Travelove

Travelove

Iqis anak pungut.

Suara tangisan bayi mewarnai sebuah ruagan yang di domiasi dengan warna putih, beberapa manusia berjubah mengeliligi seorang wanita degan nafas lega. Wanita itu penuh peluh di area wajahnya, bulir bulir sebesar biji jagung kampug memenuhi pelipisnya.

Sementara seorag laki laki tengah menahan haruhya, terus megecup dan megusap lembut keringat wanita yang tengah berbaring di ranjang pesakitan. Matahari terbit pagi itu seolah menyambut bayi tersebut, jam seolah manjadi pengantar dan saksi bisu tentang hitungan setiap detik perjuangan melahirkan dengan mengorbankan segalanya. Jam dinding seolah menjadi sebuah komedi putar yang lambat untuk mereka, kelamnya malam seolah menelan cerahnya bulan, menemani hati yang berdebar menanti kehadiran sesosok manusia tanpa sehelai benang, sesuci air hujan yang belum pernah tersentuh, seputih kertas kosong yang baru keluar dari tempat percetakan. Hari itu semua orang penuh rasa haruh tengah menanti kehadiranya, menuggu dengan segenap penuh harap.

Suara adzan berkumandan beriringan dengan suara tagisan bayi laki laki, menandakan kehidupan baru telah hadir di muka bumi ini. Suars itu terdegar hingga keuar dari ruagan tersebut, semua orang menangis meyambut kehadiran bayi tersebut. Tangis bahagia terus terdegar menandakan penantian dan harapan besar untuk bayi tersebut.

“Atlas Alfatih Lyansi,” ujar laki laki yang tengah mengecup dan membawa bayi tersebut ke dalam pangkuan seorag waita yang menangis haru. “Terimakasih, you are the best.”

“Hm... dia sangat tampa seperti mu,” puji wanita itu.

“Dan kuat seprti mu,” balasnya mengecup bibir istrinya. “Seorang pemimpin, pemenang, dan pembuka. Aku berharap Atlas mampu memimpin adik adiknya kelak.”

Seorang dokter datang menghampiri mereka, sedikit membubarkan kemesraan yang terbangun. Dengan tersenyum cerah dokter tersebut datang dan menegur mereka. “Maaf permisi saya harus memindahkan pasien dan bayinya, silahkan selesaikan administrasinya dahulu.”

“Baik dok,” laki laki itu segera keluar. Semua orang memandang takjub ke arah pintu yang terbuka dengan perlahan, dengan menampakkan seorang laki laki yang keluar dengan wajah yang berseri seri, dengan rambut yang telah berantakan, tangan yang memerah karena bekas cakaran, namun wajah yang tersenyum bahagia menggamabrkan bahwa apa yang ia rasakan kini telah menutupi perihnya cakaran sang istri.

“Bagaimana Brayen? Sehat? Laki laki atau perempuan?” Chandra mendekati brayen dengan wajah penasaran, sang istri tengah menggendong anak mereka juga sedang terlelap.

“Laki laki, Atlas Alfatih Lyansi,” ujar Brayen dengan bercucuran air mata. Buncahan kebahagiaan tak mampu ia tahan, kebahagiaan tak mampu ia ungkapkan dunia seolah semakin berwara. Matahari pagi seolah bersinar lebih terang, dan mendung seakan tak akan pernah menghampiri mereka. Brayen merogoh dompetnya dan menyerahkan sebuah ktp dan kartu kredit miliknya. “Tolong urus administrasinya, aku ingin menyusul istri ku.” Chandra menepuk bahu Brayen tersenyum ke arah laki laki tersebut.

.........

Atlas Afatih Lyansi kini benar benar menjadi sebuah kembanggan, dan menjadi seorang pemimpin yang seperti keluarganya harapkan. Tiga puluh lima tahun telah berlalu, laki laki tampan itu telah menjadi sorang pemimpin perusahaan, menduduki perusahaan ayahnya, Brayen. Denagan memimpin dua adikya Tate Nu’man Lyansi, dan Bilqis Aimara Amira Lyansi. Sesuai dengan namanya laki laki yang akrab di panggil Atlas menjadi pemimpin dan seorang

pembuka yang hampir di bilang sempurna. Laki laki itu di ibaratkan sebuah bangunan Piramida Agung Giza, yang berdiri kokoh di tengah gurun pasir, dengan desai arsitektur yang sangat luar biasa. Dengan perkiraan sebuah piramida butuh jutaan balok yang masing-masing beratnya mencapai dua hingga lima puluh ton, sedangkan satu piramida butuh kurang lebih dua juta tiga ratus ribu (2.300.000) balok hanya untuk membangunnya.

