Bilqis baru saja sampai di salah satu butik ternama di Indonesia, mereka segera masuk, untuk memesan baju pernikahan dadakan mereka, semendadak tahu bulat yang di goreng dadakan. Bilqis dan Ahmed melihat ke empat orang tua yang tengah tersenyum ke arahnya.
"Cih lihat tu, papa ku selalu nempel seperti perangko dengan mama. Dia itu super bucin, tahu?" Ahmed berbisik ke telinga Bilqis. Membuat para orang tua tersenyum melihat kemesraan mereka, tak tahu saja mereka, bahwa mereka yang tengah menjadi omongan keduanya.
"Ya namanya sangat sayang, ya gitu deh kak," ujar Bilqis memaklumi hal tersebut, pasalnya papinya tak kalah bucin dari Chandra. Namun papinya masih bisa menekannya, dan tak terlalu menampakkan di depan anak anaknya.
"Iya tahu usia dong, di rumah mereka pamer kemesraan terus, nanti kita harus lebih ya," Ahmed memandang penuh harap ke arah Bilqis.
"Apa sih kak? Mabok ice cream?" Bilqis bingung sendiri dengan maksud dari Ahmed, mengapa harus bersaing pikirnya, hak semacam itu tak perlu bersaingan, asal ada pasangan sudah tidak masalah.
^^^Aduh mengingatkan lagi, kan jadi pingin lagi. Ahmed.^^^
Ahmed teringat sendiri adegan yang di dalam mimpinya maupun adegan yang tak tercapai tadi saat berada di dalam mobil, namun sebisanya ia menahannya. "Maboknya sih iya, tapi ice cream nya salah," Ahmed mencoba menetralisir detak jantungnya, dengan mencoba menggoda Bilqis.
"Terus?" Bilqis bingung sendiri dengan maksud dari Ahmed.
"Mabok pingin peluk kamu..." goda Ahmed berhasil membuat Bilqis memandang ke arah lain, demi menyembunyikan rona merahnya. Ahmed yang melihat hal itu segera memeluk pinggang Bilqis memeluknya.
Tentu saja para orang tua akan sangat bahagia melihat adegan tersebut, Bilqis yang tampak malu malu dan Ahmed yang tampak berisiniatif.
"Kakak yang sopan ya, lagian siapa dulu yang bilang anak kecil?" Bilqis mengalihkan pembicaraan dengan membicarakan masa lalu mereka, ketika Ahmed mengatakan tak mungkin suka terhadapnya, karena dirinya hanya anak kecil.
"Iya di cabut deh omongannya," Ahmed justru semakin memeluk Bilqis sembari menarik turunkan alisnya.
"Apa?!" Bilqis berusaha menjauhkan tubuhnya dari Ahmed.
"Jangan marah marah nanti cepat tua dong," goda Ahmed semakin mencondongkan wajahnya.
"Kakak..." Bilqis merengek sembari mencoba mendorong dada Ahmed.
"Iya, tahu ganteng jangan di panggil terus," Ahmed semakin menggoda Bilqis.
"Pe...de!!! Kak Ahmed nelen pil pede?" Bilqis masih berusaha melepaskan pelukan Ahmed.
"Lah fakta, sekali kedip semua orang langsung terpana," Ahmed mengedipkan matanya, sembari melepas tangannya dari pinggang Bilqis. Bilqis sedikit bernafas lega, akhirnya tontonan ini berakhir.
"Ada yang engga," ujar Bilqis santai.
"Siapa?" Ahmed menoleh Bilqis bingung.
"Aku," ujar Bilqis masib santai, namun nadanya naik satu oktaf.
"Cih, bentar lagi lah tu," ujar Ahmed segera duduk di bangku kosong antara calon mertua dan kedua orangtuanya.
"Astaghfirullah, mama Al... masa Iqis di cih_in terus, gimana kalau nikah?" Bilqis segera mengadu kepada Aliya dengan wajah yang memelas.
"Med..." belum selesai Aliya memanggilnya dengan sebutan Med'i, sebutan keluarga yang sebenarnya itu adalah sesuatu yang tak sengaja di dengar oleh Chandra, dan akhirnya menyebar di kalangan keluarga inti mereka.
