Rasanya badan Pram masih lemas, hampir semalaman tak bisa tidur memikirkan apa yang terjadi, setelah shalat subuh Pram bergegas turun. melihat ibu sudah sibuk di dapur.
"Pagi Bu," sapa Pram.
Mendengar suara Pram
"Eh ... anak ibu, sudah bangun, sarapan Pram!!"
Sembari menggeliat.
"Kok males Bu," ucap Pram pelan.
"Ya, minum tehnya, biar hangat perutnya,
Itu ada roti," ucap ibu pada Pram.
Mengambilnya selembar melahapnya dengan malas, ibu yang melirik kemudian mendekat.
"Kenapa?" tanya ibu pelan.
"Nggak ada apa-apa Bu," jawab Pram asal.
Ibu melihat sejenak.
"Pram, kemarin ibu dari rumah simbah," ucap ibu sembari meletakkan gorengan.
"Kalau nanti Pram nggak repot, kita ke rumah simbah ada yang pingin simbah ceritakan," ucap ibu lagi.
Pram masih diam sembari menyesap tehnya.
"Bagimana, bisa kan?" tanya ibu pada Pram.
"Pram nggak janji Bu di sekolah lagi sibuk, mau ujian kenaikan kelas pasti sibuk," ucap Pram, sembari melihat kini ibu sudah kembali ke dapur.
Pram menyandarkan kepalanya di meja makan sembari melihat ibu memasak. Mungkin mata Pram terpejam tetapi telinganya samar-samar mendengar ibu berbicara tapi entah dengan siapa. Mendengar ini seketika Pram terbangun dan memfokuskan pandangan dan pendengaran.
Memindai seluruh ruangan. "Lho, kok sepi," melihat jam baru menunjukkan pukul enam pagi.
"Bu ... panggil Pram pelan.
Aku langsung menuju kamar dan berganti baju. 'Mungkin ibu ke toko pikir Pram.'
Mematut diri di kaca sebentar kemudian mengambil tas dan bergegas ke luar kamar.
"Bu ... panggil Pram lagi. Lha, ibu kemana?"
Berjalan ke depan sepi, akhirnya Pram memutuskan untuk berangkat, menutup pintu dan menguncinya dan kembali menaruhnya di tempat biasa.
Rasa tak nyaman kembali mendera dada Pram.
"Kenapa rumah ibu sekarang kok jadi seperti rumah simbah? Ah, entalah," ucapku Sembari melangkah.
Kini langkah Pram sudah di depan gerbang sekolah, berjalan sedikit tergesa saat melihat pak satpam mulai menutup pintu gerbang.
"Kamu terlambat sepuluh menit, minta kartu ke guru piket," ucap Pak satpam sembari menutup pintu gerbang.
Dengan sedikit menggerutu Pram berjalan ke ruang piket. "Pasti nanti di omeli ."
Ternyata bukan Pram saja, ada Ruli dan Rian juga. Sedikit lega karena nanti akan ada temannya pikir Pram.
"Pram ... sapa Rian."
Tak menjawab pertanyaan Rian, kini Pram yang balik bertanya.
"Tumben kamu terlambat," tanya Pram pada Rian.
"Sengaja lagi malas," jawabnya pelan.
Mendapat kartu dari guru piket, kini terlambat Pram bukan sepuluh menit lagi jadi bertambah lima belas menit.
Ruli yang sedari tadi diam kini sudah mulai bicara.
"Aku juga lagi malas ini, mapelnya Bu Radiah kimia sekarang," ucap Ruli dengan malas.
Mendengar nama Bu Radiah.
"Waduh !! untung Pram terlambat Ruli, kalau tidak."
"Hiiiii?" ucap Pram pelan."
"Kok hiiii?" tanya Ruli.
"Ada tugas," jawab Pram enteng.
"Kamu belum mengerjakan?" tanya Ruli lagi.
"Ssstttt ... jangan keras-keras," sembari Pram tutup mulut Ruli.
Rian yang melihat tingkah Pram tersenyum lebar.
"Ayo," ajak Rian sembari menarik tangan Pram.
"Ish ... kebiasaan main tarik saja," ucap Pram lagi.
"Rul, cepat," ucap Rian sembari melangkah, tak berapa lama kami tiba di kelas.
Berdiri beberapa saat kemudian. Membuka pintu secara perlahan. Nampak, Bu Radiah sudah mulai menerangkan, mendapat tatapan dari Bu Radiah akhirnya Pram membuka pintu sedikit lebar. Menyerahkan satu persatu kertas yang kami bawa, kembali Bu Radiah melihat dan menggeleng.
Terlihat wajah tak suka menatap kami.
"Berdiri di depan kelas hingga mapel usai," ucap Bu Radiah, kini sembari kembali menutup pintu.
Belum lagi berdiri dengan benar, mata Pram tiba-tiba melihat Srikanti berdiri di samping pohon dan tersenyum pada Pram.
Entah mengapa Pram tak menyukai Srikanti.
'Pulang,' batin Pram mengatakan.
Namun, yang Pram usir masih diam di tempat. Rian yang melihat Pram kini sedikit mendekat.
"Itu pendamping Simbahmu tumben ikut."
Tak menjawab ucapan Rian, tiba-tiba Ruli berbicara.
"Pram tukeran tempat yuk, perasaan berdiri di sini kok nggak nyaman," ucap Ruli.
"Males, sama Rian saja," tolak Pram pada Ruli.
Tak berapa lama bel berbunyi, mapel kimia
di jam pertama usai. Bu Radiah yang sudah keluar kini mendekat. Sudah terlambat, nggak ngerjakan tugas lagi!" sembari mencubit lengan Pram.
"Panas Bu," ucap Pram sembari mengusap bekas cubitan Bu Radiah.
Memasuki kelas dengan sedikit cemberut,
Ndari yang dari tadi memperhatikan kemudian tertawa.
"Dapat bonus Pram dari Bu Radiah," ucap Ndari sembari tertawa.
Pram hanya terdiam, kini malah melihat Srikanti berdiri di pojokan, Ndari yang melihat Pram terdiam.
Melamun ke sambet baru tau rasa kamu Pram," ucap Ndari sembari melempar bolfoint ke tangan Pram.
Pram yang terkejut langsung menoleh.
"Itu Pak Sodik sudah masuk," ucap Ndari sembari menatap kedepan.
Seharian ini pikiran Pram bukan fokus ke pelajaran, melainkan Srikanti yang dengan sesukanya berpindah tempat, kadang di pojok, di tengah kelas bahkan berdiri di sebelah Pak Sodik dan itu semakin membuat Pram sedikit emosi.
Saat bel terakhir berbunyi Pram segera mengemasi peralatan tulisnya, sedikit Pram percepat, saat semuannya selesai tiba-tiba Srikanti telah pergi.
"Hm....dasar," ucap Pram pelan.
"Siapa yang dasar Pram?" tanya Ndari.
"Nggak ada, pingin saja ngomong dasar."
Lagi-lagi Rian tersenyum melihat tingkah Pram. Keluar dari sekolah dan melenggang ke arah jalan tanpa menghiraukan Rian. Entah, sejak kapan Srikanti datang yang jelas kini Srikanti sudah berjalan di samping Pram meski agak jauh.
Entah, mengapa ada perasaan tak suka meski dia pendamping Simbah. Apa pengaruh dari mimpi waktu itu atau memang Pram tak menyukainya. Masih saja menguntit hingga Pram sampai di rumah.
Pintu rumah sudah terbuka, berarti ibu sudah datang dengan mengucap salam, Pram masuk dalam rumah, ibu yang mendengarnya pun langsung menjawab. Pram langsung menuju sumber suara di mana ibu berada.
Melihat Pram sedikit dongkol ibu tersenyum
"Minum, biar hilang marahnya," ucap Ibu sembari memberi segelas air putih pada Pram.
Meminumnya dengan cepat. "Boleh cerita jika mau," ucap ibu dengan sedikit menghela napas.
"Jengkel Bu, sama Srikanti sehari ini terus menguntit Pram," ucap Pram
"Lha kenapa juga Pram?" tanya Ibu.
"Mungkin Simbah yang suruh, Pram sudah bilang sama Simbah, kalau Pram nggak suka sama Srikanti Bu!"
Ibu hanya diam mendengar ucapan Pram. Setelah melihat emosi Pram sedikit reda.
"Jangan lupa nanti kita ke rumah Simbah, tanyakan sekalian," ucap ibu.
Melihat ibu kembali ke ruang tengah melanjutkan pekerjaan yang terputus tadi.
Pram berjalan mendekat ke arah ibu.
"Nanti ya Bu, sorean sedikit biar nggak panas," jawab Pram. Sejenak ibu menatap dan mengangguk .
"Cepet ganti Pram," omel ibu. Bukan masuk ke kamar Pram malah tidur di pangkuan ibu.
"Tumben," ucap ibu sembari mengelus kepala Pram, membiarkan Pram terlelap dalam pangkuannya.
Terbangun saat merasa kepala Pram pegal.
saat tersadar kini ibu sudah mengganti alas kepala Pram dengan bantal.
Melihat Pram terbangun. "Sudah bangun, mandi gih," ucap ibu.
"Keburu magrib Pram, nanti nggak jadi lagi ke rumah Simbah," ucap Ibu pada Pram. Tak menyahuti ucapan Ibu, kini Pramp berjalan dengan malas menuju kamar.
Tak berapa lama Pram sudah bersiap. "Shalat magrib dulu di rumah Pram, kurang sepuluh menit nanggung," ucap ibu lagi.
Melakukan shalat magrib dengan tenang saat mendengar ibu memanggil, segera Pram mengakhiri shalat dan melipat sajadah dan mukena.
"Pram, ayo," ajak Ibu sembari tangan ibu memasukkan kunci pada daun pintu dan sudah siap mengunci pintu.
Ibu sedikit heran melihat tingkah Pram. "Tumben kok nggak semangat Pram?" tanya Ibu.
"Nggak tahu Bu, hati Pram rasanya jengkel terus dan nggak enak."
Begitu keluar dari teras.
"Kenapa juga masih di sini," ucap Pram ketus.
Mendengar Pram berbicara sendiri.
"Siapa?" tanya Ibu.
"Itu Srikanti," jawab Pram sedikit ketus.
"Sudah biar, ayo!! Ajak Ibu pada Pram."
Berjalan beriringan dengan ibu tak ada yang ingin memulai percakapan, hingga sampai di tikungan secara mendadak Pram menarik lengan ibu.
"Pram ... suara ibu terkejut. Pram langsung memberi isyarat untuk diam.
"Berhenti sebentar Bu, banyak anak kecil sedang lewat banyak Bu," ucap Pram sembari menarik lagi tangan Ibu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Winna
Makin kesini makin bagus.. semangaaat💪🏻💪🏻
2022-06-08
2