Pram kembali berdiri, saat akan membalikkan badan terdengar suara seorang wanita tertawa. "Hi ... hi ... hi ... hi ... seketika bulu Pram meremang, masih terpaku sesaat, saat kembali terdengar suara.
"Simbahmu lungo, karo Srikanti. Kene dolanan karo aku wae, piye?"
Dengan hati penasaran Pram berjalan mencari sumber suara wanita ini. 'Rumah Simbah ini rasanya semakin aneh,' pikir Pram.
"Piye, gelem to? Iki ... aku neng kene, dengan suara besarnya dan kembali tertawa terkikik."
Saat itu juga kaki Pram serasa berat untuk melangkah hingga tiba-tiba, masih dengan terkejut, sudah berdiri di depan Pram, sosok putih dengan wajahnya yang rusak dan dengan rambutnya yang panjang.
Seketika tubuh Pram kaku dan mulutnya terkunci, tak berapa lama wanita itu mendekat.
Seperti hembusan angin, wanita ini sudah menjauh lagi dari Pram dengan tawanya yang kencang. "Hi ....hi .....hi... "
Tubuh Pram ternyata belum mampu menerima kejadian ini dan tiba-tiba Pram tak mengingat apapun yang terjadi.
Beberapa saat setelah Pram sadar Simbah sudah duduk di dekat sisi ranjang. "Kenapa kemari?" tanya simbah."
"Kalau Simbah nggak memanggilmu jangan kemari, Pram?"
Pram masih terdiam, kini aroma wangi dupa sudah kembali Pram cium dan membuat kepala Pram berat berdenyut.
"Tambeng ... kalau Simbah tidak di rumah cepat pulang Pram! Ada apa? Suara Simbah sedikit keras. Pram masih diam dan kini berusaha untuk duduk.
"Kok malah diam, ada apa?" tanya Simbah tak sabar.
"M ... sa-saya minta maaf Mbah, Pram penasaran sama Srikanti dan pingin tanya sama Simbah ... jawab Pram ragu.
Tiba-tiba simbah memukul kening pram.
"Bodoh kamu, jangan sembarangan, nek seng koyo ngene yo kudu di omongke sek," jawab Simbah .
"Pram, kowe ngerti, sopo Srikanti kae?"
Pram hanya menggaruk kepala tanda tak paham dan menatap Simbah.
"Maaf Mbah, karena semalam tiba-tiba saya bermimpi tentang Srikanti."
"Nyapo bocah kuwi?"
( kenapa anak itu ? )
Pram hanya menggeleng tanda tak mengerti
melihat Simbah kemudian tersenyum.
"Wes ... nginep kene Pram !"
( sudah tidur sini Pram ! )
"Kalau Simbah cerita tentang Srikanti saya mau nginep Mbah," ucap Pram menawar.
"Sudah mau nginep atau pulang terserah, tapi Simbah durung iso crito Pram !"
Kemudian Simbah berdiri dan keluar dari kamar tak menghiraukan. Pram yang tadi duduk kemudian berdiri mengejar Simbah.
Tapi belum beberapa langkah Simbah sudah tak ada. "Mbah ... Mbah," panggil Pram lagi.
Tak lama Simbah sudah muncul lagi dengan peralatan bumbu kinangnya.
Melihat simbah menginang Pram hanya tersenyum. "Ya Mbah, Pram nginep," ucap Pram pelan.
"Meski simbah tak cerita perihal Srikanti? kini Pram mengangguk.
Belum bisa memejamkan mata, sudah pukul satu dini hari, mendengar suara samar-samar dan makin lama makin keras. Seperti suara orang menyapu di lantai.
"Srak, srak, srak tanpa henti, semakin lama semakin keras dan itu sangat membuat Pram penasaran."
Pram turun dari ranjang dengan berjalan pelan dan mengendap-endap, mengintip melalui celah pintu. "Tak ada orang," ucap Pram pelan.
Akhirnya Pram memberanikan diri untuk keluar kamar. "Tak ada apa-apa," kembali Pram berguman. Tapi kini suaranya masih terdengar dan makin keras .
Melangkahkan kaki menuju ruang tamu. "Sraak ... sraak ... sraak ... seakan suaranya dekat dengan telinga dan sangat dekat, masih memindai ruang tamu yang ternyata gelap ini, berjalan berjingkit dan pelan, menuju jendela dan sedikit mensingkap tiarai nya, masih berusaha mencari suara yang Pram dengar, kini Pram melihat ke arah halaman.
Hingga beberapa saat. "Kenapa tiba tiba tubuh Pram meremang dan bau ini? Masih mengintip di luar. "Ih ... kenapa tengkuk juga meremang, kini Pram memegang leher.
Karena tak melihat apapun, akhirnya Pram putuskan untuk menutup tirainya, saat Pram membalikkan badan dan secara tiba-tiba ada sosok wajah di depan wajah Pram. menatap Pram sangat dekat. Masih dengan diamnya, wajah ini menatap Pram, menyeringai dengan melotot.
Pram dengan terkejutnya, mundur hingga tubuh Pram menempel pada jendela, seketika kaki Pram lemas. Ini wajah tadi siang yang Pram temui dan kini kami berhadapan, menahan napasnya sejenak untuk mengatur debar jantung, Pram harus kuat dan tak pingsan.
Wajah itu pun langsung menghilang, kini suara itu terdengar lagi kini semakin jelas saat melihat keluar.
