GELANG GIOK BERUKIR NAGA

GELANG GIOK BERUKIR NAGA

Chapter 1: KEBAKARAN PASAR GOMBRANG

    Hari itu Minggu, bulan Mei, siang hari pukul dua belas. Matahari bersinar terang, panas sangat terik, terasa sekali menyengat kepala. Pasar Gombrang kebakaran.

    "Kebakaran ...!" teriak seorang laki-laki pedagang Pasar Gombrang. Ia berlari keluar, kebingungan.

    "Kebakaran ...!" teriak perempuan yang menyusul laki-laki tadi. Ia juga lari kebingungan.

    "Kebakaran ...! Kebakaran ...! Kebakaran ...!" teriak orang-orang yang ada di Pasar Gombrang semakin ramai.

    Siang itu Pasar Gombrang dilalap si jago merah. Orang-orang berlarian. Ada yang langsung mengambil air dengan ember, menyiramkan air ke sumber api. Api berasal dari tengah pasar, katanya dari kompor bakul mi ayam yang meledak. Yang jualan mi ayam namanya Pak Samin. Saat itu Pak Samin pergi, sementara kompor di gerobak mi ayam masih menyala. Entah janggal, atau keterlaluan, mau pergi kok menyalakan kompor. Akhirnya kompor itu meledak, api menjalar sangat cepat, karena Pak Samin berjualan di bagian tengah, yang sebenarnya itu kios-kios untuk pedagang pakaian. Tentu api dengan mudah melalap dagangan di sebelahnya. Sementara, kios pakaian membuat gerobok tempat penyimpanan dari papan kayu yang mudah terbakar.

    Beberapa pedagang berlari menyelamatkan diri. Ada yang membopong barang dagangannya, ada pula yang menyelamatkan anaknya. Ada yang hanya sempat menyelamatkan kotak uang, tetapi juga ada yang tidak sempat membawa apa-apa. Api cepat membesar dan merambat ke seluruh kios di pasar. Usaha orang-orang untuk menyiram dengan air tidak sanggup mengalahkan besarnya kobaran api.

    "Anakku ..., tolooong ...! Anakku ..., tolooong ...!" seorang perempuan menangis, selonjor di jalan sambil gedruk-gedruk, kakinya menendang-nendang, meronta-ronta, menjerit-jerit sejadi-jadinya. Tentu orang-orang langsung memerhatikan perempuan tersebut, yang ternyata Cik Lan, pedagang pakaian di los tengah.

    "Cik Lan, kenapa?" tanya seseorang yang masih sibuk ikut mengangkati air.

    "Belum tahu, anaknya kenapa?" jawab yang lain.

    "Koh Liem, itu istrimu, Cik Lan menangis kenapa ...?!" tanya orang yang lain.

    "Hah, ada apa .... Oe tak tanya dulu." jawab Koh Liem, suami Cik Lan, yang juga ikut mengankati ember air untuk menyiram api, katanya, "Hah, Lan, kamu orang menangis kenapa, ha ...?!"

    "Anak, Pah ..., anak kita, Pah ...!" kata Cik Lan.

    "Memang anak kenapa, ha ...?" tanya Koh Liem yang jadi bingung.

    "Melian, Pah ...! Anak kita, Melian masih ada di dalam pasar ...!" teriak Cik Lan, masih menangis.

    "Hah ...? Melian masih di dalam ..., hah ...? Kamu orang bagaimana, disuruh bawa anak malah ditinggal itu anak ..., hah ...?!" Koh Liem jadi bingung. Ia berlari membawa ember berisi air, diguyurkan ke sekujur tubuhnya, lantas meminta air lagi, berlari menuju ke pasar yang apinya masih berkobar. Sambil berlari ia mengguyur tubuhnya, ingin menerjang api untuk menyelamatkan anaknya.

    "Koh, jangan ...! Jangan, Koh ...!!" orang-orang berteriak melarang Koh Liem yang akan menerjang api.

    "Koh Liem, jangan, nanti terbakar ...!"

    "Koh Liem, berhenti ...!"

    Api berkobar menjilat-jilat. Orang-orang melarang Koh Liem, mencegah untuk menerjang api. Namun rupanya Koh Liem nekat, mau menerjang api. Melihat kenekatan Koh Liem, tiga orang laki-laki langsung berlari menubruk dan menyeret Koh Liem.

    "Koh Liem, jangan nekat, Koh ...!" bentak salah satu orang yangmenyeret Koh Liem.

    "Koh Liem bisa terbakar. Sadar, Koh ...!" bentak yang lain menyadarkan bahayanya.

