Mantan Ahmed

"Iya saya setuju."

Semua mata memandang ke arah Bilqis secara tiba tiba, namun mata gadis itu terus tertuju kepada layar ponselnya. Gadis itu sesekali menggaruk dagunya, karena merasa sedikit gelisah.

"Kamu benar benar menerima perjodohan ini?" Juwita terkejut bukan main anak bungsunya menerima dengan mudah.

"Iya kamu ga mau mikirin lagi? Di jodohkan dengan lelaki tua, yang entah masih perjaka atau tidak?" Tate mengerutkan keningnya, ia tahu betul bahwa adik nya dan Ahmed tak pernah akur selam ini, jiwa jahil Ahmed hampir sama seperti nya dan ini berbanding terbalik dengan adiknya yang manja dan sedikit cengeng.

"Tate..." Juwita menegur Tate yang terkadang berbicara sembarangan.

"Engga mi, kan entah... kalau kak Ahmed merasa masih ting ting ya dia tidak akan marah kan," ujar Tate tersenyum menggoda ke arah Ahmed, lelaki itu hanya berdecak kesal melihatnya. "Kalau Iqis di jamin masih ting ting, gimana tidak papi akan selalu mengikut sertakan pengawal, menjauhkan para calon pacarnya. Aduh... kasihan sekali dia."

Ahmed memilih untuk tidak menanggapi ucapan Tate, Ahmed malas untuk berdebat saat ini, laki laki itu lebih tertarik melihat kelakuan gadis itu hanya menggeleng, Ahmed tahu jelas bahwa gadis itu sedang tak memperhatikan apa yang orang lain katakan. Gadis itu asyik dengan ponsel nya. Tampaknya gadis itu sangat kesulitan membuat jadwal untuk bertemu dengan beberapa dosen.

"Te...ri...ma...ka... sih," Bilqis mengeja kata terimakasih ketika mengakhiri pesan dari nya.

Semua orang menggeleng melihat kelakukan Bilqis yang rupanya tak sedang menjawab pertanyaan mereka. Brayen tersenyum segera mengusap kepala Bilqis, semua orang terharu melihat cara Brayen memperlakukan Bilqis.

"Tu lihat, baguskan cara dia memperlakukan putrinya? Ini tidak malah ngajak berantem, rebutan remote lah, rebutan makanan lah," ujar Aliya mencebik kesal ke arah Chandra.

Pasalnya selama ini Chandra suka sekali bertengkar dengan Aiyla, permasalah mereka sebenarnya bukan sesuatu hal yang harus di tengkar kan. Hanya permasalahan drama kesukaan yang berbeda, mereka bisa bertengkar hingga membuat kegaduhan seisi rumah, dan tentu saja Aliya yang harus memisahkan mereka.

"Itu tanda kami menyalurkan kasih sayang," ujar Chandra membela diri, tak terima dengan ucapan sang istri.

"Masih berbicara dengan dosen sayang?" Brayen memandang penasaran ke arah Bilqis.

Gadis itu menggeleng. "Ini udah selesai," ujar Bilqis segera meletakkan ponselnya. "Maaf tadi sampai mana?"

"Sampai negara api menyerang," ujar Ahmed sedikit gemas melihat tingkah gadis tersebut, yang tampak polos seolah suci dalam debu.

"Isss kakak jangan mulai ya, Iqis serius tau..." protes Bilqis kesal ke arah Ahmed, ingin rasanya gadis itu menjambak bibir tipis Ahmed agar sedikit lebih seksi.

"Makanya jangan main hp terus," ejek Ahmed membuat orang orang memandang kedua insan tersebut secara bergantian.

"Ih... Iqis itu ga mau ya ga lulus hanya karena ngomong sama kakak, kakak itu ga penting! Tau ga?" Bilqis menatap kesal ke arah Ahmed, sungguh menurutnya Ahmed sangat mengesalkan.

