bukannya punya aibnya masing-masing kan? Jadi bukan masalah yang harus di perbesarkan.."
Saat ini suasana ruangan tempat Nasya belajar menjadi tegang, pasalnya ketua ruangan disana mengingatkan para mahasiswa dan mahasiswi yang lainnya untuk tidak membahas soal berita yang sudah menyebar di satu kampus tentang Nadya.
Sementara di perpustakaan, Ritsuka dan Hitoka sedang mengerjakan tugas akhir mereka masing-masing karena mereka sudah mendapatkan jadwal untuk sidang kelulusan.
"Nee Ritsu-chan..."
"Hmm?"
"Aku rindu NaaChan..." ucap Hitoka yang tahu-tahu sudah menangis.
"GEH??!! K-Kenapa kau malah menangis, dasar bodoh!!?!" kata Ritsuka sambil mencoba mengusap air mata di pipi Hitoka.
"Ya habis... Kan hari ini seharusnya NaaChan datang ke kampus, tapi sudah tengah hari begini dia belum datang juga.. Apa dia benar-benar pulang ke negaranya?"
Ritsuka menghela nafasnya kasar. Ketakutan Ritsuka dan Hitoka sama, sama-sama takut Nadya langsung pulang ke negaranya. Apalagi disini gadis itu hanya tinggal seorang diri.
"Mau izin sekarang?" tanya Ritsuka sambil membereskan barang-barangnya.
"Eh?! K-Kamu mau kemana?" tanya Hitoka sambil menatap Ritsuka.
Dengan menggendong tas punggungnya lalu berjalan kearah pintu perpustakaan.
"Ayo kita ke apartemennya, mau atau tidak dia bertemu dengan kita, kita dobrak saja pintunya." kata Ritsuka sambil nyelonong keluar perpustakaan.
"GEH?! R-Ritsu-chan!? T-Tunggu!!"
Hitoka dengan tergesa-gesa membereskan barang-barangnya dan langsung menyusul Ritsuka yang sudah menunggu didepan perpustakaan.
"Ritsu-chan.. Kau yakin mau ke apartemennya dia?" tanya Hitoka dengan wajah tidak yakin.
"Tentu saja! Aku ingin memberitahukan dia sesuatu..."
"Hmm? Apa itu?" tanya Hitoka bingung.
"Ada deh.."
"Lah?"
...🍁🍁🍁...
"Oi Sato.."
"Hmm?"
"Lagi kenapa dah? Gak fokus banget 2 hari ini latihan band.." kata Uenoyama sambil mengotak-atik senar gitar miliknya.
Sato yang mendengar pertanyaan itu, hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu kembali fokus memainkan gitarnya menemukan kunci gitar yang bagus untuk lirik yang sedang ia tulis saat ini.
Uenoyama tidak marah dengan tanggapan Sato yang seperti itu, dia memaklumi sifatnya mengingat gadis yang Sato incar saat ini tidak ingin bertemu dengan siapa-siapa sejak berita itu menyebar.
"Yoho~~ Gua bawa cemilan nih.. Siapa tah—"
Nakayama yang baru saja kembali dari minimarket langsung terdiam saat Uenoyama memberikan isyarat sesuatu padanya. Kondisi Sato saat ini seperti hilang arah. Latihannya pun sedikit kacau dengan kondisinya yang sekarang ini.
"Sato..."
Sato menatap seniornya itu dengan tatapan lesu. Nakayama sangat tahu sekali kondisi apa yang sedang ia hadapi sekarang.
"Lo udah coba apartemennya?" tanya Nakayama.
Sato hanya menggeleng pelan lalu kembali fokus dengan gitar yang ia pegang.
"Kenapa lo gak kesana lagi? Bukan berarti lo nyerah gitu aja kan?"
Perkataan Uenoyama membuat Sato sedikit terkejut.
"Psstt.. Uenoyama.. Jangan bicara begitu.." bisik Nakayama.
"Lo mau nyerah gitu aja? Terus lo percaya sama omongan orang-orang busuk kayak si Yuri sama kakaknya itu?"
Sato langsung menatap Uenoyama dengan tatapan dingin. Dia bangkit dari duduknya lalu berjalan mendekat ke arah Uenoyama.
"Apa dari tampang gua ini kelihatan banget nyerah ya? Lu udah kenal gua berapa lama sih?" sahut Sato.
"Yaa.. Belom lama kan kita kenal sama lo.."
"Terus gua kelihatan banget nyerah nya, gitu?"
Nakayama yang merasa suasana sudah makin memanas, ia pun mencoba melerai kedua pria itu.