"Mama... jangan pakai itu," Ahmed segera mencegah mamanya takut akan menjadi bulan bulanan Bilqis, dan lagi belum waktunya mereka berkenalan. Paling kalau berkenalan mereka harus tetap menggunakan penghalang dahulu.
"Iya Ahmed..." ujar Aliya menggelengkan kepalanya. Sungguh Ahmed tak ingin kelihatan jelek di hadapan calon mertuanya dan istrinya.
"Tu mah, dia julurin lidah ke Ahmed, ngejek Ahmed mulu nih," Ahmed mengadukan kembali kelakuan Bilqis.
"Iqis sayang ga sopan nak," akhirnya Juwita si bijak sana angkat bicara.
"Iya mami..." Bilqis akhirnya berhenti mengejek Ahmed.
"Ayo ukur dulu pakaian kalian," ujar Aliya akhirnya memilih untuk bersikap bijaksana.
"Iya ma," ujar mereka serentak.
"Maaf kita menentukan model yang di inginkan dulu," salah satu desainer ternama, tampaknya dirinya Barus aja menyelesaikan sesuatu.
"Hm... aku mau model yang kayak gini ya," ujar Bilqis menunjuk ke arah majalah dengan bentuk pakaian yang bagian atasnya terbuka hingga ke sela sela bagian belahan dada, sementara roknya berbelah hingga paha atas.
"Tidak!" Brayen dan Ahmed berseru kompak.
"Kompak, belum jadi menanti dan mertua pun sudah kompak," ejek Bilqis membuat yang lain tersenyum.
"Tidak ya Bilqis Amaira Amira Lyansi..." Ahmed kembali menentang pakaian yang akan di kenakan oleh Bilqis.
"Apa sih kakak ini yang paling bagus loh," Bilqis tetap kekeh dalam pendirian nya.
"Bagus, apanya? Terbuka sana sini, mau pamer apa? Pamer dada kamu? Lebih menggiurkan dada dan paha ayam dari pada punya kamu," Ahmed yang tak suka hal itu segera mengolok olok pilihan Bilqis.
"Iya Ahmed benar, mau apa kamu? Pokonya papi ga setuju pakai ini," Brayen ikut menimpali mendukung omongan calon menantunya.
"Ya udah pakai gamis sekalian," ujar Bilqis kesal akhirnya.
"Tapi menurut ku ini bagus kok," akhirnya Aliya mengatakan pendapatnya juga.
"Cil... bukan gitu, tapi bentuknya itu loh..." Chandra juga kini mulai angkat bicara.
"Apaan bagus ini curut," Aliya juga ikut tak terima, pasalnya di matanya sangat bagus juga.
"Bukan bentuknya, tapi terlalu terbuka, pastilah mereka tidak mau," ujar Chandra menjelaskan secara gamblang.
"Yang tertutup lah sedikit," tawar Ahmed setelah berfikir keras. Tentu saja, ia ingin manjadi satu satunya, dan tentu saja yang lain tak boleh melihat.
"Yang mana?" Bilqis akhirnya mengalah.
"Yang ini," ujar Ahmed menunjuk gaun yang ia maksud.
"Yang ini? Ini jelek kakak..." Bilqis semakin merengek dibuatnya.
"Ya udah modelnya gini tapi tertutup bisa kan?" Ahmed akhirnya mengalah namun tetap menuntut.
"Pakai jubah Akatsuki aja kalau begitu," celetuk Bilqis kesal.
Chandra tertawa sambil membayangkan anaknya menikah dengan Bilqis dengan jubah Akatsuki dengan mata karakter saringgan. Sungguh seperti tengah berada di acara kosplai. "Yang nikahin hokage ke empat ya?" Chandra sedikit mengusap air matanya.
"Ga bisa kan cewek," ujar Bilqis yang memang pencinta Naruto.
"Ya sudah Kakashi aja, dia kan pernah jadi hokage," Chandra menjawabnya sembari terkeikik.
"Papahhhh, serius ini mahhhh," Ahmed mengeluh, kepalanya pusing sendiri di buatnya.
"Iya iya lanjut papah ga akan ganggu hari bahagia kamu," Chandra kembali menggoda Ahmed.
Mereka akhirnya tiba di bagian melakukan pengukuran, setelah sesuai dengan bentuk gaun yang di sepakati, meskipun sedikit ada protes dari Bilqis.
