My Secret Alora
Aku berada di fase paling insecure dalam hidupku.
...
Alora Febrianti, gadis manis berkulit putih, berambut panjang dan lengkap dengan tampilan kemeja polos di atas kaos dan celana jeans miliknya. Remaja yang menganggap dirinya tong kosong dan tidak memiliki kemampuan apapun, ia tidak pernah bisa menyadari bahwa dirinya sebenarnya cerdas, hanya saja pada tempat yang berbeda.
Gadis manis itu tampak duduk termenung di dalam bus yang sedang berjalan dengan earphone di kedua telinganya. Usianya 18 tahun yang artinya sebentar lagi ia akan lulus dari SMA, namun berada di kelas 12 walaupun sudah tidak ada lagi Ujian Nasional juga tidak bisa sesantai itu. Ia harus mulai mempersiapkan ke mana ia akan menjatuhkan langkahnya, karena dunia tanpa nama ini terus berlalu dan hanya menyisakan luka.
Bus berhenti di halte dekat rumahnya, Alora turun lalu mendapati sesosok ceria yang sedang melambai ke arahnya sembari menunjukkan sederet gigi yang tersusun rapi di balik bibir manisnya.
"Aloraaa, loe udah sampai?" Sapa gadis bernama Aprilia Riski yang saat ini sudah merangkul Alora yang hanya terdiam di tempatnya.
"Gua kangen banget, akhirnya loe balik ke sini" sambung gadis cantik itu dengan senyum cerahnya.
Alora, si gadis cuek itu hanya membalas dengan menepuk pelan punggung Lia sebanyak tiga kali lalu melepaskan diri dari pelukan sahabatnya itu. "Gua capek ayo pulang!" Ucap Alora setelah menghela berat nafasnya.
Sesampainya di rumah, tanpa sengaja ia melirik pemuda yang baru pertama kali ia lihat di lingkungannya namun tampak tidak asing. Pemuda tinggi itu hanya lewat dengan sepedanya.
"Tuh cowo baru pindah minggu lalu, pas loe masih di tempat nenek loe. Tapi kalo di lihat-lihat, itu cowo ganteng banget pengen gua bungkus bawa pulang" seperti biasa Lia dengan sifat cerewetnya.
"Bungkus apaan? Anak orang tuh bukan barang!" Sahut Alora dengan wajah datarnya, namun masih menatap pemuda itu.
Dan seperti biasa juga rumah ini tetap sepi tiap kali ia pulang, ibu dan Ayahnya sibuk bekerja dan mencari kerjaan lain di saat senggang. "Andai aku dari keluarga kaya apa hidupku akan berbeda?" Batin Alora bertanya dengan bola mata agak berkaca ia menatap rumah kosong di depannya.
Terdengar teriakan Lia yang sedari tadi sudah masuk ke dalam rumah "Loraaa cepetan masuk, loe gimana sih ini rumah loe apa rumah gua masa harus kusuruh masuk dulu. Buruan udah gua siapin makan nih, tadi emak gua masak banyak"
Alora langsung memasuki rumahnya lalu menuju meja makan, "tenggorokan loe gak kering teriak panjang lebar gitu?"
"Santai, gua udah biasa kok, yuk makan loe pasti lapar" Lia menyiapkan piring lalu menaruh beberapa makanan yang sudah tertata untuk dimakan. Alora pun mengambil makanan dan ikut makan.
Pagi harinya gadis manis berambut panjang, Alora berjalan sekitar 20 menit menuju sekolah. Setelah sebulan cuti karena tidak mampu bayar uang SPP ia diskors dan terpaksa pulang ke rumah neneknya untuk bekerja. Jalan dari rumahnya ke sekolah agak sepi dari kendaraan, makanya gadis itu lebih memilih jalan kaki sekaligus ia bisa menghemat uang jajan yang bahkan tidak ia miliki.
Seperti sekolah pada umumnya, kelas pagi akhirnya dimulai saat guru yang bertugas datang. Namun saat tengah pelajaran, tiba saja bu Indah wali kelas 12 IPS 1 memanggil Alora untuk datang ke kantor guru.
Di kantor guru, tampak bu Indah menatap gadis yang duduk dengan kepala tertunduk di depannya itu serius. Bel istirahat sudah berbunyi namun bu Indah masih menatap Alora tanpa sepatah katapun dan malah memeluk gadis itu.
"Kenapa kamu gak bilang ke ibu uang semester dari semester lalu menunggak? Kalo gini caranya kamu gak akan bisa lulus dan dapat ijazah" Kata bu Indah lembut lalu melepas peluknya dari gadis itu.
Akhirnya Alora menatap wali kelasnya dan berkata "saya memutuskan untuk putus sekolah bu!" Tampak kedua bola matanya berkaca.
