Melihat Prameswari pulang mengendap endap Nur sedikit menyengritkan dahinya
rasa cemas kini mulai dia rasakan.
Membiarkan anak semata wayangnya memasuki rumah dan berpura-pura tidak tahu.
Kini, melihat Prameswari menatap langit sore hari, Nur yang melihatnya merasa sedikit trenyuh.
Duduk didekatnya, namun Prameswari masih diam tak menoleh kearahku.
Dia terkejut saat Nur mengelus rambutnya.
"Melihat apa hem ..."
"Ee ... Ibu, itu melihat langit sore hari membuat Pram tenang," ucap Pram sembari menatap langit.
"Jangan biasakan melamun, hampir maqrib gini Pram," ucap ibu menegur.
Melihat Prames hanya tersenyum. "Dari mana tadi Pram?" tanya Ibu.
"Kok bolos sekolah!"
Masih diam tak menjawab. "Ibu nggak suka jika Pram bolos sekolah karena hal yang nggak penting," ucap Ibu pelan.
"Maaf Bu," hanya itu yang Nur dengar .
"Jangan ulangi Nak, ingat tinggal beberapa bulan kan sekolahnya! Jangan sampai gagal," ucap ibu.
"Mandi gih."
"M ... ingat dari mana ! Mau kemana harus ucap salam."
Mendengar itu Prameswari sedikit terkejut "Jangan mengendap- endap ini rumahmu Pram!"
Meninggalkan Pram duduk sendiri dengan lamunannya, menatapnya dari jauh membuat hati Pram sedikit sakit teringat saat masih seumuran Pram.
Disini Pram masih kuat dan bahkan penasaran sedang Nur, kini angannya kembali menuju beberapa tahun lalu.
Nur flass back
Tumbuh dan besar dengan pendamping bukan dari golongan yang lumrah membuat Nur sangat benci, ibunya yang dengan sukarela menyerahkan Nur pada Srikanti untuk mendampinginya. Hal-hal, aneh di luar nalar sering terjadi membuat Nur takut .
Sementara Ibu sibuk dengan ritualnya dan yang membuat Nur sedih, Ibu seakan hidup dengan duniannya hanya mementingkan ritual dan ritual, setiap Mak-Mak yang di suruh menjaga Nur pun tak akan bertahan lama mereka akan lari terbirit-birit dengan menyebut setan, setan.
Hingga kejadian aneh terjadi, saat itu Nur seusia Prameswari saat ini, tiba-tiba Ibu membacakan sesuatu di tubuh Nur entah apa itu. Bukannya menerima apa yang di kirim oleh Ibu mendadak Nur pingsan dan esok harinya Nur sakit selama seminggu.
Badan Nur serasa panas dan mengigau yang bukan-bukan berbagai penampakan muncul di hadapan Nur. Nur meronta ketakukan, berteriak dan berkali-kali pingsan.
Dengan sorot mata yang tajam ibu marah pada Nur. Hanya jawaban Nur, Nur takut, Nur nggak kuat," ucap Nur berkali-kali.
Nur nggak bisa Bu, hanya itu jawaban Nur dan hanya air mata Nur yang menjadi jawaban.
Berulangkali ibu melakukan hal yang sama tapi tetap hasilnya juga sama. Nur, Nur menolak sangat-sangat di dasar hati.
Hingga akhirnya Nur sakit yang cukup parah dengan rasa takut yang berlebihan.
Akhirnya, ibu pasrah dan membuat perjanjian dengan Nur, jika Nur menikah dan mempunyai keturunan maka mau tidak mau ia harus jadi penerus leluhur.
Nur tidak mengiyakan, Nur hanya menunduk diam dan tersenyum, hingga di usia Nur cukup matang untuk menikah Ibu menjodohkanku dengan Mas Sipun laki-laki sabar dan mau menerima Nur apa adanya.
Flass back end
Melihat Prameswari saat ini. Nur merasa kembali ke masa itu, hati Nur resah dan khawatir, apalagi mengetauhi Srikanti seperti sangat terobsesi dengan Prameswari dan selalu mengikutinya.
Hati Nur tergerak untuk menemui Ibu dan menyelesaikan semua ini. Besok Nur akan menemui ibu dan meminta ibu menceritakan semuanya.
Berjalan keruang tamu kulihat Prameswari tertidur di kursi ruang tamu. "Anak ini," ucap Nur sembari menggoyang tubuhnya berharap dia bangun.
"Pram ... bangun," ucap Nur sekali lagi. menggoyang tubuhnya.
"Bangun pram."
Melihat dia mulai menggerakkan tubuhnya
"Huam ... ngantuk Bu."
"Ih. Kau itu, nggak mandi, tapi langsung molor saja."
"Ayo pindah kamar," ucap Nur sembari menutup pintu dan menguncinya.
Berjalan dengan sedikit sempoyongan Prameswari pindah ke kamar, Nur melihatnya hanya bisa geleng-geleng kepala.