"Kalian mau makan siang bersama?" Juwita tersenyum ke arah keduanya.
"Iya," ujar Ahmed mendahului Bilqis.
"Apaan sih kak, ga ada di daftar hari ini," Bilqis semakin kesal saja di buatnya.
"Sebelum kita nikah kita harus bicara empat mata," ujar Ahmed beralasan.
"Iya benar hal itu semua," ujar para orang tua serentak, berarti mereka memang harus makan siang bersama.
"Ya udah?" Bilqis kesal sendiri melihat Ahmed.
"Ayo kita makan siang dulu," Ahmed membuka pintu mobil untuk Bilqis dan kemudian memutar tubuhnya. Kemudian mereka segera melambaikan tangan ke arah para orang tua.
"Belum waktunya," kesal Bilqis.
"Terobos aja," Ahmed berujar dengan santai memasang wajah tak berdosa.
Sesampainya mereka di restoran tersebut mereka segera duduk di bangku kosong. Mereka memesan terlebih dahulu, dan Bilqis memulai pembicaraan dengan pertanyaan. "Mau ngomong apaan?"
"Kamu udah belajar belum?" Ahmed membuat gadis itu mengerutkan keningnya, bingung dengan maksud Ahmed.
"Belajar apaan?" Bilqis menggaruk sendiri keningnya, pasalnya ia tak tahu maksud dari Ahmed.
"Belajar cinta sama kakak?" Ahmed berhasil membuat gadis itu menganga tak percaya dengan kata kat dari Ahmed, ia berfikir selama ini Ahmed hanya bercanda dengannya.
"Nanti terbiasa lah tu," ujar Bilqis mencoba meredam keterkejutannya.
"Kakak serius ini, kita sebentar lagi akan menikah, ingat satu minggu lagi," Ahmad memandang wajah Bilqis dengan seksama, pasalnya Ahmed sudah memutuskan untuk mulai mencintai Bilqis meskipun ia sendiri tak yakin dengan hal tersebut.
"Iya tau terus?" Bilqis justru acuh terhadap pernyataan dari Ahmed.
"Ingat kakak ga mau ada jadwal konpensasi," Ahmed mencoba memberikan peringatan kepada Bilqis.
"Kompensasi?" Bilqis semakin bingung dengan sikap Ahmed.
"Iya malam pertama libur nganunya," ujar Ahmed mencoba menjelaskan.
"Nganu apaan sih kak?" Bilqis justru semakin bingung dengan maksud Ahmed.
"Itu unboxing," Ahmed kembali mencoba menjelaskan dengan istilah lain.
"Ya iya lah," ujar Bilqis bersemangat, membuat Ahmed tersenyum. Ternyata gadis di depannya paham dengan maksud unboxing, Tak perlu ia bertele tele menjelaskannya.
"Tu tahu," Ahmed bersorak di dalam hatinya, namun kata kata selanjutnya yang keluar sukses membuat Ahmed mendesah kecewa.
"Iya lah, kan banyak kado, itu doang mesti di omongin," ujar Bilqis santai, Bilqis bahkan seolah meremehkan.
^^^Ya elah, kenapa mesti gini sih? Kepolosan atau ke*be*go an? Ahmed.^^^
"Aduh Iqis calon istri kakak," Ahmed menggeram kesal, sekaligus gemas dalam waktu bersamaan.
"Apaan sih kak," Bilqis kesal sendiri dengan Ahmed.
"Makan dulu biar otak kamu fresh..." Ahmed segera menyodorkan makanan yang sejak tadi mereka anggukan.
"Kakak jujur ga," Bilqis kesal sendiri tak ingin makan.
"Ish..." Ahmed berdesisi kesal. "Makan dulu, katanya mau ke kantor Atlas sama Tate," Ahmed mencoba mengalihkan perhatian Bilqis.
"Ah iya, mbak," benar saja Bilqis segera memanggil pelayan.
"Ya kak?" Pelayan tersebut segera mendekat.
"Pesan rice bowl saus bolognese, sama ayam krispi bolognese, terus spagetinya bolognese," ujar Bilqis kembali meminta pesanan.
"Kok banyak banget," Ahmed bingung sendiri di buatnya.
