Wira yang baru saja menemukan alat kesehatan milik Juwita segera bergegas menuju kamar Bilqis lawan main dari bintang utama malam ini, siapa lagi kalau bukan Ahmed.
"Mami ini pu..." Wira terkejut bukan main ketika melihat Chandra dan Aliya tengah melakukan foto berbagai sudut dari objeknya. "Lah mereka ngapain mi? Sudah seperti melihat satwa terancam punah saja," ujar Wira menunjuk ke arah Chandra dan Aliya.
"Langkah ini," ujar Chandra sembari tersenyum melihat jadi fotonya.
"Ya sudah," Wira segera naik ke atas tempat tidur dan hendak berdiri.
"Eh mau ngapain Wir?" Tate bingung sendiri melihat kelakuanku sepupunya yang memang rada rada aneh.
"Mau langkah in mereka berdua," ujar Wira santai. "Kan langkah."
Tate terlihat berfikir. "Lah iya juga ya? Ayo," ujar Tate tersenyum ikut naik ke atas tempat tidur.
"Bukan gitu Wira, Tate..." Brayen menggeram sendiri melihat kelakuanku anak dan keponakannya.
"Iya iya kan kami mencoba melawak, lagian pi cobalah menjadi orang itu seperti salah satu pulau di Indonesia," ujar Wira santai.
"Ha? Apaan tuh?" Tate mulai bingung dengan maksud dari Wira.
"Selow ae sih," ujar Wira meletakkan tangannya di pundak Tate.
"Sulawesi," Tate segera menoyor kepala Wira.
"Yap, kamu benner sekali," sekali lagi Wira kembali mengeluarkan banyolannya.
"Bener Wir, bener," ujar Tate menjadi geram sendiri. "Lagian apa apaan sih? Lawakan kok kayak Chanel sebelah, re to the ceh, receh."
"Idih tapi viewers nya lebih gede dia kan dari pada punya mu?" Wira menjulurkan lidahnya.
"Gue sentil lidah lo sampai keseleo dan mendarat di Sentul," ujar Tate kesal.
"Ini sudah selesai kan? Mau di periksa dulu," Juwita segera menengahi pertengkaran tidak jelas mereka.
"Ahmed kenapa?" Atlas tiba tiba berdiri di antara mereka, Atlas yang baru keluar membuat semua orang terkejut.
"Anak kos papi ketinggalan cerita," celetuk Tate menggeleng melihat Atlas yang selalu ketinggalan berita. Pasalnya Ahmed selalu lebih perhatian kepada berkas berkasnya daripada orang di sekitarnya.
"Kok bisa?" Chandra bertanya dengan penasaran, kini wajah penuh gosipnya dan jiwa keponya telah keluar dan menjelma sepenuhnya.
"Jarang turun ke bawah," ujar Tate tersenyum.
"Lah kan aku kerja Tate?" Atlas langsung saja tidak terima dengan ucapan Tate.
"Iya iya, kok sama sih? Jangan jangan kita jodoh ya?" Tate justru menggoda kakaknya.
"Jangan ngaco kamu, aku tendang dari lantai dua baru sadar kamu," ujar Atlas membuat Tate semakin terkekeh.
"Iya mas aku ngelindur nih," ujar Tate tersenyum manis ke arah Atlas.
Atlas melihat senyum manis versi Tate menjadi muak sendiri, dirinya normal dan senyuman manis laki laki membuatnya muak sendiri. "Jangan ngelunjak Tate, ayo ikut aku ke ruang kerja," ujar Atlas, karena sejak tadi dirinya memang mencari atlas untuk di ajak diskusi masalah perusahaan.
"Ih mas belum apa apa sudah ngajak pergi aja, jangan mas, adek malu," Tate semakin bertingkah, mencontoh tingkah laku anak gadis yang hendak di bawa, namun malu malu mau.
"Tate ini masalah kantor," Atlas akhirnya menyela nafas panjang, mamijit kapalanya yang tiga tiba pusing.
^^^Untung dia bukan anak ku, kalau iya sudah kubotakin itu rambut gondrong nya. Chandra.^^^
"Ya sudah mas, adek ikhlas asalkan bersama mu," ujar Tate membuat Aliya segera melempar kertas kosong, dan tepat mengenai kepala Tate. "Ih orang sirik, cemburu dengan kebersamaan kita mas." Tate melingkarkan tangannya dan bergelenjot mesra di lengan kokoh kakaknya. "Ih mas enak banget otot kamu buat aku betah."
"Astaghfirullah ya Allah, Tate... jijik papi," Brayen berucap melihat tingkah anak keduanya, terkadang dirinya ingin memasukkan Tate ke dalam rumah sakit jiwa tempat istrinya dulu bekerja. "Mi anak kamu ini, ya Allah ya Rabbi..."
"Tau ni, menjijikkan," ujar Atlas melihat adiknya dengan jijik. "Ngomong ngomong Ahmed kenapa?" Atlas tak menghiraukan tingkah laku adiknya yang bergelenjot mesra di lengannya.
"Darah Hb nya serendah banget, suruh jangan banyak menguras tenaga, terus banyakin istirahat," ujar Juwita setelah selesai memeriksa keadaan Ahmed.