Kompleks piramida Giza yang megah mempunyai tiga piramida besar, tiga piramida kecil, dan patung Sphinx, yang menjad lambang kerajaan mesir kuno tersebut, degan tubuh berbentuk seperti singa sementara wajahnya seperti mausia yang merupakan makhluk mitologi mesir. Sphinx merupakan gambar penting dalam seni dan legenda Mesir juga Yunani. Kata sphinx sendiri diturunkan oleh para ahli tata bahasa Yunani dari kata kerja Sphingein. Sphingein memiliki makna ‘Untuk Mengikat atau Memeras’. Namun dalam etimoliginya Sphinx tidak berhubungan dengan legenda. Ketiganya bernama Piramida Khufu, Khafre, dan Menkaure dengan letak yang hampir berdekatan. Tiga piramida kecil itu termasuk dalam piramida Menkaure, ketiganya dibangun pada masa yang berbeda. Yang tertua sekaligus terbesar, Khufu dibangun pada 2589 hingga 2566 SM. Artinya, bangunan tersebut sudah berdiri sekitar 4.500 tahun lalu oleh raja-raja Firaun. Para ahli hanya mampu memperkirakan, bahwa kemampuan arsitek modern pun tak bisa menyamai kehebatan bangunan piramida ini, dengan tinggi sekitar empat ratus delapan pulu satu kaki, piramida terbesar ini menghabiskan dua koma tiga juta batu balok dengan berat sekitar dua koma lima hingga lima puluh ton per batu. Piramida piramida itu berfungsi sebagai makam raja dan keluarga serta penyimpanan harta yang digunakan saat memerintah seperti perhiasan, mahkota hingga mumi kucing.

Para raja berkeinginan agar mereka tetap bisa memerintah bahkan di kehidupan setelah kematian, hingga saat ini, para sejarahwan dan arkeolog masih berusaha menguak misteri pembangunan piramida piramida itu. Tim peneliti Inggris-Mesir pada tahun 2018 mengungkapkan, batu-batubdiangkut menggunakan kereta luncur dengan sudut kemiringan yang curam, bahkan itu hanya sebuah perkiraan, dengan bangunan setinggi, semegah dan serumit itu mungkin saja membutuhkanbwaktu yang sangat lama.

Semtara Tate Nu’man Lyansi, yang berarti sebuah kebahagiaan dan keceriaan. Juga tumbuh sesuai degan mananya, laki laki yang akrab di panggil Tate tersebut sangat ceria, bahkan suasana akan akanbkehadirannya. Keceriaanya terkadang mengingatakan sebuah kota yang amat indah dan terkesa ceria. Kota pelangi yang terletak di Colombia. Kota Pelangi ini bernama Kota Guatapé. Kota kecil ini berada jauh dari ibukota negara Medellin. Salah satu alasan kota ini dinamakan Kota Pelangi karena seisi kota memiliki warna warni cerah bak sebuah pelangi. Hampir semua bangunan di kota ini dicat dengan warna cerah dan ceria. Asal mula kota Pelangi ini bermula dari sebuah keluarga yang melukis cat dinding rumahnya dengan cara yang berbeda. Inspirasi keluarga itulah yang membuat seisi kota mengikutinya.

Banyak sudut kota yang menyajikan pemandangan indah dan menggoda, hingga setiap sudut dan setiap rumah memiliki pola dan warna yang berbeda-beda. Sehingga orang orang akan dibuat bersemangat untuk menjelajahi kota tersebut rengan rasa penasaran. Bahkan para turis tak jarang mmemilih untuk berjalan kaki.

Salah satu yang juga sangat menarik adalah keberadaan sebuah batu yang berada di atas bukit. Dari batu tersebut para turis dapat meyaksikan pemandangan dengan sudut 360 derajat. Dengan jarak yang cukup jauh dari ibu negara, Colombia menyebunyikan sebuah syurga kecil dibalik kota kecil tersebut.

