"Prameswar ... " teriak ibu saat Pram berhasil menggodanya.
Hari ini udara memang benar-benar panas sudah pukul lima sore langit masih nampak terang, seperti biasa kebiasaan Pram duduk di depan jendela menatap langit dan terkadang melihat burung berterbangan yang banyak, ibu bilang itu manuk SRITI.
Kadang di pagi hari pun burung itu juga terbang bebas memenuhi langit dan kadang terbang rendah dan akan menghilang dengan sendirinya, sore yang terik ini benar-benar membuat Pram malas gerak.
Menggunakan sore ini hanya duduk, berbaring dan berkutat di kursi, begitu terus Pram mengulang hingga magrib datang, Ibu yang melihat Pram bermalas-malasan hanya tersenyum.
"Ayo bangun jangan malas-malasan begini," ucap ibu sembari menyalakan lampu ruang tengah.
Setelah isya, Pram langsung merebahkan tubuhnya di ranjang, mata Pram tiba-tiba sangat mengantuk, tak berapa lama antara sadar dan tidak, Pram seperti bermimpi. Kini sukma Pram serasa keluar dari raganya berjalan hingga di pinggir jalan setapak, Pram menoleh kekanan dan kekiri, ini tempat yang aneh pikirnya.
Mencoba mengingat namun rasanya sulit,
samar-samar Pram dengar percakapan dua orang perempuan yang satu nampak seperti Srikanti terlihat dari siluet tubuhnya dan yang satu nampak wajah muda yang nampak tak asing.
Tiba-tiba Pram sudah berada di sebuah kamar tapi ini kamar siapa?" Melihat seorang wanita tengah tertidur dan tepat di atasnya seorang wanita sedang menunduk seperti melakukan sesuatu. Seperti sedang menghirup sesuatu, hanya nampak seperti asap yang begitu tipis keluar dari ubun-ubun wanita itu.
Pram yang penasaran bermaksud ingin maju
tapi tiba-tiba, serasa seperti terganggu wanita itu mendongak dan tepat di muka Pram dengan sedikit terkejut tiba-tiba sukma Pram serasa terpental.
Dan saat Pram sadar. Tubuh Pram telah basah dengan keringat dingin di seluruh tubuhnya.
Saat terbangun, Pram melihat jam, hampir dua dini hari. 'Kenapa dengan wanita itu dan apa yang di hirupnya?' Berbagai pertanyaan kembali muncul di benak Pram.
Mata Pram masih belum mau di pejamkan, hingga subuh datang dan dengan malas Pram menurunkan kakinya dan berjalan menuju kamar mandi serta sekalian wudhu.
Setelah shalat Pram bergegas menuju dapur melihat ibu sudah mulai menyiapkan bahan bahan untuk di masak. "Tumben anak ibu rajin mimpi apa semalam," ucap ibu menggoda Pram .
Membalas dengan malas. "Nggak bisa tidur Bu, Pram ngimpi aneh-aneh," ucap Pram sembari menuang air panas dalam gelas yang berisikan teh dan mengaduknya.
Melihat ibu menghentikan gawenya dan melihat. "Tumben, ngimpi apa Pram?" tanya Ibu, kembali mengucapkan kata-kata yang sama.
"Prameswari ngimpi melihat seorang wanita Bu."
"Apa beberapa tahun kebelakang ada kejadian aneh ?" tanya Pram pada Ibu, sebelum Pram melanjutkan ceritanya.
"Maksudmu ! Ya seperti ada nganten yang meninggal sebelum nikah atau ... "
Tiba tiba ada angin dingin yang meniup tengkuk Pram, Pram kemudian terduduk.
Secara tiba-tiba antara sadar dan tidak Pram seperti berjalan keluar dapur, melihat sosok yang ada di mimpinya.
Menatap lekat sosoknya dan betapa terkejutnya Pram, ternyata Srikanti kini tengah tersenyum, bukan-bukan tepatnya menyeringai di hadapan Pram.
"Jangan pernah mencampuri urusanku," ucapnya datar.
Mendengar ucapan Srikanti, seketika dada Pram berdesir.
"Deg," saat itu, bersamaan juga sukma Pram serasa kembali lagi ke tubuhnya.
"Hai, di tanya kok malah ngelamun," ucap ibu, di tengah antara sadar Pram.
"M ... dari mana tadi Bu, cerita Pram?" tanya Pram saat merasa sukmanya telah kembali.
"Minum dulu tehmu biar fokus," kembali ibu mengingatkan.
Mendengar ancaman dari Srikanti tak menyurutkan niat Pram untuk bercerita ke Ibu dan itu membuat hatiku semakin penasaran.