"Untuk kita yang spagetinya, kan kakak suka spageti bolognese kan?" ujar Bilqis tersenyum ke arah Ahmed.
"Hm... Ayo lanjut makan," Ahmed tiba tiba bersemangat mendengar penuturan dari Bilqis.
......................
Asisten Ar datang ke ruangan Tate dengan segala macam rasa penasaran yang ia miliki, entah kenapa asisten Ar percaya bahwa Tate mengetahui sesuatu dan ia harus mengetahuinya. Asisten Ar mencoba mengetuk ruangan Tate agar terlihat lebih sopan.
"Masuk," terdengar suara Tate dari dalam. "Idih tumben biasanya ga ada sopan santun nya sama sekali, langsung terobos."
"Alah gue terobos takutnya lo lagi solo karir," ejek asisten Ar sukses membuat Tate mendengus kesal.
"Ga jelas lo, ini lagi di kantor," ujar Tate memutar bola matanya dengan malas.
"Berarti sendiri bisa dong," asisten Ar justru semakin menggoda Tate.
"Aduh buyuang, bisa tidak di sambar geledek," umpat Tate kesal kepada asisten Ar.
"Apaan sih, itu sekertaris baru sama bos besar ada masalah apaan sih?" Asisten Ar segera bertanya tentang pokok permasalahannya pasalnya saat ini sudah menjelang makan siang.
"Oh itu masalah kemarin," Tate menampakkan wajah bersalahnya.
"Kemarin kenapa?" asisten Ar mengerutkan keningnya bingung, benar dugaannya bahwa Tate mengetahuinya.
"Kemarin itu kan aku rencananya mau ngerjai kak Atlas, aku kira ceweknya bakal kesenangan, eh ternyata marahin kakak, akhirnya mereka berantem deh. Tu cewek di pecat, jadi kan aku yang berhati lembut selembut sutra ini, merasa bersalah, jadi aku mencoba memberinya pekerjaan. Nah tapi kan aku lupa kalau kakak butuh sekertaris, jadi aku paksa HRD nya, apapun yang terjadi dan apapun posisinya pokoknya cewek ini harus jadi karyawan," ujar Tate menghela nafas.
"Nepotisme dong," asisten Ar masih sempatnya mengejek ke arah Tate.
"Dari pada selalu merasa bersalah? Mending aku melakukan hal tersebut," Tate membela diri tak terima.
"Tapi masalahnya dia sekarang akan bermasalah dengan Atlas. Tau sendiri kan bagaimana Atlas," asisten Ar sudah membayangkan nasib buruk yang menimpa sekertaris bosnya.
"Itu dia aku lupa kalau yang sering buka itu jadi sekertaris kakak, aku sungguh melupakan nya," Tate tak ingin di salahkan kembali membela diri.
"Aku turut bersedih untuknya. Aku dengar tadi Atlas banyak ngasih tugas, pastinya sebelum makan siang tidak akan selesai," ujar asisten Ar mengingat perintah Atlas sebelum dirinya pergi ke ruangan Tate.
"Aduh, semakin ngennnes hidupnya. Baru keluar lubang buaya, masuk kandang harimau namanya," Tate menggeleng kasihan atas apa yang menimpa gadis tersebut. "Ini belikan dia makan siang."
"Nanti aku di kira suka lagi sama dia," asisten Ar keberatan dengan hal tersebut.
"Terserah, jomblo kan?" Tate justru mengejek asisten Ar. "Aku keluar makan dulu."
"Yah gimana dong ini?" asisten Ar melihat kepergian Tate dengan wajah lesu.
"Gimana ya terserah," kembali terdengar dari arah luar suara dari Tate.
Sementara di parkiran, Bilqis dan Ahmed segera turun dari dalam mobil. Meteka tampak serasi ketika turun dari mobil. Mereka masuk dan tanpa sengaja bertemu dengan asisten Ar.
"Eh kakak Ar mau ke mana?" Bilqis segera mendekati asisten Ar, dan berhasil membuat Ahmed sedikit kesal dengan kedekatan mereka.
"Kakak mau ke kantin," ujar asisten Ar melirik ke arah Ahmed, asisten Ar tahu betul bahwa laki laki itu merupakan tunangan nona mudanya.