    "Hoa ..., hoa ..., hoa .... Anakku bagaimana ...?" sekarang berganti Koh Liem yang meronta di tanah menangis karena tidak bisa menolong anaknya.

    "Sabar, Koh Liem. Yang tabah, ya." kata seorang pedagang menenangkan Koh Liem, sambil mengelus pundaknya.

    "Hoa ..., hoa ..., hoa .... Melian, kamu bagaimana, Nik ...?" Koh Liem semakin meronta, tangisnya semakin menjadi.

    Seorang wanita menggandeng, memapah Cik Lan yang juga masih menangis, menuju ke tempat Koh Liem.

    "Papah ...?!" Cik Lan memeluk suaminya, menangis sejadi-jadinya.

    "Mamah .... Anak kita, Mah ..." Koh Liem memeluk erat istrinya, menangisi anaknya yang tidak tertolong.

    Dua orang wanita separuh baya jongkok menemani Koh Liem dan Cik Lan, mengelus pundak keduanya sambil menenangkan, "Yang sabar, Koh, Cik .... Berdoa, semoga Tuhan memberi keajaiban." kata salah satu wanita itu.

    "Iya, Cik ..., yang tabah, ya. Allah memiliki rencana yang terbaik, yang tidak dimengerti oleh manusia. Percayalah pada rencana Allah." kata wanita yang satunya lagi.

    Sementara itu, Lurah Pasar Gombrang berkali-kali telpon ke Pemadam Kebakaran. Namun lama sekali pemadam belum juga datang. Padahal api semakin membesar.

    "Uiiing ..., uiiing ..., uiiing ...!" suara sirene mobil pemadam terdengar. Sudah tiga jam lebih dari awal kebakaran, mobil pemadam baru muncul.

    "Lama banget, ngapain saja .... Tidur ya!" sambut orang di situ.

    "Tempatnya dekat kok datangnya lambat!" seru yang lain.

    "Pasarnya sudah ludes, baru nongol!" bentak yang lain.

    "Besok ndak usah datang sekalian!" masih saja ada umpatan dari orang-orang yang ada di situ.

    Tentu orang-orang pada menggerutu, jengkel dan marah kepada petugas pemadam. Karena datangnya pemadam sangat lambat, apinya jadi mengamuk ke seluruh tempat. Dan para pedagang ini tentu rugi yang tidak sedikit. Koh Liem yang masih menangis, begitu mobil pemadam datang, ia berlari menubruk dan memukuli mobil pemadam tersebut. Ia meluapkan kekesalan, kejengkelan. Lantas disusul Cik Lan. Tentu pikiran mereka berdua bilang, jika petugas pemadam ini datang lebih cepat, sampai lebih awal, pasti kebakarannya bisa langsung diatasi, dan anaknya bisa diselamatkan.

    Walau demikian, orang-orang yang berkerumun langsung membuka jalan, memberi tempat mobil pemadam kebakaran untuk menyemprot api.

    "Cepat di semprot!" teriak seseorang.

    "Awas ...!!" teriak petugas pemadam yang mulai menyemprotkan air ke kobaran api.

    "Sroooot ...! Whuuuzzs ...! Bhuuus ...!" suara semprotan air yang sangat besar dan kencang, langsung memadamkan api yang berkobar. Kepulan asap keluar dari material yang terbakar.

    "Uiiing ..., uiiing ..., uiiing ...!" suara sirene mobil pemadam terdengar lagi. Mobil pemadam yang ke dua datang. Langsung menyemprotkan air.

    "Sroooot ...! Whuuuzzs ...! Bhuuus ...!" semprotan langsung menghantam api yang masih menyala.

    Tidak berapa lama, hanya sekitar setengah jam, api sudah bisa dipadamkan seluruhnya. Namun petugas pemadam masih menyemprotkan air secara perlahan, seperti membuat hujan, untuk mengantisipasi masih adanya api yang bisa menyala lagi.

    Melihat kondisi penyemprotan sudah perlahan, tanpa disangka, Koh Liem lari menuju kios dagangannya. Ia akan mencari anaknya yang tertinggal di dalam kios.

    "Koh Liem, sabar, Koh ...!" teriak Lurah Pasar.

    "Hati-hati, Koh Liem ...!"

