18 : "Gua bukan Pengecut!"

"Hari ini sibuk banget astaga..."

"Gila sih.. Gua kena revisi banyak banget lagi.."

"Nyahahahaha... Emang enak!"

"Dasar nyebelin..."

Saat ini Ritsuka dan juga Hitoka sedang berada di perpustakaan untuk mengerjakan skripsi. Sidang TA untuk angkatan mereka sudah mendekati hari-hari terakhir.

"Nee.. Ritsu-chan.."

"Hmm?"

"Apa Naa-chan baik-baik saja?" tanya Hitoka dengan nada khawatir.

"Hah??!! Apa maksudmu?"

"D-Dia sudah 4 jam tidak kembali padahal dia mau mengerjakan skripsi bareng walaupun kita beda jurusan."

Ritsuka baru tersadar kalau sedari tadi Nadya tidak bersama mereka cukup lama.

"Ah iya.. Gua baru nyadar kalo Nadya selama itu. Apa mungkin dia lagi di kasih pengarahan?" kata Ritsuka dengan mode berpikirnya.

"Hmm... Bisa jadi sih, apalagi jurusan yang dia ambil menurutku cukup susah, wajar saja sih kalau dia sampai selama ini bahkan untuk sekedar pengarahan." kata Hitoka yang kembali fokus kearah laptopnya.

"Bener juga.."

Sementara itu di ruang dosen, Nadya tengah memperhatikan Sensei nya yang sedang memeriksa lembaran-lembaran kertas milik Nadya. Cukup mengejutkan bagi seorang mahasiswi sepertinya bisa menyelesaikan skripsi dalam waktu yang cukup singkat.

"Apakah kau yakin akan memilih tema ini, Nadya?" tanya Sensei itu dengan yakin.

Nadya menganggukkan kepalanya.

"Iya Sensei, saya yakin. Menurut saya tema itu sedikit lebih menarik. Saya ingin mencoba sesuatu yang baru." kata Nadya.

Sebenarnya ada sedikit rasa takut didalam diri Nadya mengenai tema skripsi yang dia ambil kali ini, namun dia berusaha meyakinkan dirinya kalau tema kali ini pasti di terima.

Sensei hanya tersenyum lalu mencap kertas itu satu persatu.

"Baik, saya approve ya?"

"E-Eh?"

"Kau benar, ini tema yang sangat menarik. Saya approve temanya dan semangat untuk sidangnya nanti, Nadya."

Betapa terkejutnya Nadya mendengarkan hal itu dari Sensei nya. Nadya menerima kembali Kertas-kertasnya dan pamit dengan Sensei itu sambil membungkukkan tubuhnya sebagai tanda hormat.

"T-Terima kasih... S-Sensei..."

...🍁🍁🍁...

"Apa lo yakin ini tempat apartemennya?"

"Iya yakin, Nakayama-san. Aku dapat alamat ini dari temannya dia yang sempat menjenguk dia waktu dia gak masuk.."

"Ah.. Okay baiklah, kita tunggu di taman saja kalau begitu.. Takut dia belum pulang dari kampusnya.." kata Nakayama sambil menunjuk kearah sebuah kursi kosong yang letaknya tidak jauh dari hadapan mereka.

Mereka berdua duduk sambil melihat kearah sekitar.

"Disini cukup sepi ya.."

Uenoyama hanya menganggukkan kepalanya.

"Ya wajar sih disini kawasan yang jauh dari kota. Ditambah apartemen ini tergolong cukup murah."

"Heehhh~ Dasar anak orang kaya bisa-bisanya bilang ini murah."

Cukup lama mereka menunggu Nadya di taman yang tak jauh dari apartemen. Namun tiba-tiba saja seseorang berjalan menghampiri mereka berdua.

"Kalian..."

Uenoyama dan Nakayama sedikit terkejut dengan kehadiran orang ini.

"Lo ngapain disini?"

