OMAH SIMBAH
Melihat perutnya yang besar dan sudah menunjukkan tanda-tanda kelahiran, masih tengah malam saat terdengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah yang besar.
Rumah yang hanya di terangi lampu remang remang dan terlihat sedikit menyeramkan.
Kepanikan terlihat dari dalam rumah
nampak seorang dukun bayi tengah membantu proses persalinan. "Ayo Nur ... sekali lagi," ucap sang dukun beranak.
"Ayo mengejan lagi, jangan di tahan Nur!"
Di sampingnya berdiri seorang wanita tengah menyiapkan air hangat di baskom dan berdiri agak menjauh. Terlihat seorang nenek
nampak menghisap rokoknya yang selalu mengepulkan asapnya, warga sering menyebutnya dengan Mbah Rum.
Keringat mulai membasahi dahi Nur dengan sesekali sang Dukun bayi meraba perut Nur. "Ayo Nur ... sekali lagi, jangan di tahan kasihan bayinya." Kini sang dukun bayi nampak semakin bingung.
"Bagaimana Yem? Kok belum lahiran juga Nur iki !" tanya sang nenek.
"Nur ... sang dukun bayi kembali memegang perut Nur, sedikit mengkerutkan dahinya dan
setelahnya.
"Ambil napas Nur, ayo jangan di tahan."
Mendengar ucapan sang dukun kemudian Nur, hanya mengangguk.
Mulas yang di rasakan makin menjadi
"Ayo ... sekali lagi!! Dengan sekuat tenaga dia berusaha, tangannya kini mengenggam erat lututnya, meringis kesakitan karena sudah hampir menyerah hingga tak berapa lama.
Sang dukun bayi sedikit terkejut mendapati kondisi bayi yang di lahirkan. "Bayinya bungkus Rum, gimana ini?" ucap sang dukun bayi.
"Sudah kerjakan, biarkan aku yang berjaga-jaga," ucap sang nenek sembari mematikan rokoknya dan berjalan keluar kamar.
"Siti, tolong ambilkan beberapa lembar daun sirih di belakang cepat !! pintanya lagi. Dengan tergesa Siti menuju halaman belakang, tak berapa lama Siti sudah kembali membawa beberapa lembar daun sirih .
Siti langsung menyerahkan daun sirih itu, kemudian sang Dukun bayi mengambil dua lembar daun sirih dan di letakkan di bibirnya, untuk melapisi mulutnya dengan daun sirih.
Dengan sedikit merapal mantra, sang dukun bayi kemudian menggigit lapisan pembungkus pada bayi itu, seketika air ketuban yang ada di dalam pembungkus itu merembes keluar dengan cekatan sang dukun bayi membuka pembungkus itu dan menyisihkannya.
Setelah membersihkan sang bayi, kehebohan terjadi lagi, hampir lima belas menit bayi itu belum juga menangis. Mbah Rum, yang merasa aneh langsung masuk ke dalam kamar di lihatnya Nur sedang di rawat oleh Siti. Kemudian pandangannya tertuju pada sang dukun bayi dan saat melihat cucunya dengan sedikit terkejut Mbah Rum langsung duduk bersila hingga beberapa saat turun kabut tipis menyelimuti ruangan kamar.
Mendapati hal aneh sang dukun bayi langsung terkejut. "Ada apa ini Rum?"
Bayi yang awalnya diam, kini mulai menangis perlahan dan lama kelamaan makin kencang.
"Oek ... oek ... oek." Setelah beberapa lama bayi itu menangis, secara perlahan kabut tipis yang menyelimuti ruangan kamar secara perlahan mulai menghilang.
"Bagaimana? Tiba-tiba, sang nenek sudah berdiri di samping keduanya. "Selamat Rum, cucumu perempuan," ucap sang dukun bayi.
Mendengar itu sang nenek tersenyum misterius sembari menyulut rokoknya lagi.
"Rum, ini pembungkus yang tadi, tolong keringkan dan di jemur, kemudian simpan baik-baik, nanti jika cucumu sudah besar dan di hadapkan dalam keadaan darurat ini bisa sebagai jimat dan pelindungnya."
Tak berapa lama, setelah sang dukun bayi membereskan semuanya. "Aku wes mari Rum," ucap sang dukun bayi. "Ee ... sudah selesai, ayo ke ruang tamu Yem," ajak mbah Rum.
Yem yang mengekor di belakang Mbah Rum sedikit tersenyum melihat sosok yang selalu mengikuti Mbah Rum. "Ayo duduk dulu, di minum tehnya."
Sembari menyesap tehnya. "Rum ... tolong ari-arinya di gantung saja, jangan di pendam karena ini cucu mu satu-satunya."
Setelah mengatakan demikian, sesaat kemudian sang dukun bayi berdiri, setelah menghabiskan teh nya.
"Ayo Siti, kita pulang," ajaknya. Kemudian beranjak berdiri, belum sampai kakinya melangkah keluar rumah.
"Hm ... perewanganmu, ngawasi aku terus Rum," ucap sang dukun bayi. Mendadak Mbah Rum terkejut. "Bagaimana kau tahu tentang wanita itu Yem?" sang dukun bayi hanya tersenyum. "Sudah aku pulang Rum," ucap sang Dukun bayi sembari berjalan keluar.