    Koh Liem tidak menghiraukan suara itu. Ia terus berlari dengan cepat, ingin segera mengambil anaknya. Beberapa orang laki-laki yang pemberani, langsung mengejar Koh Liem, untuk membantu. Mereka semua sesama pedagang di Pasar Gombrang, kenal baik dengan Koh Liem. Mereka pun merasakan kesedihan yang dialami Koh Liem. Mereka tidak ingin terjadi sesuatu pada Koh Liem. Maklum, sehabis terjadi kebakaran, tentu banyak bara api yang masih menyala dan berbahaya jika terinjak. Selain itu, mereka khawatir jika Koh Liem menemui anaknya yang terbakar akan histeris.

    Koh Liem sampai di kiosnya. Beberapa orang yang siap membantu itu juga sampai di los kios bersamaan dengan Koh Liem. Semua kios ludes terbakar. Tidak ada yang tersisa. Termasuk kios Koh Liem. Namun, Koh Liem ada sesuatu yang aneh di kiosnya. Koh Liem melihat ada gulungan kain yang seperti membungkus tubuh orang. Tanpa pikir panjang, Koh Liem langsung menbopong dan membawa lari gulungan kain itu. Ia yakin yang tergulung di dalam kain itu adalah anaknya, Melian.

    "Mamah ...!" Koh Liem memanggil istrinya.

    "Pah ...?!" Cik Lan langsung menyambut suaminya yang membopong gulungan kain tersebut. Lantas, di tempat yang teduh, mereka berdua membuka kain.

    "Hah ...?!" Koh Liem kaget bahagia, "Melian ...!" teriaknya.

    "Melian, sayang ..." Cik Lan langsung memeluk dan menciumi anak perempuannya yang baru berusia satu tahun.

    Orang-orang mengerubut Koh Lim dan Cik Lan, menyaksikan Melian selamat dari kebakaran.

    "Syukur ..., ya,  Allah ...."

    "Slamet ..., slamet ..., slamet ...."

    "Ya ampun, kuasa Mu sungguh ajaib ya, Allah."

    Semua orang bersyukur, semua orang keheranan, semua orang takjub akan keajaiban yang diberikan oleh Tuhan kepada Melian, bayi masih berusia satu tahun tersebut. Ya, memang sangat ajaib, kebakaran besar yang terjadi di Pasar Gombrang itu sudah menghanguskan seluruh pasar. Tetapi, Melian, bayi imut yang tertinggal di dalam kios, bisa selamat dalam bungkusan selembar kain, tanpa ada goresan maupun bekas api yang mendekati. Kain itu utuh membungkus bayi Melian. Benar-benar aneh.

    Peristiwa kebakaran Pasar Gombrang itu sudah terjadi dua puluh tahun yang lalu.

    Lantas, setelah dua puluh tahun lewat, apa yang terjadi?

Terpopuler

Comments

Sena Fiana

Sena Fiana

😃😀😀😃😃

2023-09-29

1

Hairani Siregar

Hairani Siregar

crita novel yg seperti ini yg saya suka, ada mesterinya walaupun kdang gak masuk akal, tpi ttap bikin penasaran
Authornya Hebattttt.

