Cie Cemburu Nie

Atlas dan Tate kini berada di ruang kerja, mereka mulai berbincang serius, tak ada Tate yang suka berbicara aneh lagi.

"Jadi ada apa kak?" Tate membuka pembicaraan mereka dengan wajah yang serius, tampak Atlas kini tengah membuka laptop dan mulai melipatnya.

"Ada masalah di perusahaan cabang," ujar Atlas membuka laporan keuangan, yang menurutnya bermasalah.

"Terus? Besar atau bagaimana? Harus ke sana?" Tate memandang kakaknya penasaran.

"Iya kamu bisa tidak tanggal tiga belas?" Atlas mengangguk memandang wajah Tate dengan penuh pengharapan.

"Bulan ini?" Tate kembali bertanya untuk memastikan keberangkatan dirinya.

"Iya kenapa?" Atlas kini memandang wajah Tate dengan bingung.

"Lah kakak lupa kalau kakak nyuruh Tate keluar kota juga? Kenapa ga asisten Ar saja?" Tate mencoba memberi solusi lain kepada kakak nya.

"Dia ke pulau lagi memantau penginapan di sana," ujar Atlas membuat Tate mengangguk paham.

Tate mengangguk mengerti, kemudian mulai berpikir. "Oalah, yasudah kakak saja dengan sekertaris kakak," usul Tate santai.

"Kakak khawatir, tadi kakak ke tempatnya," ujar Atlas tiba tiba mengingat dahsyatnya kejadian yang masih hangat hangatnya di kepalanya.

"Idih ngapain kak? Kakak tiba tiba naksir gitu?" Tate segera memandang kakaknya curiga, bagaiman mungkin seorang Atlas yang mendapat gelar anak kos di rumahnya peduli dengan sekertarisnya.

"Engga Tate, tadi kakak penasaran, jadi kakak rencananya mau menyelidiki," ujar Atlas menghela nafasnya, adiknya ini selalu curiga kepadanya. Entah kenapa setiap apa yang ia lakukan selalu menarik di mata Tate. "Tapi kakak malah di kejutkan dengan..."

"Dengan apa kak? Pesta ulangtahun gitu?" Tate tiba tiba memotong membuat Atlas mengepalkan jari jemari tangannya, menekan rasa kesal terhadap Tate.

^^^Atlas tahan, dia adik mu, kau tidak boleh menerjun bebaskannya dari lantai dua. Atlas.^^^

"Tate kebiasaan motong omongan kakak," akhirnya hanya itu yang keluar dari mulut Atlas, disertai dengan helaan nafas membuang emosi yang telah mendaki hingga di ubun ubun akibat kelakuan Atlas.

"Kan pinisirin kak," ujar Tate cengengsan. Tate mengembalikan wajah seriusnya dan memandang lekat ke arah Atlas.

Atlas sekali lagi menghela nafas. "Kakaknya Anisa mengamuk," ujar Atlas membuat Tate mengangguk paham.

"Oalah, sama kakak? Kakak tidak apa apa kan?" Tate menjadi khawatir sendiri, ia memang tahu kakaknya jago bela diri, namun tak mungkin kakaknya akan membalas orang yang sakit jiwa meskipun itu laki laki juga.

"Bukan sama kakak Tate, tapi sama pak RT yang datang untuk mendata mereka, sekaligus mengecek kesehatan kakaknya Anisa," jelas Atlas yang tahu isi kepala adiknya, bahkan bayangan yang ada di otak Tate kini terbaca jelas oleh Atlas.

"Wah gimana kak ngamuknya?" Tate memandang antusias, bahkan terdengar semangat dari nada suaranya. Seolah tengah membicarakan film adventure terbaru dengan adegan yang penuh dengan tantangan.

"Yah begitu lah. Menurut pengamatan Anisa, kakaknya itu menyukai sahabatnya, karena itu dia akan sangat marah jika ada laki laki lain di rumahnya. Dia selalu berfikir kalau laki laki itu hendak merebut sahabat Anisa dari nya," jelas Atlas sambil menggelengkan kepalanya, mengingat bagaimana Atala mengamuk, dan membuat Linda terluka tadi. Bahkan Atala masih dapat mendengar Linda mencoba membujuk Atala, dan meminta Atala jangan membanting barang lagi. Terdengar sangat nyaring suara bantingan dari dalam kamar. Entah bagaimana keadaan Anisa saat ini, yang pasti tadu gadis itu terus menangis menceritakannya. Sehingga Atlas harus terus mengusap punggungnya.

"Emang orang gila bisa jatuh cinta juga ya?" Tate yang memang awam sama seperti dirinya sebelum bertanya kepada Juwita, kini mulai mempertanyakan hal yang sama, Atlas mengangguk paham dengan ketidak mengertiannya Tate adiknya.