Sementara itu Bilqis Aimara Amira Lyansi yang saat ini baru genap berusia dua puluh dua tahun, juga tumbuh sesuai degan namanya ratu yang cantik, cantik tersayang, cantik abadi. Ia hidup seperti seorang tuan putri dari kerajaan keurga mereka. Sebagai anak bungsu dan putri satu satu nya tentu sangat di sayagi oleh keluarga, namun kecintaannya dalam bidang traveling membuat sang ayah membangun sebuah perusahaan yang menyediakan jasa dan kemudahan bagi para traveler seperti putri mereka.

Untuk sebuah kecantikan Bilqis atau yang biasa di panggil Iqis ini jangan di tanyakan lagi keindahannya bak tergambar oleh kota biru, Chefchaouen, sebuah kota kecil yang berpenduduk kurang dari seratus ribu jiwa ini terletak di timur laut Maroko atau sekitar dua ratus lima puluh km sebelah timur laut ibu kota Rabat, Maroko. Kota yang berada di selah-selah Pegunungan Rif ini termasuk salah satu kota wisata favorit bagi para pelancong. Penduduknya yang fanatik dengan warna biru menjadikan kota ini terkenal dengan sebutan kota biru. Bagi penggemar arsitektur,jangan lewatkan keindahan bangunan berwarna biru yang terinspirasi dari budaya Yahudi dan tata ruang yang indah dengan latar dramatis pegunungan Rifnya. Hal ini bisa dilihat dari warna arsistek bangunan rumahnya baik luar maupun dalam serta ruas jalan di kota ini tak lepas dari warna biru.

Kota menawan di Maroko yang terletak di Pegunungan Rif ini awalnya dibangun sebagai benteng di abad ke lima belas. Dengan nyaman dan tenang para wisatawan bisa menikmati keindahan alam kota ini dari atas pegunungan, nuasa biru muda dan putih yang muncul dari warna khas perumahan kota ini membuat Chefchaouen terlihat sangat cantik dan menakjubkan. Udaranya yang segar dengan diiringi suara gemercik air yang mengalir dari sungai dan bebatuan yang menghiasi bibir sungai menambah kesempurnaan alam di Afrika Utara ini. Belum lagi dengan keramahan para penduduknya yang senantiasa suka membantu menjadikan para wisatawan lebih nyaman dan ingin tinggal lebih lama lagi.

Ketiga kakak beraik ini cendrung kompak, namun juga cendrung mengocok perut. Guyonan mereka seperti sebuah milk shake traisional, yang di buat dengan kocokan langsung dari tangan. Manis namun harus di kocok terlebih dahulu dengan candaan ringan agar terbaur menjadi satu. Seperti saat ini mereka tengah berkumpul di ruang keluarga, Brayen telah berhenti dan pensiun sebagai seorang ceo. Digantikan oleh kedua anak laki lakinya Atlas dan Tate. Hanya Bilqislah yang masih kuliah hingga saat ini, bahakan kini wanita yang biasa di panggil Iqis tersebut telah memasuki tugas akhir.

“Pih, aku dengar semalam kalau Iqis nelfon cowok bilang sayang,” tiba tiba otak jahil Tate keluar, dan mulai menggoda adik dan papanya, yang menurutnya sangat menyenangkan untuk di jahii.

Bagaimana tidak papanya sangat menentang jika anaknya berpacaran, papanya tak ingin anak anaknya melewati sebuah pergaulan yang tidak baik, seperti pergaulan bebas. Bahkan hanya untuk pertemanan saja Brayen sangat menjaga mereka. Takut apa yang terjadi padanya dan sahabat terulang.

Karena itu hingga saat ini baik Atlas, Tate, maupun Bilqis belum pernah berpacaran. Mereka hanya menjalin pertemanan dekat jika tertarik, namun tak sampai menjalin hubungan hingga bisa di sebut kekasih.

Brayen mengerutkan keningnya memandang ke arah Bilqis, putri tunggalnya, anak bungsunya, dan anak yang paling ia jaga. Bilqis juga tak kalah mengerutkan keningny menatap tajam ke arah Tate yang memasang tampang polos, sepolos kertas kosong, yang belum pernah di coret, atau di beri tulisan.