"Kakak masih di dalam?" Bilqis segera menanyakan kedua kakak nya.
"Mereka sudah berangkat ke restoran," ujar Ahmed melirik ke arah tangan Bilqis.
^^^Sepertinya gue ga perlu bawa makanan deh keruang sekertaris baru. Asisten Ar.^^^
"Oalah, jadi ini gimana?" Benar saja asisten Ar bersorak bahagia.
"Di atas ada sekertaris baru Atlas, tampaknya pekerjaannya menumpuk, kamu kasih dia aja," ujar asisten Ar membuat Bilqis mengangguk mengerti.
"Oalah ok kak," ujar Bilqis. "Kak pegang ini untuk di mobil nanti."
"Ok..." Ahmed tampak bersorak bahagia, namun sesuatu harus ia kerjakan, Ahmed harus membuang hajat nya.
"Selamat duit gue," asisten Ar segera berjalan ke rumah kantin.
"Halo selamat siang," Bilqis masuk ke dalam ruangan Anisa.
"Siang ada yang bisa saya bantu? Mohon maaf tuan sedang makan siang," Anisa yang tidak tahu siapa wanita yang ada di hadapannya segera memberitahu keadaan yang sesungguhnya.
"Engga, kamu sekertaris kakak yang baru? Jam segini kok belum istirahat?" Bilqis sedikit berbasa basi kepada Anisa.
^^^Oalah adiknya to? Kok beda banget ya? Anisa.^^^
"Masih banyak kerjaan mbak, setelah istirahat harus selesai," ujar Anisa jujur.
"Oalah, ini aku bawain makan siang," Bilqis segera menyerahkan dia bungkus makanan untuk Anisa.
"Ah maksudnya?" Anisa bingung dan sedikit salah tingkah, dirinya memang kelaparan saat ini, namun juga harus tahun maksud pemberian dari gadis tersebut.
"Iya tadinya mau makan dengan kak Atlas dan kak Tate ternyata duluan, ya udah kami juga mau pergi, jadi untuk kamu aja," ujar Bilqis membuat Anisa mengangguk.
"Ah makasih mba," ujar Anisa sungkan.
"Sama sama, jangan panggil mbak, panggil Iqis aja," ujar Bilqis tersenyum ramah.
"I...iya Iqis," Anisa sedikit merasa tidak enak dengan hal tersebut.
"Tolong betah ya dengan kakak, soalnya dia emang kelihatan dingin dan cuek tapi dia sebenarnya baik kok, walaupun urusan kerjaan tegas banget orangnya, dan ga suka pilih pilih," ujat Bilqis menjelaskan.
^^^Cih dia itu jelmaan iblis kejam. Anisa.^^^
"Iya Iqis, terimakasih semangatnya," ujar Anisa tersenyum manis, walaupun di dalam hati mengumpat bos barunya.
"Nama kamu siapa?" Bilqis menanyakan perihal nama kepada Anisa.
"Anisa, panggil aja Nisa," ujar Anisa baru teringat belum memperkanalkan namanya.
"Sayang..." tiba tiba suara seorang laki laki datang dari arah luar mengejutkan keduanya.
"Apaan sih kak," kesal Bilqis malu terhadap kelakuan calon suaminya.
"Oh maaf saya kira laki laki, saya calon suaminya," Ahmed merasa sedikit tidak enak kepada Anisa.
"Oh ya? Selamat..." ujar Anisa ikut bahagia dengan penuturan Ahmed.
"Terimakasih, kami pergi dulu ya," Bilqis segera pamit dengan menggandeng tangan Ahmed.
"Iya sekali lagi terimakasih banyak," ujar Anisa tersenyum bahagia.
Asyik... di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Mana dapat geratisan lagi, keliatannya enak... Wah makanan orang kaya ini mah, simpan ayamnya untuk kakak sama Linda ah. Anisa.
.
.
.
Halo semua maaf ya namanya harus othor ganti biar sesuai aja sih.
Jangan lupa like, dan favorit ya. Kembang setaman jangan tinggal. Plus vote kalau ikhlas wkwkwk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Suryani Nst
semangat nisa buat si atlas bucin😁
2022-02-25
0
lina
semangat updat
2022-01-11
0
I.S.DINIa
halooo thorrr...aku mampirrr
2022-01-11
0