Siapa itu Wira?

Kini seluruh keluarga Lyansi tengah berkumpul, mereka akan makan malam bersama dengan Juwita dan Bilqis yang menyiapkan makan malam. Karena maid akan pulang pada sore hari, maka dari itu mereka harus bisa mempersiapkan makan malam sendiri, sedangkan untuk pagi hari dan siang hari para maid yang bertugas pagi yang akan melakukannya.

Tate yang sibuk dengan candaannya dan menggoda Bilqis, sementara Atlas yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Sungguh Brayen sangat bersyukur, karena ia dapat melihat anak anaknya berkumpul dengan dirinya, meski Atlas terlihat asyik sendiri.

Setelah usai makan malam mereka segera berkumpul bersama di ruang keluarga menonton acara tv favorit Brayen. Brayen membawa Juwita ke dalam pelukannya sementara Tate dan Bilqis asyik bermain domino bersama. Atlas yang memang di temani oleh tabletnya senantiasa memainkannya. Namun langkahnya terhenti kala melihat sebuah video yang di kirimkan oleh asisten setianya, asisten Ar.

"Pi coba lihat," Atlas kini menjadi sosok pengadu, jika saja melihat Tom and Jerry lebih menyenangkan di banding pertengkaran papi dan adiknya, maka laki laki tampan itu juga malas menjadi pengadu, seperti saat ini.

Brayen membulatkan matanya kala melihat putaran video tersebut dengan wajah tanpa merasa bersalah Atlas menyunggingkan senyumnya. Maka tak perlu di pertanyakan lagi, sebuah bantal melayang di udara dan mengenai kepala Tate. Jelas Tate dan Bilqis yang tengah bermain terkejut bukan main, terlebih Tate.

^^^Ya Allah apa lagi salah gue dengan ini orang tua. Tate.^^^

Tate jelas bingung, laki laki berkaus biru muda dan celana tanggung itu tak mengetahui prihal video dirinya dan temannya saat mereka selesai makan siang. Tak ada yang memberitahukannya, mungkin saja wanita itu juga tak mengetahuinya.

Brayen merebut tablet dari tangan Atlas dan mengarahkan kepada Tate. Àlangkah terkejutnya Tate, kejahilannya tadi siang di rekam orang lain, dan jika dari sudut pandang itu mereka memang terlihat sangat mesra. Ah bukan sudut pandang, tapi dari arah manapun mereka akan terlihat seperti sepasang kekasih yang tengah bermesraan.

"Kamu ini, papi bilang jangan pacaran, kalau ok langsung lamar, jangan begini," Brayen mulai mengoceh kepada Tate namun tangannya tetap berada di atas kepala sang istri yang kini tengah merebahkan kepalanya di atas pengakuannya.

"Cie mesra... sok jangan pacaran, padahal dulu dia juga pacaran," Tate mencoba mengalihkan pembicaraan mereka. Ia tahu betul bahwa papinya mudah teralihkan.

"Ih sembarangan pokoknya jangan sampai pacaran, ingat besok bawa dia ke sini," ujar Brayen tak teralihkan.

"Pi dia itu bukan pacar Tate tadi itu ga sengaja aja di posisi itu, orang dia mau mukul Tate kok," jelas Tate, laki laki tampan itu mencoba menjelaskannya.

"Apa? Mau bohong? Lihat itu tangan kamu sebelahnya. Kalau dia yang berfikir seperti itu ya wajah, tapi kamu ya. Kamu jangan ngegatal dengan anak gadis orang, kalau mau langsung lamar, jangan peluk peluk gitu pakai acara modus segala lagi, papi gunduli kamu. Kam..." Brayen mengentikan kata katanya kala merasakan tangan hangat istrinya tengah mengusap lembut telapak tangannya. Brayen mengalihkan pandangannya ke arah Juwita sembari tersenyum lembut.

"Ah... so sweet..." seru Bilqis ketika melihat kedekatan kedua orang tuanya. Bilqis seketika ingin beradegan yang sama, namun entah dengan siapa dia tidak bisa mengungkapkannya.

"Iya iya iya, kami ngontrak bertiga, numpang makan bayar ngenes," Tate segera beranjak meninggalakan kedua orang yang lebih tampak seperti kasmaran.

Atlas memutar bola matanya dengan malas kemudian beranjak meninggalakan ruangan tersebut. Atlas segera menarik Bilqis yang masih terlihat menghayati kemesraan kedua orang tua mereka.