"Jangan fitnah ya kak," kesal Bilqis melihat wajah sok polos kakaknya. Dia tertidur kemarin, dan itu adalah faktanya. Kamarnya tak pernah ia kunci, para asisten rumah tangga akan kembali di sore hari. Bahkan ponsel saja seluruh keluarganya tahu semua.

"Apa?" Tate semakin memasang wajah polos nan sucinya, seperti bayi yang baru keluar dari perut.

"Iqis kak Tate ngomong bener atau salah?" Brayen memandang tajam ke arah Bilqis.

"Ih... engga pih orang Iqis tidur cepat kok," ujar Bilqis merengek, kemudian memandang tajam ke arah Tate.

Mendengar suara rengekan dari adik bungsunya Atlas menyingkirkan tab dari tangannya, si gila kerja ini tertarik dengan pembicaraan yang berhasil membuat adiknya merengek. Atlas mengerutkan keningnya mandang ketiga manusia yang tak pernah akur, terlebih Tate dan sang papi, Brayen.

"Ih bohong pih, orang dia bilang ok beb, besok aku juga ke kampus kita ketemuan di sana," ujar Tate dengan suara yang sengaja ia buat buat seperti Bilqis yang tengah bertelfonan, demi melancarkan lakonan dalam memancing emosi Bilqis dan juga Brayen.

"Ih ga ada ya... Iqis langsung tidur, coba tanya sama mami deh, ya kan mi," ujar Bilqis meminta bantuan kepada maminya, yang sejak tadi terus memperhatikan wajah Tate.

"Kamu jangan suka jahilin adik kamu ya Tate," ujar Juwita mulai mampu membaca kejahilan anaknya kali ini. Biar bagaimana pun dirinya tetap seorang pensiunan dokter jiwa, yang mampu membaca gerak mata seseorang.

"Ih engga mi, jujur deh malam kemarin nya lagi kamu telfonan kan?" Tate tetap mempertahankan sikap jahilnya. Lengkungan tipis di bibirnya berhasil di tangkap oleh Atlas, diam diam Atlas meletakkan sebuah remote control AC di samping papinya.

"Iya tapi itu sama Hanan," ujar Bilqis cemberut, mulai sadar tengah di goda oleh kakaknya. "Kan ada papi sama mami di kamar kemaren."

"Tate..." Brayen menggeram melihat tingkah anaknya.

"Ampun pi... aku kan ga tau kalau ada papi, ga tau juga kalau itu Hanan," Tate membela diri. "Sorry bro..."

"Te... papi ini papi mu loh, bra bro bra bro..." kesal Brayen semakin kesal di buatnya.

"Ampun ampun..." Tate memegangi kepalanya, kala papinya mengambil sebuah remote yang diam diam di letakkan olah Atlas. Atlas melengkungkan bibirnya melihat hal tersebut. Sebenarnya dirinya juga suka melihat papinya marah marah kepada Tate.

"Kamu ini kenapa sih jahil banget sama adik kamu, kasihan dia," Brayen menggeram kesal kepada anak keduanya.

"Kan ngetes aja Pi, entah emang iya kan..." Tate terkekeh ketika mengatakannya. Tate segera memeluk adiknya Bilqis. "Maaf ya adik ku tercinta, tuh papi sayang banget sama kamu."

"Sayang lah, anak kesayangannya," ujar Bilqis sombong kearah Tate.

"Iya, soalnya kamu itu anak pungut, makanya papi sayang banget. Takut pas kamu tahu kebenarannya kamu sedih, jadi papi ngasih yang terbaik," ujar Tate membuat Bilqis cemberut.

"Bohong kan Pi," ujar Bilqis meminta bantuan kepada papinya.

"Kamu ini kenapa sih Tate jangan di jahili terus adiknya. Coba lihat papi, muka kamu mirip papi kan?" ujar Brayen membuat Juwita menggeleng, memang di akui Brayen sangat menyayangi Bilqis, meski kasihnya kepada anak anak yang lain tak lah kurang, pasalnya Bilqis memang anak perempuan satu satunya.

"Ih papi ga mau ngaku, coba lihat papi mi. Pi orang bohong masuk neraka," ujar Tate tersenyum ke arah Bilqis dan Brayen.