2023-09-15

1

Ai Emy Ningrum

Ai Emy Ningrum

Uiing uuiiing uiiing ...emang gitu yah bunyi mobil pemadam kebakaran 😄😄😄😄🚒🚒🚒🚒🚒

2022-06-28

3

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: KEBAKARAN PASAR GOMBRANG
2 Chapter 2: MISTERI KEMATIAN BERUNTUN
3 Chapter 3: BERANI MENANTANG
4 Chapter 4: DEMO BERDARAH
5 Chapter 5: DUKA CIK LAN
6 Chapter 6: TEROR CIK LAN
7 Chapter 7: RAHASIA CIK LAN
8 Chapter 8: MELIAN HILANG
9 Chapter 9: TUMBAL SESAJI
10 Chapter 10: APES
11 Chapter 11: JEMBATAN MEMAKAN KORBAN
12 Chapter 12: GEGER SUNGAI CERBUNG
13 Chapter 13: NASIB CIK LAN
14 Chapter 14: BERITA KEMATIAN CIK LAN
15 Chapter 15: INTEROGASI
16 Chapter 16 : BAYI YANG DIBERIKAN
17 Chapter 17 : MAISONG
18 Chapter 18 : BAYI ANEH
19 Chapter 19: KEJADIAN ANEH DI RUMAH SAKIT
20 Chapter 20: KEMATIAN BONJOT
21 Chapter 21: PENGUBURAN CIK LAN
22 Chapter 22: MELIAN ANAKKU
23 Chapter 23: KECELAKAAN TRAGIS
24 Chapter 24: LEDAKAN DI KREMATORIUM
25 Chapter 25: KERINDUAN PADA CUCU
26 Chapter 26: PUCUK DICINTA ANAK DIBERIKAN
27 Chapter 27: MISTERI KUCING HITAM
28 Chapter 28: MESIN JAHIT BARU DARI UANG ANEH
29 Chapter 29: MALING MALANG
30 Chapter 30: POLISI ANEH
31 Chapter 31: KAMPUNG AMAN MAKMUR
32 Chapter 32: TEROR HANTU CEKIK
33 Chapter 33: MENANGKAP HANTU CEKIK
34 Chapter 34: MENYELAMATKAN DIRI
35 Chapter 35: CERITA-CERITA SERAM
36 Chapter 36: BALAS DENDAM HANTU CEKIK
37 Chapter 37: MENCARI BUKTI PEMBUNUHAN
38 Chapter 38: PAGEBLUK DI DESA SARANG
39 Chapter 39: PENGADILAN TERAKHIR
40 Chapter 40: MENATAP ASA
41 Chapter 41: MENGAWALI HIDUP
42 Chapter 42: MISTERI NENEK ANEH
43 Chapter 43: MENYIBAK MISTERI
44 Chapter 44: MENCARI KABAR
45 Chapter 45: STRES
46 Chapter 46: SAKIT ITU MENYEDIHKAN
47 Chapter 47: DERITA TIADA AKHIR
48 Chapter 48: BERITA DUKA
49 Chapter 49: BIMBANG
50 Chapter 50: ZIARAH
51 Chapter 51: DI PUNCAK GUNUNG BUGEL
52 Chapter 52: MAKAM TAK TERAWAT
53 Chapter 53: SELAMATAN
54 Chapter 54: SUARA-SUARA ANEH
55 Chapter 55: MENONTON BARONGSAI
56 Chapter 56: COPET DI PASAR
57 Chapter 57: MELEPAS COPET
58 Chapter 58: KRISIS MONETER
59 Chapter 59: KRISMON TERUS-TERUSAN
60 Chapter 60: TITIK NADIR
61 Chapter 61: KECEWA
62 Chapter 62: KARMA
63 Chapter 63: MINTA PESANGON
64 Chapter 64: SERAH TERIMA
65 Chapter 65: BOS BARU
66 Chapter 66: MEMULAI USAHA
67 Chapter 67: REZEKI, TUHAN YANG MENGATUR
68 Chapter 68: UNTUNG BESAR
69 Chapter 69: CEMBURU ITU PASTI ADA
70 Chapter 70: OBAT CEMBURU
71 Chapter 71: MENANYA ORANG TUA
72 Chapter 72: DI PUNCAK GUNUNG BUGEL
73 Chapter 73: KETEMU MAMAH
74 Chapter 74: TIDAK MAU WARISAN
75 Chapter 75: TIDAK KETEMU
76 Chapter 76: TIDAK MENYANGKA
77 Chapter 77: CERITA IRUL
78 Chapter 78: TIDUR NYENYAK
79 Chapter 79: RAPI ITU MENAWAN
80 Chapter 80: ANEH
81 Chapter 81: INGKAR LAGI
82 Chapter 82: TELEPON MENGAGETKAN
83 Chapter 83: DI SURABAYA
84 Chapter 84: DITUDUH
85 Chapter 85: TELUR BUSUK
86 Chapter 86: BAU BUSUK
87 Chapter 87: MENYEBAR BAU BUSUK