Setibanya di kamar masing masing Bilqis melirik ponselnya yang tenyata ada tiga panggilan tak terjawab. Ponsel Bilqis memang ia tinggal di dalam kamar, rencananya setelah makan malam ia ingin segera masuk ke dalam kamar, namun kakaknya Tate mengajak dirinya bermain domino.

Bilqis membuka panggilan tersebut, ia juga penasaran siapa yang memanggilnya hingga tiga kali. Mata Bilqis memicing ketika melihat nama Ahmed terpampang nyata di layar, Bilqis segera menelfon kembali Ahmed. Namun nampaknya sudah tidak di angkat lagi, Bilqis memutuskan untuk segera tidur.

......................

Amed sejak tadi mengoceh tak jelas pasalnya sudah tiga kali Bilqis ia hubungi namun telfonnya tak di angkat calon istrinya. Ahmed yang memang menahan sesuatu dari bawah sana, akhirnya memutuskan untuk berlari kearah kloset, dengan bibir yang tak henti hentinya mengoceh kepada Bilqis, yang jelas tak bisa mendengarkannya. Ia bergegas masuk ke dalam kamar ketika hajat semedi muka merahnya telah selesai.

Matanya membulat seketika ketika melihat panggilan tak terjawab sebanyak empat kali, laki laki itu tahu siapa yang menghubunginya, bibirnya menukik ke atas membentuk senyuman, terlebih tebakannya Menag benar. "Nah calon istri yang Solehah mah ini, melebihi tetangga kompleks yang bernama Solehah dan Soleh."

Ahmed mencoba menghubungi kembali Bilqis namun naas, ternyata gadis itu tak mengangkatnya, hingga panggilan yang ke tiga barulah Bilqis mengangkatnya.

"Hm..." Ahmed tersenyum ketika mendengar suara berat Bilqis, nampaknya calon istri yang ia cap Solehah itu telah tertidur. "Ha...loooo..."

"Halo Iqis udah tidur?"

Pertanyaan unfaedah keluar dari bibir laki laki itu, yang mengaku masih berada di dalam tahap belajar mencintai, dan membuka hati.

"Hm..." Ahmed masih saja tersenyum ketika mendengar deheman Bilqis. "Kenapa kak?"

Ahmed semakin melebarkan senyumnya ternyata Bilqis tahu jika itu dirinya, itu artinya Bilqis hapal dengan suaranya.

Tapi sayang itu hanya pikirannya, Bilqis tadi sempat mengintip nama penelfonnya, baru kemudian mengangkatnya. Bilqis juga tak mau menerima telfon sembarangan kecuali orang yang yang ia kenal.

"Engga, besok ingat kita mau foto, besok nya lagi datang ke tempat kendaraan. Besok besonya lagi baru kita ga bisa ketemu," ujar Ahmed dengan hati berbunga bunga, entah kenapa ketika mengingat dirinya akan akad bersama Bilqis hatinya berbunga-bunga. Berbeda dengan ketika dengan mantan kekasihnya, Ahmed benar benar tak ada niatan untuk melangkah ke jenjang pernikahan.

"Iqis kamu senang ga kalau kita mau nikah?" Ahmed tersenyum senyum ketika mengatakan hal tersebut.

"Hm... iya kak," Ahmed seketika Ahmed senang bukan main, ia mengguling gulingkan badannya di atas tempat tidur, tingkahnya sudah layak seperti cacing kepanasan.

"Serius kamu Iqis, sayang?" Ahmed mencoba kembali memancing Bilqis dengan memanggilnya sayang.

"Sayang..." Bilqis terdengar mengatakan sayang dari ujung sana, membuat Ahmed semakin jumpalitan, hingga tanpa sengaja terguling hingga mencapai bibir tempat tidur, dan menyebabkan dirinya terjatuh.

Bilqis yang di ujung sana sudah setengah sadar, sebagian kata katanya tak ia ingat lagi, bahkan hanya sekedar mengulang ucapan Ahmed bahkan hanya mengiyakan nya saja. Kini terkejut ketika mendengar benturan cukup keras di telinganya, gadis cantik itu seketika m membulatkan matanya, benturannya cukup keras di telinganya. Ia mengedarkan pandangannya, mencari benda apa yang harus di dalam kamarnya.

"Apaan tu ya?" Bilqis bingung sendiri di buatnya.

"Engga bukan apa apa kok," tiba tiba terdengar suara Ahmed dari balik telfon tersebut.

