Melihat gelagat ibu saat menatap pohon jambu perasaan Nur kembali tak tenang, seketika Nur memanggil ibunya.
"Bu ... kini ibu menoleh dan kembali, menghampiri. "Ada apa Nur?" tanya ibu saat ada di depan Nur.
"Nur, penasaran kok ibu lihat pohon jambu terus," ucap Nur pelan.
"Sudah yang penting jaga anakmu, jangan sampai naik-naik ke pohon jambu," ucap ibu.
Mendengar jawaban ibu, kembali hati Nur menjadi tak tenang.
"Ibu, jangan bilang yang enggak-enggak hati Nur jadi kembali tak tenang," ucap Nur lagi.
"Kamu ini, di kasih tahu Nur!! Sudah, ibu pulang Nur," ucap Ibu sembari berjalan menuju halaman dan kini benar-benar Nur membiarkan ibu pulang.
"Bagaimana Nur bisa tenang, jika ibu terus mengatakan yang aneh-aneh lagi," gerutu Nur sembari masuk rumah.
"Pram ... Prameswari," panggil Nur sembari mencari di dalam rumah.
"Ibu ... teriaknya dari dalam sambil berlari.
"Dari mana?" tanya Nur pelan.
"Dari Kamar," jawab Prameswari cepat .
"Sini ... "
Meraih tangan kecil Pram.
"Main di depan yuk?" ajak Nur sembari menuntunnya melangkah ke teras.
Sembari memangku Prameswari, Nur duduk termenung menatap langit sore, sinarnya yang kuning keemasan membuat batin Nur sedikit menghangat, kini Nur sedikit tersenyum. Ternyata setenang ini berada di rumah Mas Sipun. Mendengar suara adzan magrib berkumandang Nur bergegas masuk, menutup jendela dan pintu.
Tak berapa lama Nur menutup pintu, nampak
sekelebat bayangan melintas di teras.
Masih dengan terkejut, Nur memilih mengajak Prameswari kembali duduk di ruang tamu dan mengambil napas dalam-dalam. "Ini pasti ibu lagi," ucap Nur sembari melihat teras.
Hingga Nur benar-benar yakin dengan apa yang dilihatnya. "Pram, shalat yuk," ajak Nur pada Prameswari.
Meskipun masih mengikuti gerakan saja, Nur berusaha mengajak prameswari untuk ikut shalat, sesaat kemudian Nur suda mengakhiri shalat, melipat sajadah dan melepas mukena. Saat menoleh ke samping, melihat Prameswari sibuk dengan mukenanya.
"Pram, bisa melepas mukenannya?" tanya Nur pelan, hanya gelengan kepala yang terlihat.
Sembari tersenyum Nur mendekat.
"Gini, sayang," ucap Nur.
Sambil Nur mengajari cara membukanya, sesaat nampak senyum di wajah Prameswari.
Setelah melaksanakan shalat isya, Nur sudah mengajak Pram naik ke ranjang, mengajaknya bercerita sebentar sebelum dia benar-benar terlelap. Merangkul tubuh mungilnya, menatapnya dalam.
"Besok ibu daftarkan sekolah ya? Guman Nur sendiri sambil menatap wajah mungil Prameswari.
Meskipun dia tertidur tapi Nur sengaja mengajaknya berbicara, tak lama Nur pun ikut terlelap hingga pagi menjelang.
Sesuai dengan rencana Nur, pagi ini Nur mengajak Prameswari mendaftar di TK terdekat di rumah.
Mengajaknya berjalan, nampak rona bahagia dari wajah Prameswari, tak lama tiba di sekolah menuju ruang Kepala Sekolah, setelah berbincang sesaat, Nur membaca dan mengisi formulir pendaftaran, membayar ini dan itu. Nur tersenyum saat melihat seorang anak memakai seragam sekolah dengan tingkahnya yang lucu, pikiran Nur sesaat tertuju pada Prameswari mungkin seperti itu jika Pram memakai seragam.
Masih dengan lamunan Nur, saat suara ibu kepala sekolah mengejutkan.
"Bu, ini seragamnya," panggillan Kepala Sekolah membuyarkan lamunan Nur.
"Terima kasih Bu," jawab Nur sembari menerima beberapa stel seragam yang di kemas di tas plastik.