88 Chapter 88: PENGEMIS MINTA AMPUN
89 Chapter 89: PENGEMIS YANG MENINGGAL
90 Chapter 90: SEKOLAH DI KOTA BESAR
91 Chapter 91: TEMAN BARU
92 Chapter 92: MURID BARU
93 Chapter 93: MALAM INAGURASI
94 Chapter 94: MASUK KLENTENG
95 Chapter 95: BELAJAR WUSHU
96 Chapter 96: PEDANG NAGA SAKTI
97 Chapter 97: RINDU
98 Chapter 98: RETAK
99 Chapter 99: TANDING PEMBUKTIAN
100 Chapter 100: JURUS-JURUS MAUT
101 Chapter 101: CERITA-CERITA SERU
102 Chapter 102: BUAH KATA-KATA
103 Chapter 103: MUDIK
104 Chapter 104: OBROLAN DI MEJA MAKAN
105 Chapter 105: CERITA SEBELUM TIDUR
106 Chapter 106: MINGGU CERIA
107 Chapter 107: JALAN-JALAN
108 Chapter 108: ENAKNYA MAKANAN KHAS
109 Chapter 109: PERMOHONAN MAAF
110 Chapter 110: PENYESALAN
111 Chapter 111: RESAH MENCARI
112 Chapter 112: PENASARAN
113 Chapter 113: RASA ANEH
114 Chapter 114: NEMBAK
115 Chapter 115: MENGURAI BELENGGU CINTA
116 Chapter 116: BANDUNGAN MALAM MINGGU
117 Chapter 117: TERBIUS
118 Chapter 118: PERGUMULAN DAHSYAT
119 Chapter 119: KECELAKAAN DI JURANG
120 Chapter 120: PENEMUAN MAYAT DI VILA
121 Chapter 121: BERITA MENGGEGERKAN
122 Chapter 122: AUTOPSI
123 Chapter 123: BERITA DARI SEKOLAH LAIN
124 Chapter 124: ADA YANG ANEH
125 Chapter 125: PERISTIWA DI RUMAH DUKA
126 Chapter 126: GADIS ANEH
127 Chapter 127: PETI MAYAT TERJATUH
128 Chapter 128: MIMPI BURUK
129 Chapter 129: DI RUMAH KOST
130 Chapter 130: GELISAH ORANG TUA
131 Chapter 131: KABAR DARI SEMARANG
132 Chapter 132: MENGAMATI FOTO
133 Chapter 133: MENELISIK PERISTIWA
134 Chapter 134: MENCARI MELIAN
135 Chapter 135: RAPORT MELIAN
136 Chapter 136: DIMANA MELIAN?
137 Chapter 137: IRUL DAN MELIAN HILANG
138 Chapter 138: KABUT JINGGA DI GUNUNG BUGEL
139 Chapter 139: BERTEMUNYA IRUL DAN MELIAN
140 Chapter 140: MEMBAWA AMANAH
141 Chapter 141: MENYIBAK MISTERI KABUT JINGGA
142 Chapter 142: MELIAN DI RUMAH DUKA
143 Chapter 143: KISAH IRUL DI RUMAH NENEK JUMPRIT
144 Chapter 144: MENJEMPUT ANAK
145 Chapter 145: NEMBUNG
146 Chapter 146: CERITA MELIAN
147 Chapter 147: PINDAH SEKOLAH
148 Chapter 148: PENGORBANAN CINTA
149 Chapter 149: MEREMBUG PERNIKAHAN
150 Chapter 150: PESTA PERNIKAHAN
151 Chapter 151: PENGANTIN BARU
152 Chapter 152: MEMBUKA RAHASIA
153 Chapter 153: MENAWARKAN PERHIASAN
154 Chapter 154: BER-UANG
155 Chapter 155: MELIAN KESEPIAN
156 Chapter 156: MEMILIH KEPUTUSAN
157 Chapter 157: MALAM MENAKUTKAN
158 Chapter 158: APA YANG MENAKUTKAN?
159 Chapter 159: MENCARI TEMPAT USAHA
160 Chapter 160: MEMBELI RUMAH
161 Chapter 161: JURAGAN SEMBAKO
162 Chapter 162: TOKO LARIS
163 Chapter 163: ANJANGSANA
164 Chapter 164: MENGUNJUNGI RUMAH ENGKONG
165 Chapter 165: KAKEK MISTERIUS
166 Chapter 166: DUNIA LAIN
167 Chapter 167: KENYATAAN MIMPI
168 Chapter 168: URUSAN BANK
169 Chapter 169: PENJUAL KORAN
170 Chapter 170: SAUDARA JAHAT
171 Chapter 171: MELAYAT
172 Chapter 172: MENGINTIP
173 Chapter 173: MENELISIK BANK
174 Chapter 174: KARMA