"Tate..." Brayen semakin kesal di buatnya. "Sayang coba lihat anak kamu," Brayen memandang ke arah Juwita, pandangannya tampak putus asa dengan kejahilan putra bungsunya, atau anak keduanya. Sementara anak bungsunya sudah berkaca kaca, dengan segala kepolosannya.

Atlas yang jauh lebih dewasa hanya menggeleng, seperti Juwita yang terus menghela nafasnya kasar. "Tate, kasian adik mu," ujar Juwita menengahi akhirnya.

"Ih yang aku bilang kan benar mi," ujar Tate membela diri.

"Yang mananya benar?" Brayen menggeram kesal, tangan kanannya ia gunakan untuk memeluk anaknya, sementara tangan kirinya ia siapkan untuk menaikkan remot ke atas berancang ancang memukul kepala Tate anaknya.

"Ampun bro, ampun..." Tate semakin tergelak, pasalnya lucu melihat ekspresi sang papi.

"Tate ini pipi kamu, jangan panggil gitu. Lagian kamu itu bohong tadi," ujar Brayen semakin kesal saja.

"Ih papi suka fitnah," Tate semakin membuat papinya marah.

"Papi pukul kamu, Iqis itu anak papi ya, anak kandung," Brayen kesal sekesal kesalnya kepada anak keduanya, entah kenapa anaknya itu suka sekali membuatnya marah.

"Ih papi aku laporin ke kak Seto loh. Kdrt namanya kekerasan dalam rumah tangga," Tate semakin memancing emosi sang papi.

Bilqis mulai mengerti arah Kakak nya yang mencoba untuk membuatnya kesal kini tak lagi marah, dirinya justru mulai tertawa ketika melihat Tate hendak di pukul papinya. "Kurang ajar kamu ya, sini itu untuk anak dan perempuan, emang kamu perempuan?"

"Ih mi papi masa ngomong gitu," protes Tate terkekeh melihat amarah sang papi.

"kamunya," Brayen akhirnya mengganti remotnya menggunakan sendal rumah milik nya.

"Ih papi jahat mi, udah suka bohong, sekarang fitnah Tate lagi," ujar Tate memelaskan wajahnya ke arah Juwita.

"Tate..." Brayen kali ini benar benar kesal di buatnya. Brayan segera memukul kepala Tate, namun tak bermaksud memukul, hanya mengancang ancang. Tak tega rasanya memukul anaknya dengan benar benar memikul nya.

"Aw... kena, sakit..." Tate mengaduk kesakitan, seketika Brayen panik melepaskan sendal di tangannya dan mendekati kepala anaknya. Brayen segera mengecup puncak kepala Tate, khawatir dengan sang anak.

Juwita terkekeh melihat nya, sungguh ini benar benar keluarga yang ia impikan sejak dulu, Atlas yang notabennya memang sangat peka, segera memeluk mami nya. Aska seolah mengerti dengan apa yang dirasakan oleh mami nya.

Sungguh masa lalu Brayen memang sangat buruk, bahkan jika orang orang yang tahu tentang masa lalu Brayen maka akan menganggap Brayen remeh dalam mendidik anak anaknya. Untung saja keluarga Juwita dan juga Juwita menerima masa lalu nya, sehingga ia bisa bahagia seperti saat ini.

Brayen terus mengecup puncak kepala Tate yang terkena sendalnya tadi, Tate sedikit cekikikan membuat Brayen melepaskan pelukan di kepala Tate, Brayen mengerutkan keningnya bingung. "Cie sayang..." Brayen segera memukul lengan adiknya.

"Dasar jahil banget jadi orang, durhaka kamu mau masuk neraka?" Brayen kembali menggeram kesal, rasa kasihan kepada anaknya nya tadi menguap seketika ketika mendengar cekikikan anaknya.

"Prank..." Tate segera berlari ke arah ponselnya yang terletak di balik gorden. Ternyata pria itu tengah melakukan vlog, untuk memasukkan ke ke dalam video YouTube miliknya.

Satu lagi Tate merupakan seorang vloger yang memiliki banyak pengikut, Tate terus berlari menjauh dari papinya yang telah berdiri dengan memegang sendal milik papinya.

"Yah gaes papi ngejar, kesal dia lihat... Aduh jangan begitu syegi..." Tate mengarahkan kameranya ke arah Brayen. "Aduh hot Daddy yang sudah tidak hot cendrung gembrot lagi mencoba mengejar nih." Tate terkekeh melihat papinya melangkah mendekat. "Sorry bro bercanda bro."