^^^...*Tuh, libatkan langit ciri ciri istri tidak Solehah, hobi membantah ucapan suami, bagaimana mau menjadi jodoh ku? Orang aku maunya istri ku itu Solehah, lemah lembut, penyayang. Tidak cengeng, manja dan sok imut....^^^

^^^Eh, tapi memang dia imut ya cantik lagi. Eh... apa yang kau pikirkan Ferguso? Eh ngomong ngomong siapa sih Ferguso itu*? Ahmed.^^^

"Mohon maaf laki laki tampan yang tengah duduk di hadapan mu ini lulus secara cumlaude, lulusan terbaik di universitas," ujar Ahmed sombong.

"Ih sombong, kata pak ustad Yusuf orang sombong kuburannya sempit," Bilqis mencoba menakut nakuti Ahmed, membuat semua orang menahan tawa.

"Ini nih kalau pak ustad lagi ceramah main hp, atau tidur, atau keluar sebelum ceramah selesai," Ahmed memandang remeh ke arah Bilqis. "Dimana mana orang pelit yang kuburan nya sempit."

"Idih sama aja ya kakak jelek," ujar Bilqis kesal.

"Idih beda ya, lagian orang ganteng gini siapa sih yang tidak mau?" sombong Ahmed.

"Iqis, Iqis ga mau," ujar Bilqis sengit ke arah Ahmed.

Melihat pertengkaran mereka menginginkan kisah cinta antara Chandra dan Aliya, mereka selalu bertengkar atas dasar hal yang tidak penting.

"Ehem..." Brayen berdehem mengejutkan kedua orang yang tengah bertengkar. "Sudah ya jangan bertengkar gitu."

Bilqis mencebikkan bibirnya ke arah Ahmed, sungguh Bilqis terkadang sangat kesal dengan Ahmed, setiap kali ia memiliki pendapat, jika berhadapan dengan Ahmed pasti semuanya di tentang.

"Dia tu pi, suka banget ganggu Iqis, dari dulu ngeselin pi..." adu Bilqis kepada Brayen, Brayen hanya menggeleng tak mungkin ia marah kepada Ahmed, sementara dirinya tahu tingkah Bilqis yang memang manja.

"Sudah, juta lanjutkan saja pembahasannya," ujar Brayen mengusap lembut punggung anaknya.

"Cih untung saja calon mertua mu tidak marah, jika marah, batal kawin, batal kaya si curut sama si kancil, batal ahhh" bisik Chandra membuat Ahmed pusing seketika di buatnya.

"Papa diam ya pa," geram Ahmed pusing sendiri mendengar ucapan papanya.

"Jadi bagaimana Iqis? Mau kan menerima?" Chandra beralih kepada calon menantunya, tanpa menghiraukan ucapan anaknya.

"Nerima gimana om?" Bilqis bingung sendiri di buatnya.

"Nerima jadi calon istri nya Ahmed," ujar Chandra tersenyum manis.

"Eh..." Bilqis terkejut dengan pernyataan dari Chandra, dirinya sedikit tertegun, hingga akhirnya sadar kembali. Bilqis mengalihkan pandangannya ke arah Ahmed memandang laki laki itu dengan malas. "Engga, engga mau!"

Ahmed membalas pandangan mata Bilqis, mata mereka memancarkan permusuhan yang amat nyata. "Cih..." Ahmed berdecik kesal melihat Bilqis, ingin rasanya mencubit pipi gadis yang ada di hadapannya.

Memang Bilqis terkandang menyebalkan di matanya, namun tak bisa Ahmed pungkiri dirinya memang sangat menyayangi Bilqis. Masih sangat jelas di ingatan Ahmed bagaimana dirinya sangat kesal ketika ada seorang laki laki yang mencoba menggoda Bilqis, dan mencoba menyentuh Bilqis. Ahmed bahkan memukuli laki laki itu agar menjauh dari Bilqis. Bilqis bahkan menangis dan memeluk tubuh Ahmed dari belakang. Sungguh besar kasih sayang Ahmed untuk Bilqis, layaknya seperti dirinya menyayangi Aiyla dan mamanya.

