Tate baru saja selesai membuat susu hangat untuk Ahmed, dirinya ingin membawa susu tersebut ke lantai atas, namun bunyi bell membuat Tate mengurungkan niatnya.
"Wir tu asa orang, bukain gih," ujar Tate memandang Wira yang tengah mengobrak abrik isi lemari.
"Enak saja, buka sendiri saja sana, kau tak melihat ku tenga mencari alat kesehatan mami?" Wira berujar tanpa mengalihkan pandangannya.
Akhirnya mau tidak mau Tate lah yang membuka pintu, dengan tetap menenteng susu hangat di jari sebelah kirinya. "Eh Tante, om masuk dulu," ujar Tate sembari menyalami Chandra dan Aliya.
"Med'i mana Te?" Aliya segera menorobos masuk ke dalam, mencari keberadaan Ahmed. Tampaknya wanita yang tergolong tua namun tak sadar usia itu lupa bahwa anaknya tadi mengatakan berada di kamar calon menantunya. Ah, atau Aliya memang sudah waktunya pikun.
"Med'i?" Tate bingung sendiri, pasalnya Tate tak tahu panggilan Ahmed adalah Med'i.
"Iya Med'i," ujar Aliya kembali memandang dengan penuh tanya ke arah Tate.
"Med'i siapa tan? Tate ga tau," Tate benar benar bingung, mengikuti Aliya yang berjalan mendahuluinya, seolah itu adalah rumahnya sendiri.
"Med'i," ujar Aliya penuh penekanan, ia kesal sendiri dengan Tate, yang Aliya kira berpura pura tidak mengetahui siapa Med'i tersebut.
"Ahmed," ujar Chandra akhirnya. "Pelupa kamu cil, nama anak sendiri lupa," Chandra akhirnya mengejek istrinya, yang jika panik bisa lupa sendiri nama anaknya.
^^^Oh Med'i? Bagus juga nama nya, jadilah untuk bahan ejekan. Tate^^^
Tate hampir tertawa mendengar Ahmed yang di panggil Med'i kepada kedua orang tuanya. Jika saja Tate tak menghargai sepasang suami istri yang katanya romantis namun lebih sering berdebat tersebut, maka Tate akan tertawa saat ini. Tate berinisiatif mendahului keduanya, Tate yakin kedua orang ini tidak tahu kamar adiknya.
"Ya namanya juga lebih sering manggil Med'i dari pada Ahmed," kilah Aliya membuat Tate menggeleng pelan.
"Ya jangan gitu lah. Emang dasar kamunya aja yang pikun " Chandra masih tak ingin kalah dengan perdebatan tersebut.
^^^Gini yang di bilang Ahmed eh Med'i? Harmonis dari mananya? Dari ujung pipet? Tate.^^^
"Hm jadi ga? Kalau ga Tate duluan ni," Tate akhirnya mencoba mengentikan pertengkaran tersebut yang tidak penting.
"Eh mau ke mana?" Chandra memandang bingung ke arah Tate.
"Mau ke atas," ujar Tate segera menaiki tangga pertama. Benar saja belum sempat mereka berhenti akhirnya kembali bertengkar.
Wira yang mendengarkan perdebatan sepasang suami istri, yang telah lanjut usia tersebut, hanya mengentikan pencariannya sejenak. Ia masih harus mencari alat kesehatan Juwita.
"Mau ngapain?" Chandra penasaran sendiri di buatnya.
"Ngantarin susu hangat buat calon adik ipar," ujar Tate tersenyum mencoba menguji tingkat fokus keduanya.
"Hah Atlas mau nikah?" Chandra justru membuat Tate menepuk keningnya.
"Curut, Atlas kakak Tate," jelas Aliya kembali angkat bicara.
"Terus?" Chandra masih sangat penasaran dengan maksud dari Tate. .
"Ih banyak tanya nih, sudah kayak wartawan aja, nanya nya dari Sabang sampai Merauke," Aliya semakin kesal suaminya itu terlalu banyak bertanya, sehingga dirinya dirinya segera menyambungkan dengan salah satu lirik lagu.
"Berjajar pulau pulau ga tan?" Tate Ikut menimpali dan mulai membacakan bait selanjutnya.
"Iya Indonesia ku," sambung Aliya lagi.
"Iklan apa?" Tate terkekeh mengatakannya.
"Hus kita ga di endorse buat ngomongin itu," ujar Aliya membuat Tate semakin terkekeh.