"Mulai besok, anak ibu sudah bisa mulai masuk sekolah jelas sang Guru, Nur kembali mengangguk tanda mengerti.
"Dan ini daftar nya Bu, untuk besok memakai seragam yang warnanya pink," ucap Bu Guru itu lagi.
Setelah semuanya beres Nur mengajak Prameswari pulang.
"Pram, ayo nak," panggil Nur.
Melangkah perlahan mengikuti langkah kecil Prameswari.
"Pelan Pram," sembari Nur menggandeng tangannya.
Sekarang terlihat jelas bagaimana sikap Pram bila di luar rumah, sangat aktif, cerewet dan banyak maunya. Nur tersenyum saat melihat tingkahnya yang petakilan ini.
Sampai di rumah Nur langsung duduk di ruang tamu ternyata melelahkan juga pikir Nur.
"Pram ... Pram," panggil Nur saat tak mendapati Prameswari di sisi Nur.
"Di sini Bu," jawabnya.
Meihat Prameswari tengah duduk di ayunan sembari tersenyum.
"Masuk yuk ... ajak Nur. Istirahat besok mau sekolahkan?" ucap Nur.
Prameswari hanya tertawa dan menjawab. "He, ee," ucap Prameswari sembari mengangguk.
Menuntun tangan mungilnya.
"Mau maem?" tanya Nur, Prameswari hanya menggeleng.
"Susu Buk," pintanya, Nur tersenyum mendengar jawaban Pram.
"Mau minum susu? Ayo, bikin sama ibu di dapur yuk !!" ajak Nur sembari melangkah ke dalam.
Berjalan beriringan menuju dapur. "Duduk di sini ya? Duduk yang tenang," ucap Nur lagi.
Menuang susu kesukaannya dalam gelas hingga tak berapa lama.
"Bu, itu?" tanya Prameswari.
"Apa?" potong Nur.
Sembari Nur melihat ke seluruh ruangan.
"Apa itu yang di dinding?" tanya Prameswari lagi.
"Mana?"
"Itu Bu!"
Sembari Nur menyodorkan susu ke mulut Praneswari. Kemudian menoleh ke arah yang di tunjuknya.
"Oh, itu? Namanya cicak," ucap Nur sembari membersihkan bekas susu di bibirnya.
Waktu berjalan cepat, tak terasa malam pun datang, selepas isya Pram sudah Nur ajak tidur.
"Bobok yuk, besok sekolah pakai baju yang warna pink," ucap Nur lagi.
Prameswari hanya manggut-manggut mendengar ucapan Nur.
'Besok mungkin akan sangat sibuk pikir Nur.'
Masih di dapur saat tiba-tiba Nur, teringat akan ibu, sudah dua hari Nur tak melihatnya datang.
Pagi menjelang, kesibukan mulai terlihat setelah menyiapkan ini dan itu. Akhirnya, hari pertama ke sekolah tak ada kendala apa pun, Prameswari langsung bisa berbaur dengan teman-teman barunya.
Melihatnya cepat akrab dengan teman temannya, membuat Nur masih tak tega untuk meninggalkannya, Nur menunggu hingga jam pelajaran usai.
Memasuki sekolah di TK A membuat Prameswari menjadi sosok berani, cerewet dengan tingkahnya yang aktif dan sedikit tomboy membuatnya memiliki banyak teman
dalam pelajaran pun Prameswari mampu mengikuti.
Tak terasa waktu berlalu dengan cepat kini Prameswari sudah naik ke TK B, ada yang sedikit berbeda dengan sikapnya.
Hingga suatu pagi, saat selesai mandi, Prameswari tiba-tiba rewel.
"Prameswari nggak mau sekolah Bu," ucapnya tiba-tiba dengan terisak.
Nur sedikit heran dan Nur pun bertanya.
"Ada teman yang nakal?" tanya Nur, tapi Prameswari hanya menggeleng.
Nur mencoba menyamakan duduknya dengan Prameswari.
"Siapa yang nakal Nak? Nggak boleh bohong dosa," ucap Nur sembari menatap wajahnya.
Prameswari menatap dan langsung menangis.
"Kenapa Nak? Hingga beberapa saat.
"Bu, takut ... jawabnya."
Heran dengan ucapannya.
"Sama apa Nak?" kembali Nur bertanya.
"Itu, yang ada di pintu masuk sekolah," jawab Prameswari dengan sedikit terisak.