Perlahan Nur mengikuti Prameswari ke kamar dan memastikan sampai dengan aman menutup pintu dan berlalu pergi.
Memasuki kamarnya sendiri Nur masih saja merasa was-was, sudah pukul sebelas malam Nur baru bisa memejamkan mata, tertidur dengan lelap hingga pagi menjelang.
Terbangun saat suara adzan subuh berkumandang bergegas bangun, melakukan kewajiban Nur sebagai umat muslim, setelah shalat Nur melangkah kan kaki ke kamar Pram, melihat nya sebentar dan mengintipnya, ternyata Pram sudah shalat."
Bergegas menuju dapur, menyiapkan sarapan pagi hari dan yang lainnnya, sedikit melirik ke arah pintu kamar Pram, tapi belum terbuka.
'Apa anak ini tidur lagi?" ucap batin Nur.'
Mematikan kompor dan meletakkan sendok yang Nur pegang, ingin kembali melihat Pram tapi belum juga kaki melangkah, Nur melihat pintu kamarnya terbuka.
Dengan tersenyum Nur melihatnya kembali melanjutkan pekerjaan yang Nur hentikan tadi.
"Pagi Bu," sapanya dengan tersenyum.
"Pagi Pram," jawab Nur sembari melirik jam dinding.
Masih pagi Nur melihat Prameswari sudah bersiap begitu juga denganku.
Berjalan beriringan menuju tujuan masing masing, melihat Pram sudah di ujung tikungan dan Nur berbelok ke arah rumah ibu.
Masih pagi memang berharap ibu ada di rumah, tak berapa lama sudah sampai
menoleh ke makam Mas Sipun berjalan menghampiri duduk sebentar memanjatkan doa dan tak lama ku akhiri. "Maafkan Nur Mas, semua salah Nur," ucap Nur, sembari tangan Nur sudah memegang nisan.
"Mas ... Nur ingin Mas juga menjaga anak kita, bantu ya Mas?" Walau Nur sadar itu sangatlah mustahil."
Lamunan Nur terhenti saat seseorang memegang bahunya. Sesaat mendongak dan tersenyum.
"Ibu," ucap Nur sembari berdiri.
"Sudah tadi Nur?" tanya Ibu.
"Sudah Bu," jawab Nur sembari menoleh kearah makam.
"Tumben Nur," tanya Ibu sembari menghembuskan asap rokoknya.
Seketika Nur menarik tangan Ibu, mengajaknya masuk ke dalam rumah.
"Ada yang ingin Nur bicarakan Bu," ucap Nur sembari duduk di kursi.
"Ada apa ini ?" tanya Ibu heran.
"Ini tentang prames Bu. Nur khawatir dan takut Bu. pagi ini Pram cerita semuanya."
"Lalu kalau sudah jadi takdirnya. Bagaimana?"
"Membetulkan seperti apa lagi?"
"Tolong Bu, kemarin dia tak masuk sekolah gara-gara rasa penasaran di hatinya Bu!"
"Hiyo Nur," jawab ibu hening beberapa saat sebelum ibu berbicara lagi.
"Nur ... kabeh mau, iso kedadean koyo ngene asale yo setitik akeh soko wet sawo iku."
( Nur ... semua nya ini , bisa menjadi seperti ini sedikit banyak asalnya dari pohon sawo itu )
Mendengar ini Nur sedikit terkejut dan ibu kini hanya duduk terdiam memandang.
"Koyoke yo wes ra perlu tak simpen suwe suwe Nur, Prameswari yo kudu ngerti kahanan iki."
( Sepertinya nggak perlu ibu simpan lama lama Nur , Prameswari ya harus tahu keadaan ini )
Kini Nur menunduk dalam rasa penyesalan Nur kian menjadi.
"Nur pasrah Bu."
"Nur manut," ucap Nur.
"Sesuk nek arek e wes umur pitulas taun gowoen rene Nur," wes wayahe Nur, aku arep nguwehne opo seng dadi hak e ."
( Besok kalau anaknya sudah berumur tujuh belas tahun bawa kesini Nur , " Sudah waktunya , saya akan memberikan apa yang menjadi haknya )
"Pulang Nur, jangan lama-lama di sini."
Nur langsung mengambil tangan ibu untuk salim.
" Assalammualaikum."
"Waalaikumsalam dan menatap hingga Nur hilang di balik pagar."
Nur berhenti sejenak menatap heran. Sejak kapan ibu mau membalas salam Nur.
"Apa karena ibu sudah insaf ?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
senja
kok mau jawab salam ya, itu Mbah kan?
2022-03-14
3
senja
disini pov nya nyampur2, kirain yg lihat sukma Nur karna sblmnya susah tdr dilanjut jalan2 dilanjut bsk sekolah, ternyata pov anaknya. bingung padahal ceritanya bagus
2022-03-14
3
~🌹eveliniq🌹~
find the Perfect Love dan cinta online hadir untuk memberikan support
2022-03-11
3