"Seharusnya gua yang nanya begitu, kalian berdua ngapain di apartemen Nadya? Kan di bilang jangan ganggu dia.."

Ternyata orang itu adalah Sato yang baru saja pergi dari supermarket.

"Terus lo habis dari mana banyak banget bawaan lo, Sato?" tanya Nakayama.

"Oh iya Nakayama-san ini buat Nad—"

"Lo pengecut juga ya.."

Uenoyama dengan lantang mengatakan hal itu didepan Sato.

"Hah?"

"Oi Uenoyama jangan buat keributan disini!" kata Nakayama yang mencoba melerai mereka berdua.

"Lo pengecut, Sato. Mau sampe kapan lo pura-pura gak peduli sama dia?" kata Uenoyama dengan nada yang ketus.

Tentu saja Sato langsung terdiam.

"Lo mau buat dia benci juga sama lo kayak dia benci sama mantan nya yang brengsek itu? Iya?"

"...."

"Lo bukan anak kecil lagi, gak usah kayak bocah."

"...."

"Oi Uenoyama! Udah jangan di terusin!"

"Gua harap sih.. Nadya bisa dapetin orang yang lebih dari segalanya di banding mantannya dan juga.. lo..."

Kata-kata Uenoyama langsung menohok di dada Sato. Sato sudah tidak bisa menahan emosinya yang membludak. Tiba-tiba saja Sato memukul wajah Uenoyama keras hingga babak belur.

"OI OI OI!!! KALIAN!!!!"

Nakayama mencoba melerai mereka berdua. Baru pertama kalinya melihat mereka berdua berkelahi parah seperti ini.

"Jaga omongan lo! Nadya cuman milik gua! Gak akan ada satupun orang yang bisa milikin dia kecuali gua!! Paham lo??!!"

Omongan Sato membuat Uenoyama dan Nakayama tertegun. Sato sampai seyakin itu ingin memiliki gadis yang baru saja muncul di kehidupannya. Tanpa sadar Sato menangis di hadapan kedua teman band nya itu.

"Gua gak mau kehilangan dia... Gua... udah nyaman sama dia..."

...🍁🍁🍁...

"Naa-chan, kamu enak banget langsung di approve gitu aja iihh... Aku jadi iri..."

"Wajar sih ya otaknya encer mah bikin judul ini langsung di approve, lah gua disuruh revisi sama isi-isinya udah mana jadwal sidangnya seminggu lagi pula..." keluh Ritsuka sambil merebahkan kepalanya di atas meja.

"Hahahaha.. Semangat Ritsuka! Aku yakin kamu pasti bisa.." kata Nadya.

"Emangnya kamu judulnya apa sih sampe di approve langsung?"

Ritsuka dan Hitoka saling bertatapan satu sama lain, ya bagaimana tidak secara mereka berdua sudah mengajukan proposal skripsi mereka sebelum Nadya mengajukannya. Tapi judul mereka malah di tolak mentah-mentah sama sensei begitu saja.

"Hmm? Ada deh hehehe.. Nanti kalian juga akan tahu kok.." kata Nadya sambil tersenyum manis melihat kearah tumpukan skripsinya.

Dua temannya itu hanya bisa diam dan ikut tersenyum seolah mengerti apa yang di rasakan gadis itu.

"Iya iya.. Kita berdua paham kok.."

"Eh?!"

"Hahahaha.. Kita lebih peka, Naa-chan.."

"Eh?! Padahal aku gak bilang apa-apa loh.."

GUBRAK!

Pintu perpustakaan di buka cukup kencang oleh seorang pria yang tengah ngos-ngosan di ambang pintu.

Nadya, Ritsuka maupun Hitoka terkejut mendengar suara gebrakan pintu itu.

"Tch! Sialan! Berisik banget! Oi lo jangan berisik! Bodoh ya lo?" teriak Ritsuka kesal.

"Ri-Ritsu-chan... Sabar..." kata Hitoka sambil mencoba meredakan emosi gadis itu.