"Apa? Kamu ngomong apa? Saya tidak setuju, tenang saja uang semester nanti biar saya yang bayar asal kamu jangan putus sekolah. Ini udah semester terakhir dan ibu selalu bilang kalau kamu ada masalah dan butuh bantuan ibu, bilang Alora!" Kata wanita paruh baya itu emosional.
"Tapi saya..." kata Alora terpotong, "saya enggak mau tau, pokoknya kamu harus sekolah yang rajin, saya yakin hidup kamu pasti bisa berubah, ayo kita dapatkan beasiswa supaya kamu bisa kuliah ya" sambung bu Indah.
"walau sebenarnya aku gak tau aku sanggup kuliah atau enggak" batin gadis itu dengan tatap sendu.
"Terimakasih banyak buk, saya banyak berhutang budi sama ibu" kepala gadis itu kembali tertunduk menyembunyikan kesedihannya dan bu Indah menepuk bahu gadis itu.
"Kalo begitu saya permisi bu" Alora bangkit dari kursinya menuju pintu lalu mendapati seorang pemuda yang berdiri di depan daun pintu menatapnya, membuat sejenak langkahnya terhenti saat manik mata mereka bertemu, lalu melanjutkan langkahnya keluar dari ruang itu. Pemuda tampan dan tinggi itu meletakkan buku yang di bawanya di meja pak Wahyu lalu keluar dari kantor guru.
Alora kembali ke kelas dan tampak sedang duduk lalu merebahkan kepalanya di atas meja tepat beberapa detik sebelum Lia berteriak memanggil "Aloraa ayo makan! Gua udah beliin buat loe juga ni" gadis cantik itu mendekat lalu duduk di sisi Alora.
Andrean Erland, pemuda itu mendapati gadis yang ia tatap di kantor guru tadi dan menghentikan langkahnya di belakang daun pintu kelas.
"Lora, bu Indah bilang apa sih kok lama banget? Kenapa, ada masalah ya?" Tanya Lia sembari mengunyah roti dalam mulutnya.
"Enggak ada apa-apa, loe enggak usah khawatir" jawab Alora tenang namun tatap matanya seakan berkata sebaliknya.
"Oya nanti siang gua harus ikut les, loe gak apa kan pulang sendiri?" Tanya Lia.
"Gak apa kok! Emang gua anak kecil apa? Gua enggak manja kayak loe!" Sahut gadis bermulut dingin itu.
"Dasar manusia berhati dingin! Coba aja loe bukan sahabat gua, udah gua gebukin!" Dengan kedua kepal tangannya meninju udara ke arah gadis di sampingnya.
"Coba aja!" Alora dengan tampang ledeknya. Namun Lia malah menertawakan Alora lalu mencubit pipi gadis itu.
"Aw sakit tau!" Desah Alora melepas tangan Lia dari pipinya. "Senyum kek! Ketawa kek! Apa kek! Sini biar gua ajarin senyum" Lia mengangkat kedua tangannya ke arah sahabatnya itu bersiap mencubit pipi Alora lagi.
Di sisi lain, Andre hanya menatap kedua gadis itu mengobrol lalu pergi.
Sepulang sekolah, pemuda tinggi dengan wajah sempurna dan ia juga berasal dari keluarga kaya, siapa lagi kalau bukan Andre, kerap kali para gadis berkerumun di gerbang sekolah hanya untuk melihat Andre lewat hingga naik ke mobil jemputannya.
Tak terkecuali hari ini, lokasi gerbang sekolah sudah tampak layaknya red carpet tempat idol korea masuk ke event award. Para gadis sedang bersiap, ada yang sudah siap dengan camera iphone-nya untuk mengambil gambar, ada yang masih mengoles liptint agar terlihat cantik, ada yang merapikan rambut, bahkan ada yang salah tingkah hanya karena Andre tidak sengaja melempar tatap ke arah mereka.
Saat ini Andre sedang menunggu jemputan di depan gerbang sekolah, tetapi ia merasa tidak nyaman berdiri di sana karena jadi pusat perhatian, ia memutuskan untuk pergi ke halte bus.
Di halte tampak gadis berambut panjang duduk di sana, namun posisinya gadis itu meletakkan kepala di atas lututnya dengan kedua tangan menutupi wajahnya. Andre duduk di bangku halte satu meter dari gadis itu. Terdengar isak tangis dari gadis yang memakai seragam sekolah yang sama dengannya itu membuat pemuda itu menatap punggung gadis itu tepat setelah mobil jemputan datang dan ia harus pergi.
Gadis itu menegakkan kepalanya setelah mobil menjauh, dan ternyata itu Alora yang menyeka air matanya lalu bangkit melangkah pulang. Di sisi lain Andre membalikkan tubuhnya yang sudah berada di dalam mobil karena penasaran, ia menatap gadis yang ia lihat di halte melangkah pelan ke arah yang sama dengan mobilnya yang perlahan menjauh.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Muhammad Alwi
mlipir nie besty moga cerita nya bagus...
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
2022-08-13
1