"Oalah ok Wit," Aliya membuka suaranya, Aliya memang sadar bahwa Ahmed akhir akhir ini memang memforsir tenaganya, untuk urusan pernikahannya dengan Bilqis, dan perusahaan.
"Tu dengar Med'i sebelum aku yang menggantikan posisi mu di pelaminan," ujar Wira cekikikan, tak dapat membayangkan wajah kesal Ahmed ketika dirinya mengatakan saat Ahmed tengah bangun.
"Emh..." Ahmed sedikit merespon, meskipun sejak tadi ia tidak merespon seluruh percakapan, dan menutup matanya. Sungguh Ahmed sadar dan mendengar setiap pembicaraan mereka yang ada di sekitar kamar tersebut, terlebih saat orang tuanya menjadikan satwa hampir punah.
"Idih giliran gitu aja ngerespon. Dasar bucin," desis Chandra melihat kelakuan anaknya.
"Med bangun dulu ayo minum susu nya," Juwita membangunkan Ahmed dengan lembut.
^^^Nah calon mertua gue nih, bukan kayak si curut sama si kancil, anaknya yang ganteng malah di jadikan satwa langka hampir punah. Ahmed.^^^
"Iya Med aku buat dengan penuh cinta dan kasih sayang loh," ujar Tate dengan gaya centilnya, melepaskan pelukannya terhadap lengan kakaknya.
"Te jangan nanti Med'i keselek air, gara gara jijik mendengar kata kata penuh vitamin k kamu," ujar Wira ketika melihat Ahmed menerima suapan minuman dari Juwita.
"Vitamin k?" Tate bingung sendiri.
"Iya vitamin kampretos," ujar Wira.
"Mamaia lezatos," tiba tiba Tate mengeluarkan suara seperti tengah melakukan seriosa.
"Tate kita lagi buka pengiklanan ya," ujar Aliya yang sejak tadi bingung sendiri melihat anak sahabatnya.
"Iya," ujar Tate cemberut. "Lagian Tante ngapain sih dari tadi? Anak sakit kok malah mesra mesraan di situ, malah mami yang ngurusin," protes Tate yang melihat Aliya dari tadi justru sibuk bermesraan dengan Chandra.
"Sudah biasa, dulu saat Atlas masih kecil mami kamu udah biasa ngurus Ahmed kok," ujar Aliya santai, tak merasa bersalah sama sekali.
"Lah Tante ngapain?" Wira bingung sendiri melihat kelakuan kedua orang ini, bahkan Chandra sendiri kini tengah merangkul pinggang Aliya.
"Ya pacaran," ujar Chandra santai.
"Astaghfirullah ya Allah, jangan jangan Ahmed anak angkat ya Tante," ujar Tate semakin mengalir kesana kemari.
"Ayo kamu ngerocokin aja dari tadi," sebelum mulut adik laki lakinya ini kemana mana, maka Atlas harus membawa adiknya pergi dari kamar Bilqis.
"Iya mas," ujar Tate manja.
"Anak kalian tuh," Chandra jijik sendiri melihatnya.
"Ga anak dia," ujar Brayen menunjuk sang istri.
"Papi..." Juwita menggeram kesal terhadap suaminya. Juwita meletakkan gelas kosong di atas naklas.
"Bercanda mi," ujar Brayen mengecup puncak kepala istrinya.
"Buatnya sama sama malah nyalahin mami," protes Juwita membuat Brayen memeluk tubuh istrinya.
"Iya mi, maaf," ujar Brayan bergelayut manja.
Wira yang melihat kemesraan para orang tua yang tak tahu umur tersebut, hanya memutar matanya dengan malas. "Aduh omongannya menjurus ke adegan dewasa cendrung ranjang ya. Ya sudah aku yang polos ini undur diri, mau pacaran lagi," ujar Wira segera kabur sebelum melihat keuwuwan kedua pasangan suami istri tersebut. "Ah... Mak pengen kawin."
"Kami ke kamar biasa ya," ujar Chandra segera mengecup bibir Aliya sekilas, dan hanya di angguki oleh Juwita dan Brayen.
"Ayo mi kita juga," bisik Chandra sudah mengecup leher istrinya.
"Tadi sudah Pi, lagian Iqis sama Ahmed mau di apain?" ujar Juwita hendak menolak keinginan sang suami.
"Ih mami... Ga mungkin ngapa ngapain, orang Iqis kalau tidur lama, Ahmed lagi sakit," ujar Brayen merengek. "Ayolah mi ya, ya, ya... sekali lagi."
"Aish... ya sudah ayo," ujar Juwita terdengar terpaksa, namun tidak dengan tangannya yang sudah menjelajah di atas dada Brayen. Mereka kemudian keluar dari kamar Bilqis tanpa di tutup.
^^^Hais dasar pasangan tua tua keladi semua, anak lagi sakit bukannya di urusin malah sibuk di atas ranjang. Ahmad.^^^
.
.
.
Maaf gengs kesehatan kurang baik, sehingga othor ga bisa update banyak dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
💋ShasaVinta💋
semangat lanjutin kk , boleh bc jg ceritaku " menikah karena amanat " . tks..
2022-01-27
0
lina
next update anna
2022-01-27
0
Ika Sartika
semangat
2022-01-27
0