"Coba saja mungkin akan baik, kamu sudah mengenal kakak kamu lebih lama, dan itu yang terpenting," ujar Juwita mencoba membujuk Bilqis.

"Tapi mi..."

"Sayang kamu jangan begitu ya. Papi selama ini tidak minta apa apa dari kamu, tapi kali ini papi ingin kamu menerima permintaan papi kali ini," Brayen menangkup wajah anaknya, membuat Bilqis cemberut. "Papi ingin kamu ada yang menjaga sebelum papi tidak ada."

"Papi... papi jangan begitu," Bilqis dengan mata berkaca kaca memandnag papinya, gadis itu akhirnya menghamburkan pelukannya ke dalam pelukan Brayen. "Kan ada kakak."

"Iqis adik kakak, dengar kakak," akhirnya si pendiam Atlas angkat bicara. Bilqis mengintip kakaknya dari balik pelukan Brayen. "Kakak tidak selamanya dengan Iqis, kakak pasti suatu saat nanti harus menikah, harus pergi karena urusan pekerjaan, kalau Iqis menikah kan kami bisa tenang."

"Berarti kakak ga sayang Iqis?" air mata Bilqis mulai menurun di pipi.

"Sayang itu pasti, tak ada keluarga yang tak sayang adiknya, terlebih itu satu satunya adik perempuannya," akhirnya si Tate keluar mode bijaknya, mulai berbicara seolah menjadi orang yang paling bijak.

"Kakak mabuk Aibon ya?" Bilqis memandang Tate sembari tersenyum. Tampaknya otak cemerlang Bilqis sudah mencerna maksud dari keluarganya.

"Eh... orang lagi bijak, sekarang dia malah ngira Tate mabok Aibon," protes Tate, namun sebenarnya dirinya tersenyum karena melihat Bilqis tersenyum, meski dia yang terkena ejekan dari adiknya.

Ahmed diam diam tersenyum melihat wajah Bilqis yang telah tersenyum. Ahmed juga tak menyukai wajah sedih milik Bilqis, rasanya tidak rela, meski dirinya suka sekali membuat Bilqis menangis, namun dirinya tidak rela jika Bilqis menangis karena orang lain.

"Jadi kamu setuju kan sayang?" Brayen kembali mencoba meyakinkan Bilqis.

"Iya tapi Iqis tetap bisa datang ke rumah papi kan?" Bilqis memandang sedih kearah papinya.

"Mana boleh, itu tidak boleh. Rumah itu sudah tidak boleh Iqis masuki, terkecuali atas izin kakak," Tate seketika mengembalikan otak jahilnya, dan langsung menggoda Bilqis.

"Papi..." Bilqis mengeluh memandang ke arah Brayen.

"Engga sayang, ga apa apa..." Brayen mengusap lembut wajah Bilqis. "Tate jangan gitu, ga ada yang begitu."

"Iya maaf, kakak cuman bercanda," ujar Tate akhirnya, mengurungkan niat untuk menggoda adiknya.

"Nah begitu..." ujar Juwita tersenyum.

"bagaimana kalau Iqis malam ini coba jalan dulu dengan Ahmed," ujar Chandra mengeluarkan ide gilanya.

"Pintar, tumben curut ku ini pintar," ujar Aliya menggoda Chandra.

"Tambahkan satu ronde ya," balas Chandra membuat Aliya terkekeh, dirinya sudah tahu akan seperti ini.

"Aku minum obat encok dulu," bisik Aliya sembari cekikikan. Entah kemana malu sepasang suami istri ini, membahas hal yang begitu intim di tengah jamuan makan malam dengan calon besan nya.

Percayalah pembicaraan kedua orang yang seharusnya menjadi pemberi wejangan ini samar samar terdengar oleh Ahmed semakin membuat Ahmed kesal.

"Setuju," seru Juwita.

"Mami..." Bilqis protes dengan maminya.