^^^Astaghfirullaasih telfonannya dari tadi? Ngomong apa aja ya? Lagian dia ngapain sih sampai seribut itu. Bilqis.^^^

"Kakak kenapa? Jatuh?" Bilqis berinisiatif menanyakan hal tersebut, meskipun sebenarnya dirinya malas untuk bertanya. Namun sekedar basa-basi saja, agar terdengar mendengarkan semua ucapan dari Ahmed.

"Engga tadi si Moza terkunci di kamar, terus jatuhin barang gitu," ujar Ahmed beralasan. Moza merupakan kucing anggora mix Persia kesayangan dari keluarga Kostak.

"Oalah kirain kakak jatuh," ujar Bilqis sekenanya. "Udah ya kak Iqis mau tidur, besok kita pergi photo lagi kan?"

"Iya ya sudah sampai jumpa, have nice dream," ujar Ahmed segera bangkit dari posisinya.

"Hm... good night, you to dear," sambungan telefon terputus, membuat Ahmed berlonjak bahagia mendengar kata kata terakhir Bilqis. Ahmed memeluk bantal guling mengecupnya hingga beberapa kali, membawanya berguling di sekitar tempat tidur.

"Ah... calon bini gue tuh, ga sabar pingin cepat cepat. Cepatlah lima hari lagi," Ahmed semakin memeluk erat bantal guling tersebut. "Iqis sayang, babang datang ke dalam mimpi mu..."

.

.

.

.

Pagi hari tiba, sesuai jadwal Ahmed akan menjemput Bilqis ke tempat pemotretan. Mereka akan melakukan prawedding. Ahmed segera sarapan tanpa menunggu kehadiran kedua orangtuanya Chandra dan Aliya. Pasalnya ia tahu bahwa si kancil kecapeaan habis tempur dengan si curut. Berjelajah melewati bukit dan lembah indah bersama.

Ahmed menyelesaikan sarapannya dan segera melajukan mobilnya menuju rumah Bilqis. Ahmed sedikit terkejut kala melihat mobil yang tak asing baginya. "Santi?" Ahmed memicingkan matanya kala melihat mobil Mentan kekasihnya terparkir cantik di sekitar pagar beton rumahnya, yang terdapat pohon rimbun, yang bernama beringin. Namun sayangnya di mata Ahmed yang berhubungan dengan Santi tak lagi seindah pandnagannya dulu.

"Idih mobil jelek bin butut dia ngapain nangkring di pagar gue? Mau minta sumbangan gitu?" Ahmed segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. "Siram pohon beringin di samping pagar, tampaknya sedikit layu, terus suramnya dari dalam pagar pakai selang air."

Ahmed sengaja tak melajukan mobilnya, dirinya menepikan mobilnya di pagar agar tak terlihat oleh Santi. terlihat Santi keluar dari mobilnya dengan mengenakan baju berwarna kuning, bawahannya hanya satu jengkal dari bokong, sementara bajunya hanya sebatas dada. Ahmed terkekeh melihat nya. "Habis ngabang dari mata tu cewek."

Ahmed melirik ke arah atas beringin, dan memastikan bahwa air akan segera mengalir mengenai Santi. "Ah..." Santi lari terbirit birit masuk ke dalam mobilnya. Ia berfikir bahwa hujan sedang turun.

Ahmed kembali menghubungi tukang kebunnya. "Matikan kerannya, jangan hidupkan sebelum aku bilang hidupkan."

Santi terlihat celingak celinguk ke arah luar, kemudian melirik ke arah jalan, yang tampak sangat kering, tak ada tanda tanda jejak hujan turun, bahkan beberapa orang memandang heran ke arahnya. Santi bingung sendiri, akhirnya segera keluar dan bertindak seolah biasa saja. Namun baru saja ia keluar dari mobilnya tiba tiba air yang tampak seperti hujan kembali mengenai dirinya. Santi panik bukan main, hendak kembali masuk ke dalam mobilnya, namun pandnagannya terhenti kala melihat di sekitar tempat tersebut tampak tak turun hujan, namun di tempatnya sangat deras.

Santi melirik ke arah atas, tak terdapat sesuatu yang patut ia curigai, bahkan hujan tersebut tampak seperti dari pohon lebat tersebut. Seketika bulu kuduk Santi berdiri, dirinya tampak ketakutan, dan segera masuk ke dalam mobil. Santi segera melajukan mobilnya meninggalakan tempat tersebut.

"Halo sudah hentikan, tampaknya semua baik baik saja."

Ahmed terkekeh segera menjalankan mobilnya kembali, sembari memutar musik yang tiba tiba menjadi musik favoritnya.