"Astafirullah," ucap Pram tertahan.
"Sosok ini, sosok dengan wajah tadi, dia berjalan mondar mandir dengan rambut panjangnya, hingga menyentuh tanah dan mengeluarkan suara. "Srak ... srak ... srak ...
seperti orang menyapu.
Masih tertegun menatapnya tiba-tiba wanita itu menoleh dan Pram sedikit mundur hingga badan Pram terduduk lemas di kursi ruang tamu.
Melihat Pram duduk di ruang tamu Simbah hanya tersenyum sembari mengelus rambut Pram.
"Ini masih awal Pram, ini latihan agar dirimu terbiasa melihat hal yang seperti ini."
"Bagaimana sudah siap?Jika sewaktu waktu menghadapi yang lebih dari ini?"
Suara Simbah tiba-tiba terdengar.
" Mbah, apa yang terjadi kenapa aku bisa melihatnya dan banyak kejadian-kejadian aneh yang akhir-akhir ini membuat Pram bingung."
"Itu sudah menjadi garismu, siapkan dirimu, kemudian di peluknya tubuh Pram lama.
"Sekarang siapkan saja dirimu, belum waktunya Simbah menjawab semuanya."
" Ayo bali turu mane, kemudian langkah Simbah sudah menghilang di balik ruang tengah.
"Sepi ...."
Pikiran Pram kini semakin bingung dan hanya hembusan napas Pram yang di hembuskan. Membaringkan tubuh di ranjang, hanya bisa membolak balikkan tubuh hingga terasa pegal.
Hampir pukul tiga dini hari Pram baru bisa memejamkan mata kembali, secara tak sadar kini sukma Pram, tanpa seijin Pram juga sudah keluar dari raga, mengitari rumah Simbah lagi, hingga tiba di ruangan yang paling ujung dengan sendirinya Pram bisa melihat Srikanti. Srikanti melakukan hal yang sama ke Simbah saat Simbah terlelap, menghirup sesuatu asap tipis dari ubun-ubun Simbah.
Mengayunkan kaki untuk mendekat , tapi langkah Pram terhenti saat, seperti ada sesuatu yang menghalangi , sesuatu yang tak kasat mata tipis seperti dinding.
Dari kejauhan Pram melihat Srikanti menyeringai setelah melakukan itu dan dengan angkuhnya dia menghilang.
Mendengar adzan subuh sukma Pram kembali masuk ke raga, setelah sadar kini Pram duduk termenung di ranjang, badan Pram serasa pegal dan lemas.
"Mesti begini," ucap Pram.
"Kenapa jadi begini dan apa yang terjadi dengan Simbah?"
Keluar kamar dan mencari Simbah, saat tiba di kamar paling ujung Pram kembali mencium aroma ini, aroma yang menusuk hidung.
"Assalamualaikum," sembari Pram mendorong pintu kamar, melihat simbah duduk bersila di depannya tengah menghadap tungku kecil dengan arang yang menyala dan sesekali menabur dupa halus, seketika aromanya kembali menyebar ke ruangan kamar.
"Mbah ... panggil Pram, kini berpaling dan tersenyum. "Cepat pulang Pram," ucap Simbah. Pram melihat Srikanti tersenyum. Namun, Pram mengacuhkannya.
Simbah langsung berdiri mengekor di belakang Pram, sesampainya di teras.
"Hati-hati Pram!"
Simbah kemudian menatap Pram dan memegang kepala Pram.
"Simbah yakin di dunia nyata kamu masih pemula tapi simbah yakin sukmamu di dunia lain lambat laun akan menjadi terhebat, hati-hati dengan perjalananmu di alam lain karena ada sesuatu yang menginginkan ragamu," ucap Simbah Rum.
Setelah itu Simbah melepaskan tangannya dan percakapan batin yang di lakukan Simbah seperti berbisik di telinga Pram.
"Pulang Pram sekolah," ucap simbah.
Pram mengangguk toh nyatanya masih subuh
bergegas pulang, tak berapa lama akhirnya sampai juga di rumah.
Melihat lampu ruang tamu sudah menyala jendela ruang tamu pun sudah sedikit terbuka itu tandanya ibu sudah bangun.
"Assalamualaikum", ucap Pram sembari membuka pintu kemudian masuk langsung menuju dapur, melihat ibu mulai sibuk memasak dan lainnya.
Melihat Pram datang ibu tersenyum.
"Mandi Pram, sekolah jangan sampai membolos kini ibu menatap."
"Kau tidak tidur Pram?" tanya Ibu, tetapi aku hanya menggeleng dan tersenyum.
Ibu yang melihat kini sedikit heran.
"Kenapa, Pram? Eh ... kok malah masuk kamar, nggak sekolah?"
Seketika ibu langsung menyusul ke kamar
"Pram ... panggil Ibu, tak membalas panggilan Ibu tetapi Pram hanya mendongakkan wajahnya."
"Habis nginep di rumah Simbah kok jadi begini?"
"Sudah besok-besok nggak usah nginep di rumah simbah lagi," ucap ibu sedikit marah.
Pram masih menunduk. "Bu ... panggil Pram saat ibu hendak keluar kamar," mendengar suaraku ibu berhenti sejenak dan berbalik.
"Ada apa, Pram!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
novita setya
,wegaaahhhhh...q baleeek waeee hhiiiyyyyy
2023-04-07
1
Lee
Next semangatt..
2022-03-09
3