"Iya juga ya tan, hampir keceplosan. Mie instan itu kan?" ujar Tate kembali mencoba mencairkan suasana.
"Iya mie Nusantara," ujar Aliya semakin membuat keduanya tergelak.
"Kalian ngomongin apaan?" Chandra yang sejak tadi tidak tahu apa apa kini mulai penasaran.
"Apa aja boleh," ujar Tate dan Aliya serentak. Kadua generasi tersebut berseru secara serentak membuat Chandra kesal.
"Cih kompak banget," cibir Chandra membuat keduanya semakin tergelak. "Yang katanya calon adik ipar mu mana?"
"Ih om kepo," Tate kembali menggoda Chandra.
"Tate... kamu mau nyingkiron Ahmed?" Chandra memandang curiga ke arah Tate.
"Nyingkirin om," Tate membenarkan ucapan Chandra.
"Nah itu, sudah ganti?" Chandra mengangguk mengerti maksud dari Tate.
^^^Mantan pemain lenong om? Tate.^^^
"Iya kebetulan semenit yang lalu berubahnya di KBBI," ujar Tate membuat ketiganya tergelak.
"Udah kembali lagi ke narasi," ujar Chandra, kali ini Aliya yang menjadi pendengar setia mereka.
"Mata Najwa dong om," ujar Tate ingin membuat Chandra semakin penasaran.
"Tate..." Chandra mulai menggeram kesal.
"Iya om tadi mau nanya apa," Tate segera merubah mimik wajahnya menjadi serius. "Slup berubah serius," Tate bahkan menjentikkan jarinya di depan wajahnya, seolah melakukan transisi.
"Setres kamu," Chandra mencebikkan bibirnya, bingung sendiri melihat tingkah anak dari sahabat sekaligus mantannya.
"Iya ngimbangin lawan bicaranya," tiba tiba Aliya angkat bicara, sontak saja membuat Tate menahan tawanya.
"Cil aku ga setres ya," ujar Chandra tidak terima karena secara tidak langsung mengatakan bahwa dirinya setres.
"Kadang kambuh sih tapi," jawab Aliya, membuat Tate semakin ingin meledakkan tawanya, Tate mengerucutkan bibirnya, menepuk pipinya agar tidak tertawa di hadapan kedua orang tua yang sebentar sebentar berdebat, namun sedetik kemudian mereka kembali damai man dan tentram.
"Jangan ngadi ngadi ya cil," Chandara segera menutup mulut istrinya. "Nah kan aku lupa mau nanya apa," Chandra menggaruk kepalanya sendiri.
"Tanya aja om, sebelum masuk nih,"ujar Tate mulai menggoda Chandra.
"Kamu mau nyingkirin Ahmed?" akhirnya pertanyaan yang terjanggal sejak tadi kini telah meluncur dari tenggorokan ke mulut, dan di lafaskan dengan fasih oleh gerakan lidah Chandra.
"Iya mau di tukar tambah sama Med'i," ujar Tate tersenyum.
"Yah jangan, kalau Med'i itu lebih parah dari Ahmed," Chandra terkekeh.
"Masuk ah, malah bercanda," Aliya memukul keduanya lalu membuka pintu.
"Tuh si kancil malah sok jaim," bisik Chandra ke telinga Tate.
"Ya Allah anak ku Med'i, kasian amat pah," Aliya segera menghampiri Ahmed yang terbaring tak berdaya, dengan Bilqis yang menjadikannya bantal.
"Iya nih kasian. Ayo photo dulu posisinya bagus ni," ujar Chandra justru menarik ponselnya di saku celana. "Kesempatan dalam kesakitan ini anak."
"Iya ayo Rut," Aliya pun tak ingin membuang kesempatan. Saat mereka tengah asyik berfoto ria, Bilqis menggerakkan badannya benar benar menganggap Ahmed adalah bantal guling miliknya.
"Wih tambah mesra aja mereka, tau aja kalau kita mau moto mereka," ujar Aliya heboh.
"Terlanjur sableng calon besan mu mi," Brayen berbisik kepada Juwita, sembari menggeleng melihat tingkat aneh sepasang somplak tersebut.
"Entah calon besan mu juga Pi," balas Juwita.
"Calon mertua adek Tate tu," Tate tiba tiba ikut berbicara dari arah belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
lina
lanjut anna
2022-01-25
0
wen cavan
sumpah ngakak sm klakuan camamer somplak
2022-01-25
0
Lili Suryani Yahya
Astaga Kancil n curut ga ada matinya
2022-01-25
0