175 Chapter 175: BERBENAH RUMAH
176 Chapter 176: CERITA BAKUL SARAPAN
177 Chapter 177: BERSYUKUR
178 Chapter 178: POCONG MENINGGAL DUNIA
179 Chapter 179: RUMAH YANG INDAH
180 Chapter 180: SILSILAH KELUARGA
181 Chapter 181: MELONGO
182 Chapter 182: GADIS DEWASA
183 Chapter 183: GADIS IDOLA
184 Chapter 184: GADIS RAJIN
185 Chapter 185: BERANGKAT KE JAKARTA
186 Chapter 186: KULIAH
187 Chapter 187: MENIKMATI MALAM DI JAKARTA
188 Chapter 188: KURSUS INGGRIS
189 Chapter 189: DICEGAT BERANDAL
190 Chapter 190: SAHABAT BAIK
191 Chapter 191: JALAN-JALAN KE MONAS
192 Chapter 192: SOPIR TAKSI KURANG AJAR
193 Chapter 193: GEGER SOPIR TAKSI
194 Chapter 194: LIBURAN SEMESTER
195 Chapter 195: PULANG KAMPUNG
196 Chapter 196: OLEH-OLEH
197 Chapter 197: CERITA PADA CIK INDRA
198 Chapter 198: MESRA BERTIGA
199 Chapter 199: KEMESRAAN DI MEJA MAKAN
200 Chapter 200: KEMBALI KULIAH
201 Chapter 201: PERAMPOK SADIS
202 Chapter 202: GEGER DI TOKO LARIS
203 Chapter 203: BELAJAR IKHLAS
204 chapter 204: MEMBEZUK
205 Chapter 205: PASRAH BERSERAH
206 Chapter 206: TANGIS SEDIH
207 Chapter 207: GELANG GIOK ANEH
208 Chapter 208: BERITA DUKA
209 Chapter 209: ISAK TANGIS PELAYAT
210 Chapter 210: SEGENGGAM TANAH KUBURAN
211 Chapter 211: TRUK NYASAR DI TENGAH HUTAN
212 Chapter 212: KULIAH YANG MENJENGKELKAN
213 Chapter 213: YUDISIUM
214 Chapter 214: JAKARTA ITU KERAS
215 Chapter 215: BELAJAR HIDUP
216 Chapter 216: BERSATU KITA KUAT
217 Chapter 217: HOBI BARU
218 Chapter 218: KAWAN DEKAT
219 Chapter 219: TERGILA-GILA
220 Chapter 220: HANCUR
221 Chapter 221: PECAHNYA PERSAHABATAN
222 Chapter 222: KEHILANGAN SAHABAT
223 Chapter 223: KECEWA
224 Chapter 224: KUNJUNGAN ORANG TUA
225 Chapter 225: AKU MINTA MAAF
226 Chapter 226: CURHATAN
227 Chapter 227: TERPANGGANG
228 Chapter 228: TELEPON RINDU
229 Chapter 229: UJIAN SKRIPSI
230 Chapter 230: ARAK-ARAKAN
231 Chapter 231: DEKAT MELEKAT
232 Chapter 232: BILA RASAMU ITU RASAKU
233 Chapter 233: HATIKU MENYALA
234 Chapter 234: ROMANSA REMANG
235 Chapter 235: RINDU KAMPUNG
236 Chapter 236: BERDUA RASA
237 Chapter 237: KENYATAAN MIMPI
238 Chapter 238: KECELAKAAN DI PUNCAK
239 Chapter 239: PEREMPUAN ANEH
240 Chapter 240: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
241 Chapter 241: TARUHAN PARA LELEMBUT
242 Chapter 242: SIRNA
243 Chapter 243: PANDAI MERENDAH
244 Chapter 244: KEMBALI KE JAKARTA
245 Chapter 245: DI KAMPUS
246 Chapter 246: TELEPON CINTA
247 Chapter 247: GEJOLAK HATI PAK DOSEN
248 Chapter 248: JALAN-JALAN DENGAN PAK DOSEN
249 Chapter 249: MENGUNGKAPKAN PERASAAN
250 Chapter 250: SAMPAI JAKARTA
251 EPISODE 251: WISUDA
252 EPISODE 252: PERTAMA YANG TERAKHIR
253 EPISODE 253: MENGAPA HARUS TERJADI?
254 EPISODE 254: MENANYA GELANG ANEH
255 EPISODE 255: MENCARI PEMBERI GELANG GIOK
256 EPISODE 256: SANG PEWARIS
257 EPISODE 257: MENGAMATI SILSILAH
258 EPISODE 258: BENCANA DI DUSUN PANCUR
259 EPISODE 259: PERNIKAHAN MELIAN
Episodes