"Oh, hiya, itu semalam Prames ngimpi melihat seorang wanita tengah tertidur Bu dan satu wanita lagi berdiri tepat di atas kepalanya dan wanita itu tengah menghirup sesuatu seperti asap tipis bukan, sangat tipis setelah menghirup itu wanita itu seperti puas Bu."
Ibu menatap. "Ini awal Pram berikutnya kau akan sering mimpi-mimpi aneh."
"Kau tahu wajah wanita itu Pram?" Pram hanya menggeleng, agar ibu tak merasa cemas .
Meskipun Pram berbohong terlihat dengan jelas jika ibu khawatir .
" Sudah Bu, Pram ganti baju dulu," ucap Pram lalu berdiri dan berlalu.
"Pram ... panggil ibu. Ini hari minggu."
Seketika Pram berbalik. "Eee, Pram kok lupa ya Bu."
Entalah setelah mendapat mimpi seperti itu dan kejadian tadi pagi Pram semakin penasaran dengan sosok Srikanti dan ibu juga merasa seperti itu.
"Bu, boleh Pram ke rumah Simbah?" tanya Pram pada Ibu. "ya ... nggak apa-apa Pram, tapi Simbahmu belum mengajak."
"Boleh ya Bu. boleh kan?" kini Pram melihat ibu mengangguk tanda setuju.
"Pram ... jangan terlalu pagi nanti saja kalau agak siangan sedikit."
"Kalau gitu Pram mau tidur dulu Bu," jawab Pram sembari tersenyum.
"Ish ... kau itu anak perawan jam segini tidur," ucap Ibu tapi sambil tersenyum.
Melangkahkan kaki ke kamar niatan mau tidur Pram urungkan, saat mendengar suara Simbah datang. 'Tumben,' batin Pram berkata.
Pram masih diam di kamar, saat Simbah pamitan pulang.
Meskipun Simbah sudah datang tak menyurutkan kinginan Pram, memenuhi rasa penasaran dan tertantang ingin tahu jawabannya.
Sudah pukul sepuluh pagi, saat Pram berpamitan pada ibu untuk ke rumah simbah dengan langkah tenang Pram menyusuri jalan, tak berapa lama kini langkah Pram sudah tiba di depan rumah Simbah, Mengayunkan kaki kanan menuju halaman.
Melirik sesaat makam Bapak, tetapi Pram tak ada niatan untuk menghampirinya, Pram langsung melangkahkan kaki berjalan perlahan menuju teras.
Mengucap salam beberapa kali namun tak ada jawaban. Hingga mengetuk beberapa kali sepertinya Simbah pergi, mencoba peruntungan, Pram sedikit mendorongnya ternyata pintunya tak dikunci.
Memasuki rumah Simbah Pram memindai setiap ruangan. "Rumah yang besar," ucap Pram.
Berjalan berkeliling. "Mbah ... Simbah," panggil Pram pelan. Kini kaki Pram menuju ruangan yang agak kedalam, masih ada tiga kamar dan ke samping ada ruangan luas dan bila Pram lurus itu halaman belakang.
Kini pandangan Pram beralih pada ruangan samping yang nampak lebih dingin dan suram, meski cuaca hari ini sangat panas.
Di area ini ada tiga kamar juga dan masih ada ruangan yang menjorok kebelakang seperti ruangan terpisah. Namun, di sini suasana semakin suram dan terlihat sedikit gelap.
Di sini di kamar terpisah ini, Pram mencium sesuatu, seperti wewangian tapi bukan, baunya sudah menusuk hidung Pram.
Sedikit Pram mendorong pintunya.
"Kreeeeek ... suara pintunya sudah sedikit berkarat."
"Mbah ... panggil Pram pelan, sedikit melongkkan kepala dalam kamar, ternyata kosong.
Bau wangi ini membuat Pram semakin penasaran langkah Pram kini menuju jalan tembusan antara halaman belakang dan ruang tengah, jalan lurus hingga tiba di sebuah kamar baunya semakin dekat dan sangat menusuk hidung Pram.
Pram berkeliling lagi ke setiap ruangan tapi Simbah memang pergi hingga aku tiba di ruang tengah berhenti sejenak. 'Simbah benar benar pergi pikir Pram.'
Mendekat ke arah kamar yang memiliki aroma wangi membuka pintunya. kamar yang sedikit lebih kecil ukuranya di banding kamar lainnya memindai seisi kamar, kini ingatan Pram kembali seperti pernah melihatnya. "Ya ini," kamar yang ada di mimpi dan sama persis.
Keluar dari kamar menuju ruang tengah, Pram berhenti sejenak. Kemana Simbah?"
Duduk sejenak, hingga beberapa menit. 'Mungkin Simbah segera datang,' pikir Pram hingga samar-samar terdengar suara wanita tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Lee
Sudah q favorit kak..
mampir jg ke novelq ya..
suwun..
2022-03-09
3