"Mulai belajar berbaikan dengan kakak ya," bujuk Juwita. Juwita tahu betul dengan tingkah laku Bilqis, anak manja mereka, anak kesayangan mereka.

"Eh... besok aja ya mi...soalnya Iqis kan harus istirahat, besok penyerahan," Bilqis tanya masih mencari cara agar menghindar dari acara jalan bersama dengan Ahmed yang kini menjadi calon suaminya.

"Engga malam ini kamu keluar bentar dengan dia, tidak sampai jam sepuluh kok, besok pagi di jemput dengan Ahmed lagi kok. Kalau Ahmed bikin kamu nangis bilang mama, nanti biar mama yang botakin," kini Aliya ikut menimpali, dan mencoba membujuk Bilqis.

"Mah kok gitu, belum jadi istri lagi tapi udah di giniin, apa kabar kalau sudah menikah," Ahmed seketika protes pasalnya dirinya seolah di pojokan oleh sangat mama, yang selalu membela Bilqis jika mereka bertengkar.

"Cie yang kebelet kawin dengan Iqis..." Tate membuka suaranya mulai menggoda Ahmed dan Bilqis yang tampak tak setuju dengan usulan jalan jalan mereka.

"Apa sih kak," kesal Bilqis, sudah di minta untuk jalan jalan dengan musuh bebuyutannya, kini mereka harus berada di dalam satu mobil.

"Cie malu malu," Tate tetaplah Tate, ketika melihat kesempatan dalam kesempitan maka dirinya akan terus menggoda adiknya Bilqis.

"Engga ya kakak," protes Bilqis tak terima dengan tudingan dari Tate.

"Masa?" Tate semakin senang menggoda Bilqis.

"Kakak..."

Acara makan malam penuh dengan drama dan keributan yang di ciptakan oleh Tate, Ahmed, Chandra dan Aliya, dengan Bilqis yang menjadi sasaran mereka untuk di goda, kini telah selesai, dan kini mereka telah bersiap untuk kembali ke kediaman masing masing. Sementara hanya Ahmed dan Bilqis yang bersiap siapa untuk pergi, demi mencoba mencari kimestri mereka.

"Ya sudah kita pulang dulu ya, kalian hati hati di jalan," ujar Juwita masuk sembari melambaikan tangannya.

"Iya mi hati hati..." ujar Juwita melambaikan tangannya.

"Ya sudah supir mama juga udah datang, mama duluan ya," Aliya dan Chandra juga telah di jemput oleh supirnya dan menyisahkan hanya mereka berdua.

"Kita ke mana?" Ahmed mulai membuka pintu untuk dirinya sendiri di susul oleh Bilqis.

"Nga tau, muter muter aja, biar dikira jalan," uajr Bilqis sekenanya, sejujurnya dirinya sangat malas untuk jalan jalan berdua dengan Ahmed yang selalu saja mengajaknya untuk bertengkar.

"Nge_mall yuk," ajak Ahmed entah kenapa hanya itu yang terpikirkan.

"Terserah, tapi beli ice cream ya," ujar Bilqis sembari memasang sabuk pengamannya.

"Terserah tapi beli ice cream," ejek Ahmed terhadap Bilqis yang tiba tiba ingin makan ice cream padahal jelas jelas tadi gadis itu tak bersemangat.

"Ya kan sekalian, masa ga makan apa apa," ujar Bilqis tanpa rasa tidak enak. Baginya meminta ini dan itu kepada Ahmed merupakan hal biasa, dulu juga dirinya telah terbiasa memeras pendapatan Ahmed, atau saat pulang sekolah dirinya seakan terbiasa dengan meminta uang.

"Iya, iya ayo," ujar Ahmed tak ingin bertengkar malam ini, memilih untuk memenuhi meinginan dari Bilqis.

Perjalanan restoran ke mall cukup jauh, mebutuhkan waktu hingga lima puluh menit. Bilqis seperti biasa terus bercerita tentang pengalaman sepekan terakhir, sementara Ahmed menjadi pendengar yang baik, sembari sesekali membantah ataupun hanya sekedar menggoda Bilqis. Hanya untuk membuat gadis itu kesal.