Kata pujangga.

Cinta itu luka yang tertunda.

Walau awalnya selalu indah.

Bila bukan jodohnya.

Siap-siap 'tuk terluka.

Lebih baik bangun cinta.

Daripada jatuh cinta.

Jatuh itu sakit.

Bangun itu semangat.

Lebih baik bangun cinta.

Daripada jatuh cinta.

Meski tak mudah.

Namun cinta.

Jadi punya tujuan.

Kata pujangga.

Bangun cinta itu tak semudah.

Tak secepat hati jatuh cinta.

Namun bila jodohnya.

Kita pasti bahagia.

Lagu yang menemani perjalannya ke rumah sang calon istri hasil perjodohan, yang tentu saja membuatnya bahagia. Namun mobilnya terhenti kala melihat mobil yang tak kalah mewah dari mobilnya masuk ke dalam pagar rumah tersebut, tentu saja Ahmed tahu betul itu bukan salah satu milik dari pemilik rumah tersebut. Ahmed mencoba berpikir positif, mungkin saja itu milik rekan kerja Atlas maupun Tate. Ahmed segera masuk ke dalam pagar tersebut dengan santainya, memarkirkan mobilnya di samping mobil mewah tersebut.

Ahmed semakin mengerutkan keningnya ketika melihat laki laki itu membawa bunga berbentuk boneka, dan sebuah buket coklat yang amat besar.

^^^Itu bukan untuk Iqis kan? Masa? Mereka kan sudah setuju kalau aku calon suami Iqis. Lah tapi dia kan bukan bawain untuk tante Juwita kan? Bakal di goreng sama om Brayen. Lah masa untuk Tate atau Atlas? Masa gue punya kakak ipar belok sih? Ahmed.^^^

Mereka masuk secara bersamaan membuat perbedaan yang mencolok, satu dengan bawaan yang cukup besar dan merepotkan, yang satunya hanya memasukkan tangannya ke dalam saku dan berjalan dengan santai.

"Kakak...." terdengar suara Bilqis yang berteriak dari arah dalam, dengan merentangkan tangannya. Ahmed bersiap untuk menyambut pelukan Bilqis. Namun baru saja angan Ahmed melayang membayangkan memeluk tubuh Bilqis. Ia harus kembali kecewa pasalnya ternyata Bilqis memeluk hadiah dari laki laki tersebut. Bilqis tampak begitu bahagia membuat Ahmed berdecak kesal.

Laki laki itu memandang sinis ke arah Ahmed dengan sorot mata menantang, seolah ia siap menyingkirkan posisi Ahmed dari predikat calon suami idaman Bilqis. "Gue bawaan besok yang lebih gede, pake buket uang segala baru tau rasa."

Juwita berjalan dari arah belakang dan terkejut melihat laki laki itu. "Ya ampun Wira..." Juwita berjalan mendekat ke arah laki laki yang kini Ahmed ketahui bernama Wira.

Tate dan Atlas tersenyum melihat pemandangan pagi yang begitu menegangkan, mereka suka hal menegangkan selama mereka tidak terlibat di dalam hal menegangkan tersebut. "Ayo duduk Wira, Ahmed sama Iqis langsung pergi atau sarapan dulu?"

"Langsung pergi, sarapannya di jalan aja mi," Ahmed memandang remeh Wira membuat Wira menyunggingkan senyumnya. "Ayo sayang, barangnya kasih ke bibi aja, kita berangkat sekarang."

Selepas kepergian Ahmed dan Bilqis, Wira, Atlas dan Tate tertawa, terlebih jika mereka mengingat bagaimana cara Ahmed memandang Wira. "Kayaknya datang lebih cepat lebih bagus, terlebih melihat pemandangan orang cemburu setiap pagi."

.

.

.

Hi guys maaf lambat, othor sibuk akhir akhir ini, dan harus menyambung hidup dengan mencoba membangun bisnis buket, kalau berkenan silahkan hubungi othor wkwkwkwk

Terpopuler

Comments

Wina Yuliani Nurfatonah

Wina Yuliani Nurfatonah

hey 3 semprul bersodara jgnkan kalian, aku aja suka baper sama ke unyuan kisah cinta juwita 💜bryan

2022-01-27

0

Ika Sartika

Ika Sartika

😅😅

2022-01-17

0

💞 NYAK ZEE 💞

💞 NYAK ZEE 💞

Wira anak siapa sih Thor ?....

2022-01-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!