Setelah sang dukun bayi berlalu, sang nenek bergegas masuk ke dalam kamar cucunya, pandangannya kini tertuju pada bayi mungil yang tidur di sisi Nur, sekilas bibirnya tersenyum menatap sang cucu.
Melangkah mendekat. "Hm ... perempuan," ucap Mbah Rum sembari mengangkat sang cucu.
"Nur, panggil Simbah Rum. "Aku beri nama cucu perempuanku ini PRAMESWARI," ucap Simbah Rum sambil tersenyum.
Nur yang sedang berusaha memiringkan tubuhnya sedikit terkejut, sesaat kemudian
"Ya, Bu," jawab Nur, sembari tersenyum.
Mendengar jawaban Nur, simbah Rum kemudian tersenyum sembari meletakkan sang cucu. Kini langkahnya mendekat ke arah Nur mulutnya komat kamit merapal mantra dan selanjutnya, Simbah Rum menutup mata Nur sesaat dan kemudian berpindah kearah sang cucu dan melakukan hal yang sama.
Melihat kelahiran sang cucu dan kondisi sang ibu belum pulih sepenuhnya membuat hati sang nenek sedikit tercubit di usapnya anak semata wayangnya. "Cepat sehat Nur kasian anakmu." Kemudian di lihatnya bayi Prameswari yang tiba-tiba menggeliat, seketika senyumnya tersungging.
"Semoga nanti sifat dan sikapmu seperti arti dari namamu cerdas, kreatif, cerewet dan mungkin sedikit tomboy," ucap simbah Rum dengan tersenyum.
Nur yang terbaring di kasur pun sedikit terkejut mendengar ucapan sang ibu.
" Bu ... panggilnya pelan.
"Sudah tidur Nur, masih subuh," ucap simbah Rum. Kini Nur malah beringsut untuk duduk menyandarkan kepalanya agar lebih tinggi.
"Kenapa Nur?" tanya simbah Rum.
"Nur sedih Bu melihat prameswari lahir tanpa bapaknya, kini terlihat mata Nur sudah berkaca-kaca.
"Jangan nangis Nur!" kasian air susu mu nanti dan itu bisa membuat anakmu juga ikut rewel," ucap simbah Rum sedikit menasehati.
Namun tangis Nur kian menjadi isakannya semakin terdengar jelas.
"Kalau sudah jadi takdir mau gimana Nur?
Sudah, sudah," ucap Simbah Rum sembari tangannya mengusap kepala Nur.
Tak berapa lama bayi Prameswari mulai menggeliatkan tubuhnya, seketika wajahnya memerah dan tak lama.
"Oek ... oek ... oek ... dengan tangisnya semakin kencang.
"Eee ... putune simbah kok nangis, ayo-ayo minum susu dulu," ucap Mbah Rum sembari menyerahkan Prameswari pada Nur. Dengan sedikit meringis Nur memberi prameswari asi nya, hingga bayi Prameswari merasa sudah kenyang dan Prames sudah kembali tertidur. Setelah Prameswari tertidur dalam pangkuannya. Kini, Nur yang menatap anaknya dengan sendu, air matanya kembali menitik bersamaan munculnya sinar pagi nan cerah.
Masih dengan termenungnya, nampak simbah Rum sudah masuk ke kamar lagi dengan membawa berbagai menu sarapan dan meletakkan di meja. Melihat ibu nya masuk, Nur segera meletakkan bayi Prameswari.
Kemudian beringsut turun dari ranjang.
"Nur, mandi dulu Bu," ucap Nur sembari berjalan kearah kamar mandi. Simbah Rum, hanya menatap punggung Nur sembari menghembuskan napas kasarnya.
Tak terasa mulutnya bergumam. "Maafkan ibumu ini Nur, yang tak bisa menyelamatkan suamimu." Lamunannya terusik saat bayi Prames bangun dengan tiba-tiba, kini bibirnya kembali tersenyum, seakan melupakan risau hatinya.
"Simbah siapkan air hangat dulu ya? Mau mandi atau sibin biar Prames seger."
Mendengar perkataan ibu nya Nur hanya tersenyum sesaat, ternyata meski ibu yang terlihat garang, tetapi ibu sangat menyukai cucunya terlihat jelas saat ibu beberapa kali tersenyum, saat melihat bayi Prameswari.
Nur melangkah mendekat ke arah bayi Prameswari, kembali Nur tersenyum dan berguman sendiri. "Prameswari," ucap Nur pelan.
Ibu sangat menyukai nama ini dan sesaat tatapannya menatap jauh ke depan. Semoga hal terbaik untuk Prameswari, sesaat Nur untaikan doa untuk bayi Prames. Nur segera sarapan karena merasa lapar sekali dari semalam Nur juga belum makan.
"Sudah Nur cepat sarapan, kamu menyusui jangan sampe lapar, kasian anakmu."
Suara ibu mengejutkan Nur dan ini untuk pertama kali ibu ngomong panjang lebar, sembari makan Nur melihat ibu mulai sibuk mengurus Prameswari sembari sedikit sedikit nembang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Mia Roses
mampir kak
2023-04-29
1
Uswah Hasanah Al Khumaidi
sebenernya bGus si crtanya, tp tanda baca amburadul 🤦♀️🤦♀️ jd bingung mau brenti dmna
2023-03-17
1
Luwak white coffe☕
aduh aduh sang nenek rokokan😅
2023-02-18
2