Ketika sampai di plang pintu masuk mall entah kenapa Ahmed tiba tiba berpikir sedikit jahil, dirinya meminta Bilqis untuk mengambil tiket parkir kepada Bilqis.

"Iqis tolong ambilin tiketnya Qis," ujar Ahmed memundurkan tubuhnya.

"Ih ada ada aja deh kak, malas ah," ujar Bilqis memandang sengit ke arah Ahmed.

"Ya ellah, cepetan gih, disuruh calon suami juga," ujar Ahmed tersenyum miring.

"Engga mau, sekali engga ya ga mau," tentang Bilqis.

Tin...

Suara mobil dari arah belakang membuat Ahmed semakin tersenyum, Bilqis mau tidak mau terpaksa menuruti keinginan Ahmed. Ketika Bilqis mencondongkan tubuhnya, dan menjulurkan tangannya keluar tiba tiba Ahmed meniup telinga Bilqis membuat gadis itu terkejut dan refleks memandang Ahmed, hingga hidung bangkir mereka bersentuhan. Untung saja tiket mereka di pegang Bilqis dengan erat, sehingga kusut.

"Jangan jahil deh kak," kesal Bilqis cemberut di hadapan Ahmed, kemudian segera memperbaiki duduknya. "Kenapa bengong, masuk sana."

Ahmed segera masuk ke dalam barisan parkiran mobil, dan mematikan mesin mobil miliknya. Ahmed segera melepas sabuk pengamannya. "Ayo turun."

"Iya bentar kak," Bilqis segera membuka pintu mobil, pasalnya tadi ia telah melepasnya saat mengambil tiket, Bilqis kembali meletakkan tiket tersebut ke dalam saku mobil pintu keluar.

"Kak kita lihat aksesoris ya," Bilqis segera bergelayut manja di lengan Ahmed, sembari mengutarakan keinginannnya.

Bilqis memang terbiasa melakukannya, meski mereka sering bertengkar. Namun mereka tergolong cukup mampu membuat orang orang salah paham, karena terkadang mereka terlihat mesra.

"Cih terserah. Ini yang bilang terserah, tapi beli ice cream lah aksesoris lah," ejek Ahmed memandang jengah ke arah Bilqis.

"Tanggung kakak, mau buat buket untuk teman, lusa sidang, sekalian aja," Bilqis cemberut ke arah Ahmed sembari menggoyang goyangkan tangannya.

"Cih... ayo..." namun Ahmed tangan Ahmed terulur untuk mencubit pelan pipi Bilqis.

"Cah cih cah cih, biasa aja kak, ga mau kita balik," ujar Bilqis kesal sendiri.

"Iya iya ayo, jangan ngambek kebiasaan deh," Ahmed segera merangkul Bilqis sehingga masuk ke dalam pelukannya.

"Ih jangan di rangkul... malu tau banyak orang," Bilqis memukul pelan lengan Ahmed.

"Cie yang ngajak berduaan," Ahmed kembali menggoda Bilqis.

"Alhamdulillah..." ujar Bilqis membuat Ahmed terkejut.

"Kenapa? Bersyukur aku ajak jalan?" Ahmed mengerutkan keningnya bingung dengan apa yang di maksudkan dengan gadis tersebut.

"Engga bersyukur aja sudah bukan cih lagi yang keluar," ejek Bilqis terkikik pelan.

"Lama lama ngelunjak ya," kini giliran leher Bilqis yang rangkul erat oleh Ahmed.

"Aish... kakak leher Iqis lama lama patah nih, dikapit mulu sudah mirip ayam ngeram," ujar Bilqis mencoba membebaskan diri.

"Iqis ayo, kita beli ice cream dulu atau pergi beli aksesoris?" Ahmed merenggangkan sedikit rangkulannya.

"Beli ice cream dulu dong," ujar Bilqis bersemangat.

