Anisa hari ini patut bersyukur, pasalnya bos galaknya sudah tida memberikan tugas menumpuk dengan deadline yang mepet. Setidaknya dirinya mampu makan siang dengan tenang, meskipun sudah tidak bisa lagi di sebut dengan makan siang. Pasalnya saat ini sudah menunjukkan jam dua siang, lewat tiga puluh menit.
Anisa melihat makanan yang di bawakan Tate, ia akan kembali menyisahkan untuk kakak dan sahabatnya. Anisa tersenyum kemudian melanjutkan makan siang tertundanya.
Setelah makan siang, Anisa berencana untuk mengantar laporan, ia tidak terlambat. Sisa waktunya masih ada lima belas menit lagi. Setidaknya Anisa telah mengisi perutnya, agar kuat menghadapi bosnya yang super duper galak dan judes kepadanya.
^^^Kampung tengah aman? Siap, sudah super siap menghadapi iblis kulkas dua pintu. Anisa.^^^
Anisa berjalan dengan penuh semangat, segera mengetuk pintu ruangan bosnya dengan perasaan was was. Is sudah siap dengan segala kejudesan bosnya. Ia telah siap dengan segala tekanan tugas kembali dari bosnya.
"Masuk," ujar Atlas dari arah dalam. Anisa masuk dengan perasaan was was.
"Em... Ini pak, laporannya sudah saya cek semua, saya rapikan juga pak. Ada lagi tugas saya?" Anisa memandang ke arah Atlas dengan senyum jargon pasta gigi yang di paksakan.
"Hm, tidak ada. Terimakasih, kembali ke ruangan kamu," ujar Atlas mengangguk, dan sedikit tersenyum ke arah Anisa.
Anisa memicing matanya dengan curiga, Anisa memandang lekat wajah Atlas mencoba membaca pikiran laki laki itu.
^^^Habis makan baigon ni orang? Berapa banyak ya? Atau otaknya keseleo gara gara kebanyakan mikir? Atau mabuk es batu? Anisa.^^^
"Apa lagi yang mau di tunggu? Mau saya berikan tugas yang banyak lagi?" Atlas Memandang ke arah Anisa dengan pandangan curiga.
"Ah, eh ga usah pak, jangan... Eh, iya pak baik," Anisa terkejut menjadi gugup sendiri.
^^^Mampus tugas dadak lagi ini mah, sudah kayak kuis aja. Kenapa ga sekalian jadi dosen sih pak? Anisa.^^^
"Kamu ngumpat saya?" Atlas memicingkan matanya memandang ke arah Anisa.
"Iya pak, eh maksud saya engga pak, ga super deh pak," ujar Anisa gelagapan. "Ya sudah saya keluar dulu ya pak."
Anisa tersenyum akhirnya ia bisa juga istirahat setelah menyelesaikan semua tugas nya. Anisa sesekali menghubungi sahabatnya hanya untuk mengetahui keadaan kakaknya .
Atlas yang penasaran akan cerita Tate tantang Anisa segera mengikuti Anisa yang pulang dengan menggunakan taksi online. Atlas mengerutkan keningnya kalau melihat rumah sederhana milik Anisa. Namun Atlas lebih dikejutkan ketika melihat seorang laki laki paruh baya dikejar oleh laki laki dengan perawakan tinggi, Atlas yakin laki laki itu berdarah campuran.
Laki laki itu tengah berusaha dipeluk oleh seorang wanita yang juga tampak seperti berdarah campuran. Anisa tampak turun dengan terburu buru, Anisa segera meminta laki laki paruh baya tersebut untuk kembali. Atlas segera turun dari dalam mobilnya. Beberapa warga telah berkumpul di sana, menyaksikan kejadian tersebut.
"Ada apa ini?" Atlas bingung sendiri di buatnya. Atlas juga bingung melihat Anisa yang matanya telah berkaca kaca. Anisa tampak meminta maaf kepada laki laki paruh baya tersebut.
"Pak akan saya pikirkan, setelah itu saya kabari, lebih baik saya masuk dulu," ujar wanita yang tampak seperti orang asing.
Wanita itu segera masuk membawa laki laki yang tadi tengah mengejar laki laki paruh baya tersebut. Tinggallah Anisa yang mengusap air matanya. "Saya minta maaf atas keributan tadi, tolong maklumi kakak saya, dia belum sembuh sepenuhnya."
Prang...
Suara benda jatuh terdengar jelas di telinga Anisa dan Atlas. Mereka segera menyusul ke dalam, tampaknya Anisa tak menyadari kehadiran Atlas yang mengikutinya.
"Linda kenapa?" Anisa panik segera mendekati Linda dengan tangan yang terluka, seperti habis di gigit.
"Ga apa apa, aku masuk dulu aku tenangin kak Atala dulu," ujar Linda segera memeluk Atala dan menggiringnya ke kamar, karena nampaknya ada tamu, dan tentunya itu tamu Anisa.
Anisa terduduk lemas, memeluk lututnya menangis tersedu sedu. Mengingat bagaimana tadi kakaknya mengamuk, ia juga merasa bersalah kepada warga dan juga pak RT yang tadi tengah bertamu. Anisa tahu pak RT hanya ingin memantau keadaan kakaknya. Meski kakaknya akan mengamuk jika melihat lelaki asing di rumahnya.
