Ahmed, Chandra dan Aliya kini telah kembali ke kediaman mereka, Ahmed memasuki kamarnya yang ada di lantai dua, Ahmed menghela berkali kali, sebenarnya ia ingin menginap terutama di kamar Bilqis, namun apalah daya angan tak sampai. Belum ingin mengutarakan niat, Bilqis telah memasuki kamar terlebih dahulu. Akhirnya mau tidak mau Ahmed harus pulang dengan kerelaan.
Ahmed terus menghela nafas, sudah beberapa kali ia mengganti posisi namun selalu tak pas untuknya, akhirnya memilih untuk bangun dan memandang ke arah jendela.
Ponselnya tiba tiba berbunyi, membuat Ahmed segera memandang ke arah ponselnya. Ahmed mengerutkan keningnya ternyata itu dari mantan kekasihnya, Santi. Ahmed dengan enggan mengangkat telfonnya. "Hm... halo," ujar Ahmed dengan nada malas.
"Halo sayang, makasih ya sudah mengangkat telfon ku," ujar Santi di sebrang sana.
"Ya ada apa cepat katakan aku ingin istirahat," ujar Ahmed to the point.
"Aku kangen, malam ini kita bertemu ya," rengek Santi di ujung sana.
"Sudah ku katakan aku ingin beristirahat, kau jangan mengganggu ku dengan rengekan menjijikan mu itu," kesal Ahmed, seandainya itu Bilqis yang merengek seperti itu mungkin dirinya akan segera meluncur ke tempat tersebut. Namun ini Santi, jadi dirinya menjadi malas sendiri.
"Sayang, kita baru putus beberapa hari loh, kok kamu sudah berubah banget?" Santi masih mencoba membujuk Ahmed dengan suara manjanya. Biasanya Ahmed akan lebih mudah luluh jika ia merengek dengan suara manja.
"Sudahlah Santi aku sudah akan menikah, jangan mengganggu ku lagi," ujar Ahmed menghela nafasnya kasar. Bukan simpati yang Ahmed tunjukkan sekarang, namun rasa malasnya mendengar semua rengekan dari Santi yang ia rasakan.
"Jangan bohong kamu pasti masih marah dengan aku kan? Makanya kamu ngomong gitu," ujar Santi kekeh tak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Sudahlah terserah mau percaya atau tidak aku tidak perduli," ujar Ahmed hendak mematikan ponselnya, namun ucapan Santi selanjutnya membuat Ahmed menghela nafas kasarnya.
"Kalau kamu matikan sekarang aku pastikan akan bunuh diri malam ini," ujar Santi dengan nada mengancam.
"Terserah, aku tidak perduli, lakukan apa yang kau mau," kesal Ahmed karena sudah pusing mendengar semua celotehan tak berguna dari Santi.
"Kamu benar benar berubah Med, apa karena wanita itu? Apa secepat itu hatimu berpindah?" Santi berteriak di ujung sana, membuat Ahmed menjauhkan telinganya dari ponsel.
"Terserah," ujar Ahmed mematikan sambungan telfon mereka. Ahmed menghela nafasnya, ia juga tak mengerti hatinya. Entah kenapa ia dengan mudahnya mencampakkan nama Santi di dalam hatinya. Entah karena dirinya memang tak mencintai Santi, atau memang karena pengkhianatan dari Santi yang membuat nya menjadi lebih mudah membuang nama Santi.
Sementara Bilqis? Entah kenapa Ahmed begitu bahagia ketika gadis menampakkan berbagai ekspresi di wajahnya ketika berbincang dengan dirinya. Ahmed bahkan kerap menggodanya agar Bilqis mengeluarkan berbagai ekspresi wajahnya. Senyum Ahmed kembali terbit kala ia hanya mengingat bagaimana lucunya ekspresi wajah Bilqis yang kesal dan cemberut ketika dirinya menggoda Bilqis.
Ahmed menggelengkan kepalanya, kemudian mendial nomor Bilqis, lama gadis itu mengangkat telfonnya. "Halo kak," ujar Bilqis di ujung sana.
"Kenapa lama? Sudah mau tidur?" Ahmed tersenyum manis ke arah kamera.
"Iya, nih baru mau rebahan, tapi ga bisa, mata Iqis belum ngantuk. Tapi bisa baca buku kan," ujar Bilqis menampakkan sebuah buku di tangannya dan mengibarkan ke arah kamera.
"Dasar," ujar Ahmed tersenyum ke arah Bilqis. "Aku juga ga bisa tidur Qis."
"Eh ga boleh gitu kak, kan kakak harus banyak istirahat," ujar Bilqis mencoba menasehati.
"Tapi belum ngantuk Iqis," ujar Ahmed dengan wajah yang di buat buat cemberut.
"Ih kakak tetap aja, gimana kalau Iqis bacain bukunya, anggap aja seperti dongeng," ujar Bilqis tersenyum ke arah Ahmed. Sontak saja dengan senang hati Ahmed mengangguk bahagia. Bilqis mulai membaca buku, dan akhirnya membuat keduanya tertidur tanpa memutuskan video call mereka.
......................
Saat ini Ahmed tengah berada di salah satu restoran cepat saji, Ahmed baru saja melakukan pertemuan meeting dengan salah satu klien mereka, pernikahan yang menjelang empat hari tetap menyibukkan Ahmed.
"Hai, aku dengar kau akan menikah," tiba tiba seorang laki laki menghampiri Ahmed.