"Iya ayo..." Ahmed sedikit mengacak rambut Bilqis. Ahmed tersenyum ternyata jalan berdua saja dengan Bilqis tidak semembosankan yang ia pikirkan, gadis itu juga bisa di ajak bercanda, tidak hanya merengek dan bersikap manja.

Saat ini mereka tengah mengantri ice cream, namun seseorang segera menyapa mereka berdua yang tengah asyik berbincang.

"Eh... Med..." suara wanita yang tak ingin di dengar oleh Ahmed, membuat Ahmed pura pura tak mendengar.

"Med tolong maafin aku ya, aku minta maaf, aku memang salah, kita balikan lagi ya," wanita itu mencoba meraih tangan Ahmed namun Ahmed segera menggenggam tangan Bilqis, sementara yang satunya lagi segera merangkul pinggang Bilqis.

^^^Oh... mantan... Bilqis diam diam mengangguk.^^^

"Sayang ayo udah banyak yang ngantri," Ahmed justru menarik Bilqis segera mengikuti antrian. Wanita itu mengikuti langkah Ahmed dan Bilqis.

"Med... ini pacar kamu? Kamu baru beberapa jam lalu putus dengan aku, sekarang kamu sudah manggil dia sayang?" Wanita itu memandang kecewa ke arah Ahmed seolah oleh dirinya yang menjadi korban di sini. "Oh, dasar cewek gatel ya... lo mau ngerebut Ahmed dari gue?"

"Eh apaan sih? Ingat yang terciduk selingkuh itu lo, kenapa sih masih nyalahin dia, dia ga tahu apa apa ya," Ahmed kesal sendiri mendengar seseorang meneriaki Bilqis. Ahmed memang tergolong sayang kepada Bilqis, tak terima jika seseorang meneriaki gadis tersebut, meskipun dirinya lebih sering menjahili gadis tersebut hingga Bilqis berkaca kaca.

"Cih cewek sok lugu kayak gini, paling juga jago joget dia, pura pura lugu aja," ejek wanita itu merasa tidak mendapat pembelaan dari Ahmed.

"Jangan ngomong sembarangan ya, dia bukan kaya lo, yang udah punya pacar tapi sibuk dengan sahabat pacarnya," singgung Ahmed sinis.

Sungguh Bilqis menjadi malu sendiri, pasalnya perhatian semua orang kini tertuju padanya. Bilqis memang tak tahu apa apa kini hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dirinya seolah menjadi pemeran antagonis saat ini, yang merebut kekasih orang lain.

"Kok kamu gitu sih?" wanita itu menampakkan wajah sedihnya.

"Udah kak balik aja yuk, malu nih," Bilqis berbisik ke arah Ahmed, membuat Ahmed memandang wajah Bilqis. Dapat Ahmed lihat wajah merah Bilqis karena malu.

"Emang harus di kasih pelajaran ni orang, ngomong suka asal asal," Ahmed melembutkan suaranya, agar Bilqis tenang.

Melihat kelembutan Ahmed terhadap Bilqis mereka wanita itu menjadi emosi sendiri di buatnya. "Kamu belain si ja*lang ini?"

"Eh jaga mulut lo ya, dia bukan kayak lo," ujar Ahmed semakin kesal dibuatnya.

"Kak udah dong kak," bujuk Bilqis semakin tidak enak.

"Eh cewek murahan, denger ya gue kenal dia udah lama, jangan mentang mentang lo tampang bule ya lo bisa seenaknya aja," Wanita itu memandang remeh ke arah Bilqis, memamerkan kedekatan mereka yang terpaut lama. "Lagian ya paling dia cuman mau manfaatin badan lo doang."

"Eh jaga omongan kamu ya, kamu jangan sok kenal dengan kak Ahmed. Walaupun aku sama kak Ahmed ga pernah akur, tapi aku kenal dengan dia dari kecil, dia ga mungkin gitu," akhirnya Bilqis ikut terpancing sejak tadi di bilang ja*lang dan murahan oleh wanita tersebut. "Lagian nih ya aku kasih tahu, aku itu calon istrinya kak Ahmed, paham!"

