perdebatan

Ahmed terbangun dari tidurnya, setelah tadi di tinggal orang tuanya dan orang tua Bilqis. Ahmed memandang wajah Bilqis yang tidur dengan nyenyak. Bilqis masih setia menjadikannya bantal guling, membuat Ahmed menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyuman samar. Ahmed sedikit mengangkat kepala Bilqis dan menelusup kan tangannya di bawah kepala Bilqis. Ahmed mendekap erat Bilqis, menambah kehangatan malam itu. Bunyi petir tiba tiba menggelegar, membuat suasana semakin dingin dan syahdu.

Jangan di tanya lagi, kedua pasangan tua yang tak tahu diri. Yang saat ini berada di kamar masing, kini terlelap. Sudah tak merasakan apa apa lagi, mereka tertidur pulas setelah melakukan aktifitas yang memang sudah sah untuk mereka.

"Cih empat orang orang tua tua keladi itu pasti sekarang tepat, lagian sudah tua juga. Tidak sadar umur apa," Ahmed mengumpat ketika melihat sekeliling menjadi gelap, lampu menjadi padam. Bilqis semakin mengeratkan pelukannya mencari kehangatan. Dan itu semakin membuat Ahmed kepanasan di tengah cuaca dingin. "Sabar Med... sabar oyen... si utih belum siap." Ahmed menutup matanya rapat mencoba menekan semua keinginannya.

......................

Juwita di bantu oleh Aliya mempersiapkan makan malam untuk semua penghuni rumah, malam itu Juwita tidak di bantu oleh Bilqis pasalnya Bilqis saat ini masih berada di alam mimpi.

Setelah semua telah selesai, ke empat orang tua tersebut memanggil penghuni rumah lainnya, baru kemudian ke kamar Bilqis. Terlihat Bilqis masih tertidur begitupun dengan Ahmed.

"Lah ini anak belum bangun?" Juwita menggeleng melihat Bilqis dan Ahmed yang masih terlelap.

"Iya pada nyenyak banget tidurnya," ucap Aliya dan buntutnya si curut yang mengekorinya sejak tadi, bak seekor anak itik yang mengekori induknya.

"Ayo bangunin makan malam dulu," ujar Brayen juga melihat kedua anak mereka dengan menggeleng, jika Bilqis itu sudah tidak heran lagi, pasalnya Bilqis jika tertidur memang membutuhkan waktu yang sangat lama. Namun ia tak tahu jika itu adalah Ahmed.

"Iya habis itu mau tidur ga apa apa deh," ujar Aliya mengangguk melihat anaknya yang tampak nyaman dipeluk oleh Bilqis.

"Iya Ahmed pulang ke rumah kalian kan?" Brayen mengalihkan pandangannya ke arah Chandra dan Aliya.

"Di sini aja," ujar Chandra santai.

"Ih anak ku masih ting ting ya," protes Brayen tak setuju akan ide Chandra.

"Iya tahu, lagian dia juga masih ting ting sampai menikah, tidur bareng juga kan kalian?" Chandra menunjuk Juwita dengan dagunya.

"Jangan sok tahu," elak Brayen membuat Juwita dan Aliya menggeleng.

"Idih, kau fikir aku tak tahu? Kau bahkan jarang kembali ke apartemen mu, semenjak mengenal Juwita, bahkan kalian sudah bulan madu duluan ke India," ejek Chandra mengingat bagaiman paniknya Brayen mencari Juwita yang tengah berlibur, dan akhirnya berakhir dengan berbulan madu bersama di India, dengan Maharajas'Express.

"Pelan nanti anak anak dengar," ujar Brayen mencoba meminta Chandra memelankan suaranya.

"Cih mau pencitraan? Sok takut ketahuan lagi," enak Chandra semakin membuat Aliya dan Juwita memutar bola matanya malas mendengarkan perdebatan yang pastinya akan panjang tersebut.

"Bukan begitu," ujar Brayen menggaruk kepalanya. Dirinya bahkan melarang anak anaknya berpacaran, namun jika anak anaknya tahu akan hal tersebut, mau di taruh di mana mukanya.

"Terus?" Chandra semakin mengejek Brayen.

"Itu ga baik. Kalau aku kan dulu bisa menahan diri, nah kalau Ahmed belum tentu bisa," ujar Brayen mencoba memberikan alasan yang dikira kira tepat.

"Bisa pasti aku jamin, kalau dia macam macam, besok langsung panggil penghulu," ujar Chandra meremehkan ucapan Brayen.

"Itu mau mu," kesal Brayen.

"Enak saja, bukan mau ku, tapi mau Ahmed," elak Chandra. "Lagian aku sudah punya belahan jiwa yang memberikan ku kepuasan di ranjang maupun di luar ranjang, untuk apa aku cari lagi."