"Tom," lirih Ahmed sinis. Sungguh dulu Ahmed sangat akrab dengan laki laki yang ada di hadapannya ini, yang Ahmed panggil dengan Tom. Namun semenjak Ahmed memergokinya berselingkuh dengan mantan kekasihnya, Ahmed sangat tidak suka melihat laki laki tersebut. "Ada apa?"
"Aku hanya menanyakan kabar kau akan menikah dengan Iqis," ujar Tom yang tahu siapa itu Bilqis. Tom dan Bilqis beberapa kali bertemu di rumah Ahmed ketika Tom berkunjung di sana. Di sana lah mereka mulai akrab, dan Tom mampu akrab dengan cepat dengan Bilqis. Namun prihal Tom yang kini telah menjadi mantan sahabat dari Ahmed tak Bilqis ketahui.
"Lalu?" Ahmed berujar sinis. "Apa mau mu?"
"Aku khawatir dengan Iqis, aku tahu kau hanya menjadikannya pelampiasan," ujar Tom menggelengkan kepalanya. Tom memandang tak percaya kepada Ahmed. "Iqis itu gadis baik baik, anaknya lugu dan kau? Kau justru mempermainkan perasaan gadis itu, kau fikir menikah itu hanya butuh pelampiasan? Tidak, menikah butuh kematangan kau berfikir Ahmed."
"Apa mau mu mengatakan ini semua?" Ahmed memandang kesal ke arah Tom, entah karena kata kata itu benar atau dirinya yang memang benar benar kesal kepada Tom.
"Dengar Ahmed, aku memang bukan teman yang baik, meniduri kekasih sahabatnya sendiri. Aku sadar aku brengsek, tapi dia yang melemparkan dirinya kepada ku. Lalu kau? Kau tahu Iqis itu gadis baik baik, tapi kau lempar dia ke dalam permainan mu, seandainya dia dengan sukarela melakukan hal tersebut aku tak akan apa apa, tapi dia akan manjadi korban semakin terluka Med," ujar Tom panjang lebar, laki laki itu menampakkan wajah kecewa sekaligus rasa bersalahnya. "Dengar jika kau kecewa dan marah pada kami, lakukan kepada kami bukan Iqis."
"Apa tujuan mu mengatakan hal ini semua? Apa kau memiliki perasaan kepada Iqis?" Ahmed semakin sinis memandang ke arah Tom, kebenciannya semakin bertambah.
"Kalau aku katakan iya kenapa? Apa kau akan marah, jujur aku mengagumi Iqis," ujar Tom dengan penekanan. Mendengar hal tersebut semakin membuat Ahmed menggeram kesal. Ahmed berdiri ingin menghadiahi Tom sebuah bogem mentah, namun seseorang terlebih dahulu memberikannya bogem mentah.
"Awh..." Ahmed mengeluh memegangi rahangnya. "Kau..."
Ahmed terkejut bukan main ketika melihat Tate beserta Bilqis telah berdiri di hadapannya. Ahmed ingin berdiri namun hendak di hadiahi bogem mentah lagi dengan Tate, jika saja Tom tak menghalangi Tate.
"Dengar kami akan membatalkan perjodohan kalian berdua, dan aku tak akan membiarkan mu berada di sekitar Bilqis," ujar Tate segera memandang nyalang kepada Ahmed. Bagaimana tidak Tate sangat kecewa dengan Ahmed mendengar seluruh pembicaraan antara Ahmed dan Tom, terdengar jelas bahwa Ahmed tak membantah sedikitpun ucapan Tom dan terkesan membenarkannya.
Ahmed mengalihkan pandangannya ke arah Bilqis, gadis itu tampak mengalihkan pandangannya dengan air mata yang telah menetes di pipinya. Ahmed tak tahu rasa apa yang dimiliki kepada Bilqis, namun melihat gadis itu menangis, sungguh hati Ahmed ikut sakit. Terlebih itu karena dirinya.
"Iqis kakak..." Ahmed berusaha menjelaskan kepada Bilqis namun Bilqis terlebih dahulu memotong ucapannya.
"Sudah lah kak, mungkin kita tak berjodoh," ujar Bilqis menarik tangan Tate. Bilqis sudah tidak sanggup berada di tempat tersebut, entah kenapa hanya menatap Ahmed membuatnya sungguh kecewa.
Ahmed berdiri dan memandang ke arah Tom. "Ini semua karena kau," ujar Ahmed menunjuk ke arah Tom dengan pandangan kesal.
"Apa? Aku hanya tak ingin kau melampiaskannya kepada Iqis, lihat jika sekarang saja Iqis begitu terlihat kecewa dan sedih, bagaimana dengan jika dia mengetahui nya setelah kalian menikah?" Tom memandang seakan tak percaya kepada Ahmed. "Dengar aku memang breng*sek, tapi aku tak pernah menyesatkan gadis baik baik, asal kau tahu mantan mu itu yang melemparkan dirinya ketempat tidur ku, bukan aku yang merayunya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
lina
lanjut anna
2022-02-03
0
quinymom
tenang memed dulu juga emak bapakmu kaya begitu perjodohannya di batalin.. 😂 tapi ujung"y Kawin juga.. sabar memed ini ujian🤣
2022-02-02
0
Lili Suryani Yahya
Yaaaaa Ujian cinta Ahmed lagiii
2022-02-02
0