Anisa juga tak mampu menyalahkan kakaknya, itu semua terjadi akibat trauma yang kakaknya derita. Perselingkuhan mantan istrinya dulu menyebabkan kakaknya tak mau melihat ada laki laki lain di rumah mereka, terlebih jika berbicara dengan Linda, sahabatnya. Anisa juga tahu bahwa kakaknya memiliki perasaan kepada Linda, jadi ia juga hanya bisa mewajarkan tindakan posesif kakaknya terhadap Linda.
Atas merasa semakin bersalah, ia tak menyangka kedatangan pertama kalinya akan berjumpa kejadian seperti ini. Ia tak tahu harus berbuat apa jika berada di posisi Anisa, jika setiap kembali dari bekerja harus menghadapi hal seperti tadi. Belum lagi semala ini ia selalu membuat Anisa harus bekerja lebih berat karena kesalah pahaman mereka.
Atlas memberanikan diri untuk menyentuh memegang kedua pundak Anisa. Atlas mencoba menegakkan bahu Anisa, memberinya kekuatan.
"Pak?" Anisa terkejut melihat bos super galaknya di hadapannya. Anisa mencoba menegakkan tubuhnya.
Atlas tak berkata apa apa, laki laki itu mengusap air mata Anisa, dan memeluknya dengan erat. Atlas mengusap lembut punggung Anisa seolah memberi kekuatan kepada gadis tersebut, perlakuan itu membuat Anisa merasa di pedulikan. Tanpa terasa air matanya kembali menetes, ia menangis seolah menumpahkan segala kesedihannya, menumpahkan segala keluh kesahnya.
......................
Bilqis baru saja kembali dari rumah sakit bersama Ahmed. Bilqis tak ingin membiarkan Ahmed membawa mobil sendiri, jadi Bilqis berinisiatif mengantar Ahmed.
"Kak besok Iqis uang jemput ya," ujar Bilqis ketika mereka hendak turun.
"Ga usah Qis, kamu tunggu beberapa menit lagi kakak udah baikan kok, cuman minum obat aja," ujar Ahmed tersenyum.
"Tapi kak..." Bilqis hendak protes namun terlebih dahulu di hentikan oleh Ahmed.
"Udah ga ada tapi tapian," ujar Ahmed segera menarik Bilqis duduk. Ahmed merebahkan kepalanya di paha Bilqis. "Sebentar aja."
......................
Mobil yang di kendarai oleh Atlas dan Ahmed berhenti serentak di halaman keluarga Lyansi. Ahmed menyapa calon kakak iparnya yang tampak keluar dengan gaya cool miliknya.
"Baru pulang kak?" Ahmed tersenyum ke arah Atlas.
Atlas mengerutkan keningnya. "Tumben," ujar Atlas bingung, pasalnya selama ini Ahmed selalu memanggilnya dengan nama saja.
"Kan calon kakak ipar," ujar Ahmed terkekeh, menaik turunkan alisnya.
"Cih baru calon, bisa saja predikat kamu tergantikan dengan orang lain," ejek Atlas. Atlas tersenyum kala mengingat di rumah mereka Wira pasti sedang bersantai. Atlas membuka ponselnya dan mengirim pesan kepada Wira.
......Mangsa empuk di depan. Cepat sambut Iqis. Pesan terkirim ke ponsel seseorang.......
Tring...
Bunyi pesan masuk, membuat Wira segera melihat pengirimnya. Wira tersenyum kala membaca isi pesan tersebut, Wira mengembangkan senyum kala melihat pintu terbuka.
"Iqis! Kok baru pulang? Kan kakak capek nunggu kamu loh," ujar Wira memasang tampang cemberut.
"Loh kak, kan Iqis pergi foto sama dia kak," Bilqis tersenyum ke arah Wira, membuat Wira tersenyum kemenangan ke arah Ahmed.
Amed kesal, Ahmed memutar otaknya agar mereka tidak bersama. Terlebih menurut Ahmed mereka tidak punya hubungan sama sekali. "Ah... Qis kepala kakak," Ahmed memegang kepalanya berpura pura kembali pusing.
Bilqis segera menopang tubuh Ahmed membawanya ke sofa ruang keluarga agar lebih leluasa. Wira dan Atlas melihat hal tersebut hanya memutar bola matanya dengan malas.
^^^Modus, akting nya jelek, but it's ok lah. Atlas dan Wira.^^^
"Mbak tolong minyak kayu putih," ujar Bilqis khawatir. "Kan sudah aku bilang kak. Ga usah antar aku balik," ujar Bilqis memijat lembut kepala Ahmed.
"Khawatir Qis," gumam Ahmed dengan suara lemah.
"Iya tapi kalau gini lebih khawatir Iqis kak," ujar Bilqis mendengus. "Kakak istirahat dulu ya, tidur dulu, nanti biar maid yang buat jus jambu bijinya."
"Hm..." Ahmed hanya menjawab sekenanya. Ia memilih menenggelamkan kepalanya di perut rata Bilqis.
"Med udah Med, Jangan modusin Iqis," tegur Atlas yang jengah dengan sikap Ahmed.
"Ih kak, tadi kami dari rumah sakit tau, kak Ahmed beneran sakit kok. Cuman susah ngototan orang nya, coba tadi di rumah istirahat aja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
wen cavan
bang Ahmed mulai membuka hati nih kayaknya 😂🤭
2022-01-22
0
Ika Sartika
dasar bucin...😅😅😅
2022-01-22
0
Lili Suryani Yahya
😂😂😂😂😂, Ahmed ku syg😂😂
2022-01-22
1