Keluarga Lyansi baru saja sampai di kediaman mereka, segera masuk ke dalam kamar mereka masing masing, membersihkan diri baru kemudian beristirahat. Brayen duduk di sofa sembari menunggu Juwita selesai membersihkan dirinya. Laki laki yang sudah mencapai enam puluh tahun tersebut terus memandang ke arah jendela. Perasaan khawatir terus menghampiri dirinya kala membiarkan anak perempuannya pergi bersama dengan Ahmed. Bukan tak percaya, namun dirinya tak pernah membiarkan anak bungsunya itu keluar hingga larut malam. Banyak hal yang menghantui dirinya, entah itu kejadian yang terduga dan lain lain.
Juwita keluar dari kamar mandi menyaksikan suaminya tengah termenung duduk di sofa, pandangannya lurus ke arah jendela. Juwita tahu betul kekhawatiran suaminya. Juwita segera mendekat ke arah suaminya dan memeluknya dari belakang. "Tidak apa apa, itu adalah Ahmed, jika bukan dirinya maka aku juga tidak akan membiarkan mereka."
Brayen memandang lekat ke arah Juwita, seulas senyum membingkai di wajahnya. Wanita cantik ini lah yang merupakan penenang dirinya kala bersedih. Brayen mengecup singkat bibir Juwita. "Terimakasih you are my best ever."
"You are welcome," Juwita segera melepaskan pelukannya, dan berjalan memutari kursi, agar dapat duduk di samping sang suami. "Kita duduk di sini sambil nunggu mereka pulang?"
"Hm..."
Juwita ikut duduk di samping Brayen, dengan Brayen bersandar di bahu Juwita. Brayen masuk ke dalam pelukan Juwita, sementara Juwita merebahkan dirinya, dengan menggunakan bantalan kursi sebagai alas kepalanya. Memang aneh dan terbalik memang, namun itulah mereka. Brayen yang manja, dan Juwita yang lebih dewasa. Brayen dengan segala bentuk kekhawatirannya sementara Juwita dengan segala kemampuannya mampu membuat Brayen tenang. Sesekali Juwita mengecup puncak kepala Brayen, sesekali Brayen menengadah ke arah Juwita dengan bibir ia kerucutkan meminta untuk di kecup. Mereka berbincang hangat sembari menunggu kepulangan anak bungsu mereka.
......................
Semetara itu wanita yang tengah di khawatirkan kini tengah asyik berbelanja, membeli berbagai aksesoris, bunga dan kertas cellophane. Ahmed tampak sabar membantu Bilqis membawa beberapa kantung belanja. Mereka berjalan menuju parkiran mobil mereka. Namun lagi lagi suara yang tak ingin Ahmed dengar, lagi lagi menggema di gendang telinganya.
"Sayang kamu beneran balik sama dia?" wanita itu tampak masih sangat berusaha keras. Melihat Ahmed tak memperhatikannya membuta wanita berdecik kesal. "Sayang dengar aku ga sih?"
"Apa sih?" Ahmed malas meladeni wanita itu, segera menepis tangan wanita itu, dan membukakan Bilqis pintu, agar segera masuk.
^^^Wah... kan jadi tumbal hidup aku nya. Bilqis.^^^
Meskipun hatinya protes namun saat ini ia tak punya pilihan lain selain menurut, kepalang tanggung pasalnya tadi saat di dalam mall dirinya telah mengaku sebagai calon istri dari laki laki yang sedang bertengkar dengan seorang wanita dengan pakaian kurang bahan, tampak kesana dan kenari.
Bilqis hanya mampu memutar bola matanya malas, malas ketika melihat pakaian gadis itu, maupun mendengar rengekan nya. Jika saja ada Tate disini mungkin kakaknya itu akan mengganti Runner up wanita termanja darinya.
"Kamu cuman bercanda kan sama dia? Cuman mau balas sakit hati aku aja kan?" wanita itu membuat Ahmed berdecak kesal, karena kepercayaan dirinya.
"Ck..."
Ahmed kembali membuka pintu mobil dan menarik kepala Bilqis Untu menjulur keluar. Bilqis menurut saja, toh mau tak mau ia tetap harus ikut drama mereka berdua, jika ia menolak maka sama saja dengan memperlambat kepulangan mereka, jelas Bilqis tak mau, ia harus bangun pagi demi menyelesaikan tugas akhirnya.
Ahmed kemudian menarik tengkuk Bilqis, me*lu*mat bibir gadis itu m. Mata Bilqis terbelalak, serangan dadakan ini membuat seketika tubuh Bilqis meremang dan membeku, jantung Bilqis berdetak hingga dua kali lipat. Gadis itu dapat merasakan sapuan lembut bibir Ahmed, dan beberapa gigitan manis di sana.
^^^Si*al manis sekali, aku tak mau berhenti. Ahmed.^^^
Ahmed mengumpat dari banyak bibir ia rasakan, ini merupakan yang termanis, entah kenapa tanpa Ahmed sadari ia menarik tengkuk Bilqis lebih dalam agar memperdalam ci*uman mereka.
^^^Apa ini? Sangat lembut, bagaimana ini? Aku tak tahu, aduh drama Korea kenapa aku setegang ini? Bilqis^^^
Bilqis yang tak tahu harus berbuat apa segera menutup matanya dengan erat. Ahmed sedikit mengintip dan tersenyum kala mengetahui Bilqis menutup matanya.
Melihat kemesraan antara Ahmed dan Bilqis ?membuat wanita itu merasa seolah hanya seorang figuran yang tanpa sengaja menyaksikan kemesraan mereka. Ia tak di anggap itulah faktanya, bahkan ketika melihat Ahmed semakin menundukkan kepalanya dan menarik Bilqis mendekat, membuat wanita itu sangat kesal. Wanita itu segera pergi meninggalkan mereka berdua.
"Dasar anak muda sekarang tidak tahu tempat," ujar salah satu pengunjung ketika melewati mereka.
Keduanya tersadar segera melepas tau*tan bibir mereka. Nafas mereka terengah engah, Ahmed bergegas menuju pintu yang satunya lagi, sementara Bilqis segera menutup pintu mobil. Ahmed melirik sejenak melirik ke arah Bilqis yang menampakkan wajah memerahnya. Sungguh sebenarnya wajah Ahmed juga tengah memerah, namun sebisa mungkin ia tutupi.
"Hm... manis," ujar Ahmed menutupi kegugupannya. "Ayo sayang, mantan bergonggong calon manten tetap berlalu."
Celoteh Ahmed mencoba menekan rasa gugupnya, sungguh ia tadi hanya ingin mengerjai mantan pacarnya namun ini sungguh di luar bayangannya, dirinya menikmati pa*ngu*tan itu.
Mobil tersebut ia lajukan keluar dari area mall, Ahmed sesekali melirik ke arah Bilqis yang menutupi wajahnya karena malu, hal itu membuat Ahmed lucu sendiri melihatnya.
"Sudah ah jangan malu malu gitu, iya tu gadis perawan," goda Ahmed yang sebenarnya juga mencoba untuk menekan detak jantungnya.
"Kakak apa apaan sih?! for your information itu my first kiss..." ujar Bilqis kesal, dan malu sendiri. Malu karena menikmati serangan tiba tiba dari Ahmed. Malu karena terbuai dengan ciu*man lembut Ahmed.
"Wah dapat yang masih ori dong," kelakar Ahmed menggoda Bilqis. Entah kenapa ketika Bilqis mengatakan hal tersebut sudut hatinya menghangat. Ada rasa bahagia karena mengetahui dirinya yang pertama.
^^^Efek gue selalu dapat bekas kali ya? Ahmed bergumam di dalam hatinya. Menerka hatinya sendiri.^^^
"Kakak...." Bilqis merengek meminta Ahmed untuk berhenti menggodanya.
"Iya..." ujar Ahmed menarik salah satu sudut bibirnya. "Udah cup cup jangan nangis sama calon suami sendiri kok," namun Ahmed tetaplah Ahmed, jika sudah begini Ahmed rasanya tidak bisa berhenti menggoda Bilqis. Bukan cuman hanya sekedar menggoda Bilqis namun dirinya ingin mengalihkan perasaan nya.
"Tapi kan baru calon," sangga Bilqis mengalihkan pandangannya ke arah lain, agar Ahmed tidak melihat betapa merahnya wajahnya saat ini.
"Sama aja," ujar Ahmed terkekeh geli. "Ini sudah sampai, jangan terbayang ya," Ahmed kembali menggoda gadis tersebut, hingga menimbulkan rengekan dari bibir mungil gadis tersebut.
"Kakak...."
"Ya sudah sampai jumpa besok calon istri," Ahmed kembali menggoda Bilqis saat gadis itu hendak membuka pintu mobil.
"Weeee," Bilqis menjulurkan lidahnya mengejek Ahmed yang terus menggodanya.
"Ih ga sopan, ayo cium tangan," Ahmed justru terkejut dan memberikan tangannya untuk di salimi oleh Bilqis.
"Ga mau ah kak..." tolak Bilqis menampar punggung tangan Ahmed.
"Ih dosa loh," Ahmed mencoba menakut nakuti Bilqis.
"Apaan sama calon doang kok, belum jadi suami," ujar Bilqis membela diri.
"Tapi kakak lebih tua loh..." kembali lagi Ahmed mencoba menakut nakuti Bilqis.
"Iya, iya," akhirnya mau tidak mau Bilqis menerima uluran tangan Ahmed, dan mencium punggung tangan Ahmed.
"Assalamualaikum..." ujar Bilqis akhirnya keluar dari mobil Ahmed. Namun jawaban Ahmed membuat Bilqis memutar bola matanya dengan malas.
"Walaikum sayang," jawab Ahmed masih dengan mode menggoda Bilqis.
"Alay..." ejek Bilqis menutup pintu mobil Ahmed dengan sedikit keras.
"Alay alay gini calon suami kamu loh," Ahmed mengeluarkan kepalanya dari dalam mobil.
"Serah, capek Iqis, besok jam setengah sembilan ingat, Iqis mau penyerahan," ujar Bilqis hendak mengakhiri perbincangan mereka.
"Cih memangnya aku supir mu?" Ahmed berdecik mendengar penuturan Bilqis.
"Kan calon suami," ujar Bilqis tersenyum tanpa merasa bersalah.
"Sudah bisa godain kakak ya?" Ahmed kembali hendak menggoda Bilqis.
"Iya dong emang kakak doang yang bisa," ujar Bilqis memutar matanya dengan malas.
"Cie yang mau balas kakak," Ahmed mengulurkan tangannya menoel tangan Bilqis.
"Ga usah pegang pegang, masih trauma nih," Bilqis menampar tangan Ahmed yang mencolek dirinya. "Emangnya aku sabun colek apa? Yang di colek sedikit langsung meleleh."
"Aduh trauma, tapi besok nagih," seolah sebuah kesenangan Ahmed memang tak henti hentinya menggoda Bilqis.
"Sableng..." desis Bilqis memajukan mencebikkan bibirnya, pasalnya Ahmed tak henti hentinya menggoda dirinya.
"Cie sematan baru," kembali Ahmed menggoda Bilqis, membuat gadis itu tambah kesal.
"Apa sih kak, dah ah. Bay!!! Hati hati," Bilqis mencoba mengusir Ahmed, Bilqis lelah jika terus menjadi bulan bulanan Ahmed.
"Kan semangat kalau calon istri..."
"Kak!!!" Bilqis akhirnya berteriak kesal ke arah Ahmed, memotong ucapan Ahmed yang pastinya akan membuatnya semakin kesal.
"Ya udah bay..." Ahmed akhirnya melajukan kembali mobilnya ke arah rumahnya. Sementara Bilqis segera masuk kembali ke kediamannya.
Juwita yang melihat Bilqis berjalan ke pintu utama segera mengusap lembut punggung suaminya, totalnya suaminya telah tertidur nyenyak. Untung saja Juwita tak lebih besar atau lebih kuat saja Juwita. Mungkin wanita itu akan mengangkat tubuh Brayen ke tempat tidur, tapi sayangnya kekuatan Juwita hanya sebatas mampu menenangkan sang suami, membuatnya tertidur nyenyak di dalam pelukannya.
"Sayang... yang, bangun," Juwita menepuk pelan pipi Brayen.
Brayen mengerjapkan matanya memandang istrinya. "Kenapa hum?" Brayen semakin mengeratkan pelukannya.
"Ayo pindah Iqis udah pulang barusan," ujar Juwita mengusap lembut wajah suaminya.
"Oh sudah ya? Ya udah ayo pindah," ujar Brayen segera bangun dari tidurnya, Brayen berjalan ke arah tempat tidur di susul oleh Juwita.
"Sekarang jam berapa?" Brayen memandang sayu ke arah istrinya.
"Jam setengah sebelas," ujar Juwita mulai menyelimuti tubuh mereka.
"Good night my wife. Sorry for the mistake I made today," ucapan Brayen mesra mengecup bibir Juwita.
(Selamat malam istri ku. Maaf atas kesalahan yang ku perbuat hari ini)
"I'm also sorry for the mistakes I made today," Juwita menjawab dengan tak kalah mesra.
(Aku juga minta maaf atas kesalahan yang ku lakukan hari ini)
Ucapan yang rutin yang akan mereka sebutkan setiap malam, sebelum mereka terlelap. Saling berpelukan dan berbagi kehangatan satu sama lain, kemesraan mereka tak luntur setelah mereka menikah, bahkan lebih mesra dari sebelumnya.
Sementara di lantai atas Atlas baru akan beranjak untuk terlelap setelah memastikan kepulangan adik bungsunya. Atlas yang sejak tadi menunggu kepulangan adiknya di balkon kamarnya sembari memainkan tabletnya, Atlas yang sudah menyelesaikan pekerjaan nya hari ini memilih untuk menonton film bergenre action. Atlas memang terlihat lebih tenang dan dewasa, namun sesungguhnya Atlas selalu memperhatikan seluruh keluarganya, menyimpan banyak kekhawatiran untuk setiap adik adiknya.
Tate? Laki laki itu kini tengah duduk sembari sesekali mengintip ke arah luar dengan jendela, menanti kepulangan sang adik. Seberapa pun jahilnya laki laki itu, namun ia tetap menjaga dan menyayangi adiknya dengan caranya sendiri. Hingga akhirnya mendengar Tate mendengar suara teriakan Bilqis yang menggema kesal ke arah lawan bicaranya yang Tate yakini itu adalah Ahmed.
Tate akhirnya berlari duduk di kursi keluarga memutar siaran televisi yang sebenarnya tidak terlalu di minati nya. Saat mendengar ketukan pintu Tate segera membuka pintu tersebut. "Eh sudah pulang? Bagaimana?"
"Bagaimana apa nya kak? Mami sama Papi mana?" Bilqis tampak enggan menjawab pertanyaan dari kakaknya. Tenaganya sudah terkuras habis dengan tindakan dari Ahmed hari ini, di tambah dirinya harus bersabar dengan Ahmed yang selalu menggodanya.
"Olah raga," ujar Tate santai, mengembalikan fokusnya ke arah televisi.
"Hah? Olah raga apa?" Bilqis mengerutkan keningnya, gadis itu benar benar mengartikan dengan maksud sebenar benarnya.
"Sudah lah sana, jangan banyak tanya..."
^^^Kenapa aku bisa melupakan bahwa adik ku sepolos kertas karton yang belum di coret? Tate.^^^
Tate mendesah kesal dengan hal tersebut, bagaimana dirinya lupa dengan kepolosan adik bungsunya, tentu saja olahraga yang di maksudkan oleh Tate berbeda dengan yang di maksudkan oleh Bilqis.
"Apaan sih kak? Ga jelas banget, lagian ngapain coba kakak nonton di sini ga di kamar kakak?" Bilqis memandang bingung ke arah Tate.
"Biarin kakak gini biar mudah ngambil makanannya," ujar Tate beralasan, padahal dirinya hanya ingin menunggu kepulangan adiknya.
......................
Baru saja Ahmed sampai di rumahnya, dirinya telah di sambut kedua orang tuanya. Mereka memandang Ahmed dengan pandangan yang sulit di artikan, Ahmed memutar bola matanya, malas melihat tingkah kedua orang tuanya.
"Kenapa?" Ahmed bertanya dengan malas.
"Bagaiman?" Chandra bertanya dengan antusias.
"Iya bagaimana?" Aliya ikut bertanya antusias.
"Apanya yang bagaimana?" Ahmed mengerutkan keningnya bingung dengan maksud kedua orang tuanya.
"Kencan, kencannya malam ini?" Chandra memajukan tubuhnya sedikit gemas dengan tingkah anaknya.
"Oh... itu sih..." Ahmed sengaja melirik wajah kedua orangtuanya sekilas, tampak berfikir. "Hm...."
"Med'i Jaenudi..." Aliya dan Chandra serentak berteriak memanggil nama plesetan anaknya.
Ahmed terkekeh melihat kekesalan kedua orang tuanya, kemudian mendekat. "Penasaran ya? Pingin tau ya? Yah kepo," ujar Ahmed menggoda kedua orangtuanya.
"Med'i jangan durhaka ya sama orang tua," kesal Aliya kepada anak sulungnya.
"Iya karena Ahmed yang ganteng poll ini baik hati, dan tidak mau durhaka, karena lebih tampan dari papanya, maka Ahmed akan mengatakannya. Kalau malam itu muaanisss poll," ujar Ahmed segera berlari ke lantai dua, menuju kamarnya, meninggalakan Aliya dan Chandra yang masih bingung dengan maksud Ahmed.
"Med'i... Junaedi!!! Turun sekarang, manis apa nya yang manis..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Wina Yuliani Nurfatonah
aduhhh gustiiii kalakuan bp sama anak sama sama sableng lgsg sosor aja😘😘
jd inget kelakuan chandra br ketemu udh bikin mobil bergoyang
2022-01-06
1
Ika Sartika
next
2022-01-06
1
Ju Ana
bibir nya yang manis
2022-01-05
2