^^^Aduh ini kenapa ribut terus sih? Aku kan mau lama lama dengan Iqis. Tapi ide papa bagus juga. Ahmed.^^^

"Aduh omongan kalian," akhirnya Juwita mencoba melerai keduanya.

"Ini benar Brayen, jangan sok jaim deh," ejek Chandra merasa di bela oleh Juwita.

"Siapa yang jaim, papi? Memang om dia jaim," tiba tiba Tate muncul dari arah belakang, tadinya Tate hendak turun untuk makan malam, sesuai dengan panggilan dari para orang tua, yang tadi sempat membuat anak muda malas untuk turun, takut mendengar suara gaib dari dua bilik kamar.

"Tate jangan suka ikut omongan orang tua," ujar Brayen melotot ke arah Tate.

"Ok bro ya gue tau kok kalau gue masih muda," ujar Tate menggoda Brayen.

"Tate..." ujar Chandra dan Brayen serentak, mereka tak terima di bilang tua oleh Tate, padahal mereka memang sudah tua, terutama Chandra yang sudah hampir memiliki cucu, pasalnya Aiyla anak keduanya saat ini tengah mengandung anak pertamanya.

"Ih om ikut ikutan papi, lagi dong, tante sana mami juga, tapi pakai irama ya," ujar Tate semakin menggoda Chandra dan Brayen. "Ayo latihan dulu ha...ha...ha...ha...hi...hi...hi...hi...hu...hu...hu...hu...hoooooooo."

"Tate nga sopan ya kamu, papi lempar pakai remot kamu," Brayen segera meraih remot AC yang berada di atas tempat tidur.

"Ih papi suka kdrt loh, dimarahi sama kak Seto baru tahu rasa," ujar Tate semakin menggoda Brayen. "Atau papi mau tahu gejrot ya?"

"Mi... anak kamu noh," ujar Brayen berteriak frustasi.

"Pi mami di sebelah," Juwita segera memandang ke arah suaminya. "Lagian kamu Tate sana jangan suka nga sopan ya Tate," ujar Juwita menasehati anak keduanya.

"Tau... mending video call_an sama si Dini ya ga papi?" Atlas tiba tiba muncul dan menggoda Tate.

"Nah iya sana kamu, atau mau langsung lamaran? Kan kalau duduk serentak di pelaminan jadi murah," ujar Brayen tersenyum merasa mendapat dukungan dari anak pertamanya.

"Kakak ngapain sih anak kos papi satu ini ikut ikutan," protes Tate yang malas jika kakaknya mengait ngaitkan dirinya dengan Dini, teman sesama selebgram nya.

"Tapi katanya ga cinta Pi, eh mau Atlas kenalin sama teman Atlas dia emosi, emosinya pakai banget malah," namun Atlas tetap terus menggoda adiknya membuat Tate mendelik kesal.

"Kakak Tate ga gitu loh," protes Tate merasa di pojokan.

"Masa? Mirip kelakuan seseorang nih, katanya ga cinta tapi kalau jauh kangen. Ga cinta apa gengsi?" Chandra kini ikut meledek Tate, namun juga menyinggung pasal asmara masalalu Brayen dan Juwita.

"Chandra itu aku beda cerita ya," protes Brayen membuat yang lain terkikik geli, sementara Juwita menggeleng.

"Sama aja, coba ga dipanas panasi pasti Juwita jadian sama polisi tampan itu kan?" Aliya kini ikut menyokong suaminya.

"Al jangan ikut ikutan, perdebatan laki laki kita diam saja," Juwita kini semakin pusing dengan perdebatan yang kemana mana.

"Kamu ga suka kan sama dia?" Brayen memandang istrinya dengan penuh pengharapan.

"Iya ga usah di dengarkan," ujar Juwita mengusap lembut pipi suaminya.

"Dia itu menjaga perasaan kamu," ujar Aliya semakin memanas manasi keadaan.

"Al jangan jadi kompor ya, aku ga mau minum obat encok," Juwita memberi peringatan kepada Aliya agar segera diam.

"Obat tulang bagus tu, biar kuat," Tate kini ikut berbicara meski belum nyambung ke arah mana pembicaraan mereka.

"Tate, Atlas ayo ke ruang makan dulu, ga baik dengar omongan ngelantur."

yu hu... novel othor sudah mau terbit nih tanggal 1 besok, jangan lupa pentingnya ya, di jamin endol surendol.

Terpopuler

Comments

Ika Sartika

Ika Sartika

next next next

2022-01-31

0

Rumini Parto Sentono

Rumini Parto Sentono

Ahmed benar benar modus nihh.... 😜😜

2022-01-31

0

Luluk Faidah

Luluk Faidah

next

2022-01-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!