Wanita itu terkejut bukan main, mendengar pengakuan yang keluar dari bibir Bilqis. Rasanya tak percaya jika tiba tiba mantan kekasihnya itu memiliki calon istri. "Jangan asal ngomong lo ya. Beb... dia bercanda kan?"

"Lo tuli? Ayo sayang," Ahmed segera menarik tangan Bilqis untuk kembali mengikuti barisan pasalnya mereka telah berjarak.

"Agh..." wanita itu menggeram kesal. "Gue tau kalian cuman bohong biar gue ga deketin kamu lagi kan beb?"

Mendengar teriakan wanita itu membuat Bilqis melirik sejenak ke arah belakang. "Mantan kakak kenapa sih? Ngebet banget? Kayak kehilangan ATM aja," ujar Bilqis asal sebut.

Ahmed tertegun perkataan Bilqis seakan menampar dirinya, entah kenapa Ahmed berfikir perkataan dari Bilqis benar adanya, bahwa mantan kekasihnya itu hanya menjadikannya atm berjalan saja. "Ayo jalan, kita ngantri buat beli ice cream, baru beli aksesoris buat buket."

Ahmed mencubit pipi Bilqis mengalihkan salah tingkahnya. "Untung perawatan mahal, jadi ga langsung mengkerut ni muka," kesal Bilqis.

"Lagian kalau jadi istri kakak yang nanggung skincarenya kakak," ujar Ahmed sombong.

"Ngarep..."

"Ayolah sudah di depan mata," goda Ahmed membuat wanita itu mencebikkan bibirnya.

"Apaan sih kak."

"Belajar membuka hati untuk kita bisa kan? Lagian banyak orang yang bahagia jatuh cinta setelah menikah, yang penting komitmen," uajr Ahmed memandang serius ke arah Bilqis. Wanita itu tertegun, namun ia berusaha terlihat biasa biasa saja.

"Ya kali... di novel novel yang Iqis baca banyak yang balikan sama mantan nya, walau sudah menikah," Bilqis mulai mengingat kembali cerita novel yang ia baca.

"Itu novel sayang, kan beda dengan di sini," Ahmad kembali mencubit gemas hidung bangkir Bilqis.

"Kurang bisa di percaya," Bilqis mencebikkan bibirnya.

"Terserah, yang penting belajar saling membuka perasaan saja," ujar Ahmed merangkul kembali pinggang Bilqis.

"Tap..."

"Selamat datang pesan apa? Untuk couple Ada," tawar pramusaji tersebut.

"Ya itu aja," ujar Ahmed tersenyum. "Ayo ke tempat aksesoris yang kamu mau,"

"Kakak kakak jadiin Iqis pelampiasan kan?" Bilqis kembali memandang Ahmed penuh tanda tanya.

"Engga, kakak tadi sudah berpikir keras, apa salahnya menerima perjodohan kalau itu yang terbaik," Ahmed segera menyodorkan ice cream tersebut ke arah Bilqis.

"Kita buktikan aja," ujar Bilqis bukannya menerima sodoran Ahmed, justru memilih memakannya secara langsung dari tangan Ahmed. Ahmed menggeleng melihat tingkah gadis tersebut.

.

.

.

Sudah tiga ribu lebih nih kata katanya, bisa minta kembang setaman dong wkwkwkwk, kalau berbaik hati volt dengan lol.

Terpopuler

Comments

Diah Fiana

Diah Fiana

semangat kkak 🥰

2022-01-08

0

Wina Yuliani Nurfatonah

Wina Yuliani Nurfatonah

wah kyknya ahmed sama iqis bakal jd penerus couple somplak nich😆

2022-01-04

1

💞 NYAK ZEE 💞

💞 NYAK ZEE 💞

Q mampir deh kang, awalan baca kayaknya alur ceritanya bagus lucu, mudah2an konflik nya ngak berat buat obat rasa suntuk karena banyaknya kerjaan ....

2022-01-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!