"Hey hey hey!! Sudah sudah! Kenapa kalian jadi begini sih?" kata Nakayama yang mencoba melerai mereka berdua.
"Lo kelihatan putus asa pas tahu kalau dia udah di jam—"
BUG!
Tiba-tiba saja sebuah pukulan melayang ke arah wajah Uenoyama dengan mulus.
"Jangan sebut kayak begitu!!"
"Oi Oi Sato... Sudahlah..."
Nakayama berusaha melerai dua pria itu, sedangkan Akihiko baru saja datang.
"Yoo... Sorry telat motor gua tadi ban nya boco— EH??! Ada apaan nih?" seru Akihiko saat melihat wajah Uenoyama sudah mulai memar.
Tanpa berkata apapun lagi, Sato langsung pergi keluar begitu saja sambil membawa gitarnya. Nakayama mencoba untuk mengejarnya, namun dia ditahan oleh Akihiko yang seolah-olah mengerti apa yang dialami oleh rekan bandnya itu.
"Oi Akihiko... Kenapa malah ngebiarinin dia pergi?" tanya Nakayama kesal.
"Biarin aja.. Dia itu lagi berusaha buat menahan segala emosi dan perasaannya. Jangan buat dia tertekan. Biarkan dia sendiri."
...🍁🍁🍁...
"Tch! Sialan! Siapa dia ngapain ngomong kayak begitu.. Brengsek!"
Sato menggerutu terus menerus sepanjang perjalanan. Sambil sesekali melihat kearah sekitar dan melihat sekilas dua gadis yang sedang menenteng kantong plastik.
"Hmm?"
Dilihatnya lagi dua gadis itu dan berjalan semakin mendekat.
"Heeehh... Dua temannya Nadya..."
Sato sedikit berlari mendekat kearah dua gadis itu. Sementara dua gadis itu masih sibuk melihat kantong plastik belanjaan mereka.
"Ini sudah lengkap semua kan ya?" tanya Ritsuka.
"Hmm... Udah semuanya kok, pasti Nadya suka nih.. Hihihi..."
"Yaahh.. Semoga aja dia mau di temuin hari ini..."
"Bagaimana kalau saya juga ikut?"
"WHOAAAAAA!!!!!!"
Alangkah terkejutnya dua gadis itu tiba-tiba mendengar suara berat dari Sato yang muncul begitu saja.
"Eh? Kamu?"
"Hehehe iya ini saya.." kata Sato sambil menggaruk tengkuk lehernya yang sedikit gatal.
"Jangan ngagetin begitu dong!! Kenapa juga tiba-tiba muncul, dasar bodoh!" bentak Ritsuka.
"Sudah sudah, Ritsu-chan.."
"Maaf..." kata Sato memelas.
Ritsuka hanya menghela nafasnya kasar.
"Haaahhh... Okelah okelah, bentar.. Lu habis darimana dah?" tanya Ritsuka.
"Ah.. Saya habis latihan band, kebetulan tidak jauh dari sekitar sini studionya. Kalian mau kemana?"
Awalnya Ritsuka dan Hitoka hanya saling menatap satu sama lain.
"Kita mau jenguk Nadya."
"Iya, kita kau jenguk Naa-chan.. Kamu mau ikut?" tanya Hitoka.
Sato tertegun saat mereka mengatakan hal itu. Jauh dari dalam lubuk hatinya, dia ingin sekali bertemu dengan Nadya. Dia benar-benar ingin bertemu dengan gadis itu. Tapi..
"Eh? Mau ke apartemen Nadya? Maaf ya saya gak bisa.."
'Sial...'
"GEH?!"
"Tumben banget lo gak mau ikut, biasanya langsung sat set sat set." kata Ritsuka penasaran.
'Sial...'
"Iya... S-Saya harus kembali ke kantor. Maaf ya?" kata Sato merasa tidak enak.
'Kenapa begini..'
"Iya gak masalah kok. Santai~ Masih banyak waktu ini."
"Heeehhh gak bisa ikut beneran nih? Yaudah kita berdua pergi duluan ya.." sambung Ritsuka.
'Kenapa gua...'
"Oke hati-hati ya kalian.."
Ritsuka dan Hitoka hanya menganggukkan kepalanya lalu pergi melewati Sato yang masih diam membisu di tempat.
'Kenapa gua menyedihkan begini sih.. Kenapa gua jadi pengecut begini... SATO TOLOL!!'
Tanpa sadar Sato meneteskan air matanya perlahan-lahan. Dia berusaha menahan agar tidak di lihat orang.
'Gak bisa bohong soal... Gua... Gua beneran kangen sama dia... Hiks.. Hiks... Gua kangen...'
...🍁🍁🍁...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments