Setelah semalam Nur pingsan dan percakapan Nur kemarin, pagi ini ibu benar-benar mencari Prameswari.
"Nur, di mana Prameswari ibu cari kemana mana kok nggak ada?"
"Itu di kamar Bu," jawab Nur.
"Panggil sini Nur!"
Kemudian ibu duduk di bangku yang menghadap ke kamar, sejenak terlihat tersenyum. Melihat Prameswari datang menghampiri.
"Sini-sini sama Simbah," ucap Simbah sembari menepuk bangku kosong di sisinya, setelah itu mengusap mata Prameswari tiga kali.
"Sudah, habis ini sekolah yang pinter."
Prameswari yang masih empat tahun hanya manggut-manggut saja dengan polosnya sambil bermain bumbu kinangan yang ada di hadapan ibu.
"Lihat Nur, anakmu itu masih saja bisa merasa meski Ibu sudah melindunginya."
Ibu terdiam beberapa saat. "Nur, habis ini sebaiknya kamu pulang kerumah suamimu,
ini juga demi kebaikanmu dan juga anakmu. Nur kasihan kalau dia di sini terus, bisa-bisa kesurupan terus Nur."
Setelah mengatakan ini, Nur melihat ibu menghela napas panjangnya sembari meracik bumbu kinang, kemudian ibu berucap lagi.
"Beda kalau dia bisa melihat makhluk astral Nur, mereka akan saling bertegur sapa seperti kita berbicara Nur," ucap ibu sembari mengunyah bumbu kinangnya, sesaat kemudian membuang ludah yang berwarna merah kecoklatan, di tempatnya.
"Ya, Bu kalau itu mau ibu, Nur akan tinggal di rumah Mas Sipun," jawab Nur lagi.
Setelahnya Nur terdiam, masih berfikir. 'Ini kesalahan leluhur , kutukan, atau, ah ... entahlah.'
Melangkahkan kaki Nur menuju ke dapur, sekilas menatap Prameswari sedang bermain bumbu kinangan, hingga terdengar suaranya berguman. "Hm ... enaknya Prameswari mau di kasih."
Mendengar ucapan Prameswari akhirnya Nur mengurungkan niatnya menuju dapur, Nur kembali ke ruang tengah, mengambil Prameswari dan mengajaknya ke kamar.
Betul kata ibu jika Nur dan Prameswari masih di sini. Banyak hal yang akan menganggu Nur dan Prameswari. Memasuki kamar, tiba-tiba suasana jadi hening masih siang pikir Nur.
Angin yang berhembus tiba-tiba serasa menusuk tulang. "Kenapa dingin sekali," ucap Nur perlahan.
Mendekap tubuh Prameswari dengan sedikit erat, aroma melati tiba-tiba memenuhi ruangan kamar. Memindai semua sudut ruangan kamar, melihat Srikanti berdiri di depan pintu mengisyaratkan Nur untuk diam.
Prameswari yang dalam dekapan Nur tiba-tiba tertidur, ada sedikit perasaan lega di hati Nur.
Merebahkan tubuh Prameswari di ranjang begitu juga dengan Nur, tak berapa lama, Nur juga sudah ikut terlelap. Nur terbangun saat Prameswari menangis. "Kok nangis?" tanya Nur sembari mengucek matanya.
"Sini ibu puk-puk, tidur lagi ya?" ucap Nur
sambil mendekat.
Karena Prameswari nggak mau tidur kembali, akhirnya Nur mengajaknya keluar kamar, entah kenapa kini Prameswari kembali menangis.
"Duh ... anak ibu tumben rewel, mau mandi?" tanya Nur. Prameswari hanya mengangguk yang Nur lihat, kemudian Nur menuntunnya ke kamar mandi untuk memandikan Pramesawari, tak berapa lama keluar dengan wajah yang lebih segar.
Belum lama keluar dari kamar mandi kini Prameswari sudah kembali rewel hingga malam menjelang. "Aduh ... Nduk jangan rewel," ucap Nur sembari menggendongnya.
"Mau apa Nak? Jangan buat ibu bingung," ucap Nur, sembari melihat jam. Kini sudah hampir jam sepuluh malam.
"Bobok yuk, ke kamar yuk! Ajak Nur lagi."
Memasuki kamar, Prameswari sedikit tenang. Kembali angin yang dingin dan menusuk tulang kembali berhembus, kembali Nur mendekap tubuh Prameswari. Aroma melati kembali tercium dan kini semakin menyengat, kembali Nur melihat Srikanti berdiri di depan pintu dan kembali mengisyaratkan Nur untuk diam. Masih pukul sebelas malam dan Srikanti masih setia berdiri di depan pintu.
Daun pohon sawo terdengar berisik di terpa angin malam dan semakin lama menjadi angin yang cukup besar dan berhembus kencang.
Nur masih terheran dari mana masuknya angin ini, seakan menabrak daun pintu hingga akhirnya seperti ada sesuatu yang ingin masuk ke kamar, seperti dorongan paksa namun tak berhasil, agak lama, hingga hanya ada suara yang menggema besar.
"OJO MBOK GOWO NGALIH BOCAH IKU SOKO KENE."
( jangan kau bawa pergi anak itu dari sini )
Mendengar suara yang besar, seketika
Srikanti langsung mengibaskan selendangnya. Tiba-tiba kabut tipis mulai muncul, bukan aroma melati yang Nur cium tapi bau ini, ya, bau dari sesuatu yang di bakar, perlahan lahan sosok yang bersuara besar menampakkan wujudnya.
Menyeringai terlihat menyeramkan badannya besar setinggi rumah, kuku yang panjang, matanya merah melotot ke arah Nur dan rambutnya menutupi seluruh tubuhnya nampak hitam legam.
Nur yang mendapati penampakan seperti itu
seketika kakinya lemas dan badannya roboh
dan Nur tak tahu lagi apa yang terjadi selanjutnya.
Saat Nur tersadar sudah ada di atas ranjang dan melihat ibu sedang membalurkan sesuatu di tubuh Nur, baluran yang terasa hangat, tetapi ada bau yang menyengat. Samar Nur melihat Srikanti masih berdiri di sisi Prameswari, kini tersenyum saat Nur melihatnya.
Ibu masih duduk di sisi Nur. "Bu, kenapa sejak kelahiran Prameswari mereka selalu menganggu, dulu Nur juga nggak pernah di ganggu?" tanya Nur pada ibu.
Ibu tak menjawab pertanyaan Nur, hanya tersenyum sambil membuka jendela kamar, ternyata masih pukul dua dini hari dan ibu berdiri di depan jendela cukup lama.
"Cepet pindah sesuk Nur, jangan di tunda-tunda jangan kelamaan kamu di sini, kamu yang bakal di ganggu terus nantinya," ucap ibu.
Kini ibu kembali menutup jendela kamar dan berbalik ke arah Nur, menatap tajam dan
sedikit mendekat ke arah Nur.
"Sudah cepat tidur besok ibu bantu bersih-bersih Nur."
Setelah mengatakan itu kemudian ibu berlalu begitu saja mencium Prameswari sembari tersenyum.
Selepas kepergian ibu. Nur masih belum tenang juga, rasa penasaran dengan apa yang terjadi beberapa hari ini membuat Nur pusing.
"Aneh, semua itu terjadi setelah permintaan Nur pada ibu untuk melindungi Prameswari."
'Kenapa jadi Nur yang bisa melihat dan di ganggu mereka? Memang ada apa dengan rumah ibu ini, pikir Nur lagi.'
Karena lelah dengan perasaannya sendiri dan tak mendapatkan jalan keluar akhirnya mata Nur kembali terpejam. Masih pagi saat ibu membangukan.
"Ayo Nur, cepat keburu siang dan cepat mandi ibu akan bereskan ini." Ibu kini sudah menata rapi semua barang begitu Nur keluar dari kamar mandi.
"Membawa baju secukupnya Nur, toh barang barang mu di sana juga masih ada," ucap ibu.
Setelah beberes membantu, ibu beralih melihat Prameswari yang masih tertidur. "Nanti kalau ada apa-apa bilang ibu Nur," sembari memasukkan baju Nur dan Prameswari kedalam tas cukup besar.
"Nanti berangkat nunggu Prameswari bangun Nur, kamu siap-siap yang lainnya saja."
Nur kembali membereskan beberapa mainan Prameswari untuk Nur bawa ke rumah Mas Sipun.
Hampir satu jam menunggu akhirnya Prameswari terbangun dengan masih terbengong, mengangkat tubuh Prameswari.
"Mandi ya Nduk?" tanya Nur. Kemudian segera memandikannya dan mengganti bajunya.
Berhenti sejenak menatap dua tas besar mungkin agak berlebihan menurut Nur.
Rumah Mas Sipun hanya beberapa gang dari rumah ibu.
"Ayo," ajak ibu sembari melangkah lebih dulu. Berjalan beriringan, ibu dan Nur masing-masing membawa tas besar, sambil menggendong Prameswari.
Setelah berjalan hampir sepuluh menit akhirnya sampai juga Nue di rumah Mas Sipun, melangkahkan kaki untuk pertama kali setelah Nur meninggalkan rumah ini.
"Ya ... empat tahun yang lalu tepatnya."
Rumah yang masih nampak rapi dan terawat, sedikit sedih mengingat semuanya, langkah Nur kembali terhenti saat melewati teras rumah, ayunan yang di buat Mas Sipun pun masih terawat dengan baik.
Nur terkejut saat ibu memanggil.
"Ayo, Nur ..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Nunung Nurjanah
melangkahkan kaki nur....hrusnya nur melangkahkan kaki...bahasa2 ny agak rancu gitu..gmn ya?gaya bahasa nya jdi kurang enak di baca..klo segi cerita sih bagus
2022-09-09
1
Maggie
ceritanya seru
2022-03-16
5
senja
dia bukan ngajarin tp menghindari, jadinya dia yg kena penampakan
kasihan ya, kl dulu bs komunikasi, skg hantunya marah jd merasuki
2022-03-14
3