"Tate! Ini papi kamu, bukan teman kamu, ga sopan ih..." Brayen benar benar melemparkan sendalnya ke arah Tate, Tate berlari menghindar sembari terkekeh, kameranya terguncang dan itu membuat nya menjadi tidak jelas, namun Tate terus mencoba mengarahkan kamera tersebut ke arah Brayen.

"Ampun Pi ampun bro," Tate kembali menggoda Brayen.

"Tate..." Brayen benar benar kesal di buat nya. "Tate balikin sendal papi sekarang," perintah Brayen menatap kesal ke arah Tate.

Tate memungut sendal papinya, yang baru saja melayang ke arahnya. "Di lempar apa gimana Pi," Tate bahkan menawarkan cara pengembalian kepada papinya.

"Cod cod Tate, cepat sini. Kamu buat papi emosi aja," Brayen semakin kesal di buatnya.

"Cod kan?" Tate segera mendekat mengantar sendal milik Brayen. "Ini pak Bray, harganya tiga juta rupiah."

"Ya Allah Tate... Mahal bener dah tiga juta, sini sendal pipi," Brayen semakin kesal di buatnya.

"Masalah harga bukan kami yang mengatur pak, kami hanya pihak kurir pak, tugas kami cuman mengantar barang. Kalau mau bertanya silahkan bertanya kepada pihak seller atau aplikasi, kami hanya mengantar bapak," ujar Tate dengan wajah tanpa merasa bersalah.

"Tate... kurang ajar bener ini anak, sayang coba lihat anak mu," ujar Brayen mengadu kepada sang istri, sang kekasih hati.

"Cie sayang, sayang kamu," ujar Tate mulai mengarahkan kameranya ke arah Juwita.

"Tate jangan gitu," Juwita hanya mengeluarkan suara tersebut, ia tahu betul bahwa Tate tak akan pernah berhenti menjahili papinya sampai hatinya benar benar puas.

"Sorry bro lo kan anak baru di sini, gue cuman mau kenalan, soalnya lo kelihatan sombong sih," ujar Tate menaik turunkan alisnya sembari terkekeh.

"Tate... ini papi kamu, bukan teman kamu..." Brayen kembali berteriak membuat Tate terkekeh.

"Iya maaf Pi maaf," ujar Tate, segera mendekat dan menyalami Brayen. Brayen menerima uluran tangan Tate, kemudian mengusapnya kepala Tate dengan lembut, mengambil sendalnya.

"Nah gini kalau jadi anak, sayang sama orang tua, hormat jangan bra bro bra bro..." ujar Brayen mengusap lembut kepala Tate.

"Iya pi... nanti Tate beliin kopi lagi deh buat papi," ujar Tate segera berlari menjauh dari papinya.

"Papi..." kini giliran Atlas yang berteriak, ketika mengetahui ternyata papinya masih suka mengonsumsi kopi.

Atlas memang sangat memperhatikan makanan dan minuman yang di konsumsi papi dan mami nya. Terlebih maminya yang memang memiliki riwayat penyakit jantung, sementara papinya yang memiliki riwayat kolesterol yang tinggi, membuat Atlas terus benar benar khawatir.

"Engga Atta, papi cuman minum dikii...iiiiiit banget," ujar Brayen menyatukan telunjuk dan ibu jarinya. "Coba tanya Iqis."

"Kok Iqis ikut sih..." Bilqis segera cemberut memandang ke arah papinya.

Atlas berdiri dan berjalan menuju dapur, sudah pasti segala jejak kopi yang ada di dalam kulkas akan berakhir di wastafel dan tong sampah.

"Tate!!!"

Terpopuler

Comments

°𝑨𝒑𝒓𝒉𝒂𝒊𝒆𝒆𝒏°

°𝑨𝒑𝒓𝒉𝒂𝒊𝒆𝒆𝒏°

jdi keinget Fadil sama Pak Muh 😭😂

2022-04-27

0

Aulia Nevil Isnain

Aulia Nevil Isnain

hehehe kyk.cerita keluarganyya kak fadhil jaidi ya kak xixixi

2022-02-21

0

Kinan Rosa

Kinan Rosa

nyoba

2022-02-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!