"Memangnya ada apa?" tanya Nur lagi.
"Ada mbak-mbak yang pake baju kayak punya Simbah Bu, terus ... rambutnya di gini Bu," sembari tangannya memberi contoh.
"M ... seperti mengingat sesuatu, di rambutnya ada bunga Bu, wangi ... mesti senyum ke Prameswari."
"Hiiiiiiii ... takut," ucapnya sembari menyembunyikan wajahnya di balik tangannya.
Seketika jantung Nur berdenyut. 'Ini pasti ibu,' pikir Nur lagi, Nur diam sejenak.
"Prameswari takut? Yang Nur tanya langsung mengangguk.
"Terus kenapa nggak mau sekolah?" tanya Nur pelan.
"Hiiiii ... jawabnya seketika."
"Masih mau sekolahkan?" tanya Nur lagi.
Kini Prameswari menjawab dengan anggukan dan tersenyum.
Setelah melihat anggukan dari Prameswari,
pikiran Nur kini ke ibu. Masih saja ibu menganggu Nur dengan Srikanti, sambil menatap wajah Prameswari.
Setelah menatap Prameswari sejenak, Nur berusaha untuk menenangkan dan membesarkan hati Prameswari agar tak takut.
"Prameswari, ibu minta pada Prameswari untuk tidak takut, Mbak itu sama dengan kita."
"Dan satu hal lagi, sebelum kita pergi harus apa?" tanya Nur lagi.
"Baca doa," jawab Prameswari.
"Prameswari sudah baca doanya?" tanya Nur sembari memakaikan bajunya. Sesaat kemudian Nur melihat Prameswari hanya menggeleng.
"Ayo doa dulu, itu baru pinter namanya," ucap Nur untuk membesarkan hatinya.
Melihat Prameswari menunduk sesaat, kemudian tersenyum. "Sudah, ayo berangkat," ajak Nur sembari menuntunnya.
Mungkin hanya ini usaha Nur untuk membuat Prameswari untuk berani dengan tidak membebaninya dengan cerita-cerita aneh lagi.
Saat memasuki pintu gerbang Nur melihat reaksi Prameswari, sepertinya dia tidak terusik, hanya berlalu begitu saja melewati pintu pagar, melihat ini hati Nur sedikit merasa lega, akhirnya dengan mudahnya Prameswari di buat untuk mengerti. Hingga beberapa jam kemudian, senyum Nur tersimpul saat melihatnya keluar kelas dengan aneka jajanan di tangannya.
"Kok banyak Nak?" tanya Nur.
"Ada yang ulang tahun Bu, ini lihat Pram bawa dua," sambil tersenyum.
"Pulang yuk! Sini ibu bantu bawa satunya biar tangan Prameswari bisa pegang tangan ibu."
Menyerahkan satu bungkus jajanan di tangannya dan tangannya langsung mengenggam tangan Nur, senyumnya terkembang sepanjang jalan kemudian mendadak berhenti.
"Bu, Mbaknya kok ngikut terus ya?" ucap Prameswari.
Nur yang penasaran tak urung melihat ke arah belakang.
'Betulkan ini pasti ulah Ibu,' pikir Nur sembari terus berjalan.
"Sudah biar Prameswari mungkin rumahnya dekat dengan rumah kita."
Setibanya di rumah. "Prameswari mau duduk di ayunan Bu!" ucap Prameswari sembari duduk di ayunan.
"Boleh tapi ganti baju dulu," jawab Nur sembari memasukkan kunci ke pintu.
Setelah pintu terbuka. "Ayo ganti baju dulu," ucap Nur sembari membuka pintu lebih lebar.
"Ee ... baca doa masuk rumah dulu dan mengucap salam, ingat itu!"
"Assalammualaikum wr, wb," ucap Prameswari sembari sedikit berlari.
"Waalaikumsalam wr. wb," jawab Nur langsung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Nunung Nurjanah
gaya bahasa nya duh gk ketulungan..rancu banget...alur nya belepotan ..cerita bagus cuma syg bnyak kisah sedikit2 yg tetinggal dan gk di ceritain...
2022-09-09
1
senja
Pram kok br skg nanya ttg Sri? dr dulu kan dia bs lihat
2022-03-14
3
Lee
dicicil dlu kak
nanti lanjut lgi.m
2022-03-05
3