Pria itu berlari kearah mereka sambil nafas yang terengah-engah.

"A-Anoo... M-Maaf..."

"H-Hey.. Hey... Duduk aja dulu, kamu lelah sekali sepertinya.." kata Nadya.

"Ma-Maaf.. Tapi Naa-chan..."

"Hmm? Y-Ya?"

"Ada yang mencarimu di depan gerbang kampus.."

"Eh? Siapa emangnya?"

"Haaahhh... Haahhh... Sa-Sato...."

"Geehh??!! Sato??!!!"

Di gerbang kampus Sato sudah duduk manis di bangku sambil sesekali membenarkan jaket yang ia kenakan. Sambil menikmati hawa yang sudah mulai dingin.

Dia kembali mengingat kejadian tadi siang bersama Uenoyama dan Nakayama. Kata-kata terakhir yang ia ucapkan dengan lantang didepan kedua teman band nya itu.

"Sato..."

Sato di kejutkan dengan suara yang memanggilnya lembut. Pria itu menatap gadis yang ada di hadapannya saat ini dengan kondisi wajahnya yang sedikit pucat dan mata pandanya yang makin menghitam.

"Sato.. Ada apa kamu kesini? Ini sudah jam nya pulang kampus.." kata Nadya.

Ritsuka dan Hitoka saling bertatapan lalu berjalan menjauh dari dua manusia ini.

Pri itu hanya terdiam sambil menatap Nadya dengan tatapan sendu. Nadya yang melihatnya pun malah khawatir.

"Sato.. Kamu gak apa-apa kan?"

GRAB!

Dengan gerakan yang tiba-tiba, Sato menarik lengan tangan gadis itu dan jatuh ke dalam pelukan Sato. Nadya terkejut dengan perlakuan Sato saat itu. Otaknya berhenti berpikir, tidak bisa mencerna apa yang sedang ia rasakan.

Nadya mencoba membalas pelukan Sato yang begitu eratnya. Tak lama kemudian Sato melepaskan pelukan itu dan mengusap pipinya yang tanpa sadar sudah mengeluarkan air matanya.

"M-Maaf.." ucap Sato sedikit panik.

"Tidak apa-apa kok, Sato. Kamu kenapa?" tanya Nadya.

Belum juga Sato menjawab, dia malah memberikan sesuatu yang ia keluarkan dari kantong jaketnya.

"I-Ini kan..."

"Aku ingin kamu datang ke konser band ku besok malam.. Sekalian ada yang ingin aku katakan padamu.."

DEG!

Aneh sekali, rasanya benar-benar sangat aneh.

"Maaf kalau aku menganggumu dan juga teman-temanmu. Dan... Ini..."

Sato kembali menyodorkan setangkai bunga mawar berwarna merah.

"A-Aku tahu... Kamu gak suka sama mawar merah... Maafkan aku.. Tapi selanjutnya aku bakalan kasih kamu bu—"

"Terima kasih banyak... Ini sangat cantik..."

Tanpa ragu-ragu Nadya langsung menerima bunga itu dari tangan Sato. Mendengar Nadya mengatakan hal itu, wajah Sato seketika berubah menjadi merah padam bahkan dia tidak bisa lagi menyembunyikan rona di wajahnya itu.

Di belahan dunia lain, Ritsuka dan Hitoka masih asyik di tempat persembunyian mereka.

"AAAWWWW SO SWEET BANGETTT.." kata Hitoka dengan girang.

"Hahahaha cowok cupu kayak dia akhirnya blak-blakan juga.."

"Heh Ritsu-chan jangan bicara begitu!"

"Hahahahaha akhirnya juga dia ngomongnya gak pake saya saya-an lagi..."

Sambil melirik kearah Nadya yang masih tersenyum dengan bunga pemberian Sato, tanpa sadar Ritsuka tersenyum.

'Lo emang pantes dapetin yang terbaik, Naa-chan..'

...🍁🍁🍁...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!