Updated 259 Episodes

1
Chapter 1: KEBAKARAN PASAR GOMBRANG
2
Chapter 2: MISTERI KEMATIAN BERUNTUN
3
Chapter 3: BERANI MENANTANG
4
Chapter 4: DEMO BERDARAH
5
Chapter 5: DUKA CIK LAN
6
Chapter 6: TEROR CIK LAN
7
Chapter 7: RAHASIA CIK LAN
8
Chapter 8: MELIAN HILANG
9
Chapter 9: TUMBAL SESAJI
10
Chapter 10: APES
11
Chapter 11: JEMBATAN MEMAKAN KORBAN
12
Chapter 12: GEGER SUNGAI CERBUNG
13
Chapter 13: NASIB CIK LAN
14
Chapter 14: BERITA KEMATIAN CIK LAN
15
Chapter 15: INTEROGASI
16
Chapter 16 : BAYI YANG DIBERIKAN
17
Chapter 17 : MAISONG
18
Chapter 18 : BAYI ANEH
19
Chapter 19: KEJADIAN ANEH DI RUMAH SAKIT
20
Chapter 20: KEMATIAN BONJOT
21
Chapter 21: PENGUBURAN CIK LAN
22
Chapter 22: MELIAN ANAKKU
23
Chapter 23: KECELAKAAN TRAGIS
24
Chapter 24: LEDAKAN DI KREMATORIUM
25
Chapter 25: KERINDUAN PADA CUCU
26
Chapter 26: PUCUK DICINTA ANAK DIBERIKAN
27
Chapter 27: MISTERI KUCING HITAM
28
Chapter 28: MESIN JAHIT BARU DARI UANG ANEH
29
Chapter 29: MALING MALANG
30
Chapter 30: POLISI ANEH
31
Chapter 31: KAMPUNG AMAN MAKMUR
32
Chapter 32: TEROR HANTU CEKIK
33
Chapter 33: MENANGKAP HANTU CEKIK
34
Chapter 34: MENYELAMATKAN DIRI
35
Chapter 35: CERITA-CERITA SERAM
36
Chapter 36: BALAS DENDAM HANTU CEKIK
37
Chapter 37: MENCARI BUKTI PEMBUNUHAN
38
Chapter 38: PAGEBLUK DI DESA SARANG
39
Chapter 39: PENGADILAN TERAKHIR
40
Chapter 40: MENATAP ASA
41
Chapter 41: MENGAWALI HIDUP
42
Chapter 42: MISTERI NENEK ANEH
43
Chapter 43: MENYIBAK MISTERI
44
Chapter 44: MENCARI KABAR
45
Chapter 45: STRES
46
Chapter 46: SAKIT ITU MENYEDIHKAN
47
Chapter 47: DERITA TIADA AKHIR
48
Chapter 48: BERITA DUKA
49
Chapter 49: BIMBANG
50
Chapter 50: ZIARAH
51
Chapter 51: DI PUNCAK GUNUNG BUGEL
52
Chapter 52: MAKAM TAK TERAWAT
53
Chapter 53: SELAMATAN
54
Chapter 54: SUARA-SUARA ANEH
55
Chapter 55: MENONTON BARONGSAI
56
Chapter 56: COPET DI PASAR
57
Chapter 57: MELEPAS COPET
58
Chapter 58: KRISIS MONETER
59
Chapter 59: KRISMON TERUS-TERUSAN
60
Chapter 60: TITIK NADIR
61
Chapter 61: KECEWA
62
Chapter 62: KARMA
63
Chapter 63: MINTA PESANGON
64
Chapter 64: SERAH TERIMA
65
Chapter 65: BOS BARU
66
Chapter 66: MEMULAI USAHA
67
Chapter 67: REZEKI, TUHAN YANG MENGATUR
68
Chapter 68: UNTUNG BESAR
69
Chapter 69: CEMBURU ITU PASTI ADA
70
Chapter 70: OBAT CEMBURU
71
Chapter 71: MENANYA ORANG TUA
72
Chapter 72: DI PUNCAK GUNUNG BUGEL
73
Chapter 73: KETEMU MAMAH
74
Chapter 74: TIDAK MAU WARISAN
75
Chapter 75: TIDAK KETEMU
76
Chapter 76: TIDAK MENYANGKA
77
Chapter 77: CERITA IRUL
78
Chapter 78: TIDUR NYENYAK
79
Chapter 79: RAPI ITU MENAWAN
80
Chapter 80: ANEH
81
Chapter 81: INGKAR LAGI
82
Chapter 82: TELEPON MENGAGETKAN
83
Chapter 83: DI SURABAYA
84
Chapter 84: DITUDUH
85
Chapter 85: TELUR BUSUK
86
Chapter 86: BAU BUSUK
87
Chapter 87: MENYEBAR BAU BUSUK
88
Chapter 88: PENGEMIS MINTA AMPUN
89
Chapter 89: PENGEMIS YANG MENINGGAL
90
Chapter 90: SEKOLAH DI KOTA BESAR
91
Chapter 91: TEMAN BARU