"Tate dia bukan gila tapi jiwanya sakit," ujar Atlas menjelaskan, Atlas kini bingung sendiri cara menjawabnya.

"Lah bedanya apa? Kalau jiwanya sakit kok bisa jatuh cinta?" Tate yang masih tidak mengerti kembali menggulirkan pertanyaan untuk Atlas membuat Atlas harus memutar otaknya.

"Tate pertama dia sudah lama dalam proses penyembuhan, dia juga minum obat Dengan teratur, yang ketiga dia juga cepat mendapat pertolongan, sehingga tidak terlalu parah," Atlas kembali mencoba memberi pengertian kepada Tate mengenai hal tersebut, meski dirinya sendiri juga bingung.

"Lah terus kok bisa jatuh cinta?" Tate yang masih belum bisa menerima jawaban tersebut kembali bertanya.

"Tate sekali lagi yang sakit itu jiwanya, bukan hatinya. Dia merasakan cinta itu berarti dia mengalami kemajuan yang pesat," terang Atlas lagi, sesungguhnya dirinya juga bingung cara menjelaskan alurnya.

"Kalau sahabat Anisa ga suka sama dia gimana?" Tate kembali bertanya sesuatu hal yang juga menjanggal pikiran Atlas, ia lupa menanyakan kepada Juwita saat di taman tadi.

"Entah lah, kakak tidak memikirkan sampai di sana. Cuman Anisa berharap sahabat nya itu mau menerima kakaknya," ujar Atlas membuat Tate kini mengangguk antara di antara paham dan tidak, namun dirinya juga tak bisa memaksa, pasalnya kakaknya juga awan tentang psikologi.

"Di mana ya dapat calon istri seperti mereka lah minimal," ujar Tate tiba tiba membuat Atlas menggeleng melihat tingkah adiknya. Ia tahu adiknya suka wanita yang penurut namun mandiri.

"Tuh sama si Dini yang kata papi tadi datang ke sini," ujar Atlas mengingat bahwa papinya tadi siang curhat kepadanya pasalnya Bilqis tak dapat di hubungi untuk curhat. Brayen kesal dengan Tate yang selalu suka menjahilinya.

"Apaan sih kak? Dia mah memang ga punya teman saja, terus badannya juga kecil banget, bukan kriteria Tate, yang mau secantik model model, badannya bak gitar spanyol," Ujar Tate membanggakan kriterianya.

"Cih tinggi banget keinginannya, mereka mana mau sama kamu Tate," ujar Atlas mengejek adiknya.

"Yah kan berharap boleh," ujar Tate santai menggebikkan bibirnya.

"Lagian nih ya, kakak juga rasa kamu bukan termasuk idamannya. Kakak rasa dia itu suka cowok yang romantis, cowok yang suka memperhatikannya, dan yang paling penting ga jahil kayak kamu," Atlas tertaplah ingin membuat jiwa PD Tate sedikit bungkam.

"Idih, Tate ini romantisnya anti mainstream," ujar Tate. "Lagian kok kakak tahu ciri ciri cowok pujaannya? Jangan jangan kakak pernah dekat ya?"

"Enak saja, kakak cuman menebak, mungkin saja memang begitu," ujar Atlas tak terima.

"Kakak jangan aneh aneh deh," balas Tate.

"Lah kan siapa tahu," ujar Atlas santai.

"Berarti dia suka mimpi ketinggian," ujar Tate dengan sarkas.

"Dasar cemburu bilang saja Tate," ejek Atlas.

"Ngapain kak?" Tate kembali acuh tak acuh.

"Ya sudah, kakak tawarin sama teman kakak yang jomblo saja,"ujar Ahmed segera mengambil ponselnya.

"Memangnya dia mau?" Tate mulai mendeskripsikan siapa itu Dina baginya. "Orangnya resek gitu, emosian, ga suka di atur, nolep lagi."

"Cie yang melarang," Atlas kembali mengejek Tate. "Lagian nih ya, kalau dia mau nyari cowok gampang, tinggal balasan DM yang masuk dapat deh cogan ala anak muda jaman sekarang."

"Apa an sih kakak?" Tate kembali kesal dengan wajah yang memerah.

"Cie cemburu nie..."

Terpopuler

Comments

💞 NYAK ZEE 💞

💞 NYAK ZEE 💞

Tate..... ngak suka tapi cemburu.....

2022-01-28

0

Ika Sartika

Ika Sartika

lanjut

2022-01-28

0

Istaria itha

Istaria itha

kayaknya si TATE mulai ada rasa deh sama dini,cuman dia belum menyadarinya 🥰🥰🥰🥰

2022-01-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!