92
Chapter 92: MURID BARU
93
Chapter 93: MALAM INAGURASI
94
Chapter 94: MASUK KLENTENG
95
Chapter 95: BELAJAR WUSHU
96
Chapter 96: PEDANG NAGA SAKTI
97
Chapter 97: RINDU
98
Chapter 98: RETAK
99
Chapter 99: TANDING PEMBUKTIAN
100
Chapter 100: JURUS-JURUS MAUT
101
Chapter 101: CERITA-CERITA SERU
102
Chapter 102: BUAH KATA-KATA
103
Chapter 103: MUDIK
104
Chapter 104: OBROLAN DI MEJA MAKAN
105
Chapter 105: CERITA SEBELUM TIDUR
106
Chapter 106: MINGGU CERIA
107
Chapter 107: JALAN-JALAN
108
Chapter 108: ENAKNYA MAKANAN KHAS
109
Chapter 109: PERMOHONAN MAAF
110
Chapter 110: PENYESALAN
111
Chapter 111: RESAH MENCARI
112
Chapter 112: PENASARAN
113
Chapter 113: RASA ANEH
114
Chapter 114: NEMBAK
115
Chapter 115: MENGURAI BELENGGU CINTA
116
Chapter 116: BANDUNGAN MALAM MINGGU
117
Chapter 117: TERBIUS
118
Chapter 118: PERGUMULAN DAHSYAT
119
Chapter 119: KECELAKAAN DI JURANG
120
Chapter 120: PENEMUAN MAYAT DI VILA
121
Chapter 121: BERITA MENGGEGERKAN
122
Chapter 122: AUTOPSI
123
Chapter 123: BERITA DARI SEKOLAH LAIN
124
Chapter 124: ADA YANG ANEH
125
Chapter 125: PERISTIWA DI RUMAH DUKA
126
Chapter 126: GADIS ANEH
127
Chapter 127: PETI MAYAT TERJATUH
128
Chapter 128: MIMPI BURUK
129
Chapter 129: DI RUMAH KOST
130
Chapter 130: GELISAH ORANG TUA
131
Chapter 131: KABAR DARI SEMARANG
132
Chapter 132: MENGAMATI FOTO
133
Chapter 133: MENELISIK PERISTIWA
134
Chapter 134: MENCARI MELIAN
135
Chapter 135: RAPORT MELIAN
136
Chapter 136: DIMANA MELIAN?
137
Chapter 137: IRUL DAN MELIAN HILANG
138
Chapter 138: KABUT JINGGA DI GUNUNG BUGEL
139
Chapter 139: BERTEMUNYA IRUL DAN MELIAN
140
Chapter 140: MEMBAWA AMANAH
141
Chapter 141: MENYIBAK MISTERI KABUT JINGGA
142
Chapter 142: MELIAN DI RUMAH DUKA
143
Chapter 143: KISAH IRUL DI RUMAH NENEK JUMPRIT
144
Chapter 144: MENJEMPUT ANAK
145
Chapter 145: NEMBUNG
146
Chapter 146: CERITA MELIAN
147
Chapter 147: PINDAH SEKOLAH
148
Chapter 148: PENGORBANAN CINTA
149
Chapter 149: MEREMBUG PERNIKAHAN
150
Chapter 150: PESTA PERNIKAHAN
151
Chapter 151: PENGANTIN BARU
152
Chapter 152: MEMBUKA RAHASIA
153
Chapter 153: MENAWARKAN PERHIASAN
154
Chapter 154: BER-UANG
155
Chapter 155: MELIAN KESEPIAN
156
Chapter 156: MEMILIH KEPUTUSAN
157
Chapter 157: MALAM MENAKUTKAN
158
Chapter 158: APA YANG MENAKUTKAN?
159
Chapter 159: MENCARI TEMPAT USAHA
160
Chapter 160: MEMBELI RUMAH
161
Chapter 161: JURAGAN SEMBAKO
162
Chapter 162: TOKO LARIS
163
Chapter 163: ANJANGSANA
164
Chapter 164: MENGUNJUNGI RUMAH ENGKONG
165
Chapter 165: KAKEK MISTERIUS
166
Chapter 166: DUNIA LAIN
167
Chapter 167: KENYATAAN MIMPI
168
Chapter 168: URUSAN BANK
169
Chapter 169: PENJUAL KORAN
170
Chapter 170: SAUDARA JAHAT
171
Chapter 171: MELAYAT
172
Chapter 172: MENGINTIP
173
Chapter 173: MENELISIK BANK
174
Chapter 174: KARMA
175
Chapter 175: BERBENAH RUMAH
176
Chapter 176: CERITA BAKUL SARAPAN
177
Chapter 177: BERSYUKUR
178
Chapter 178: POCONG MENINGGAL DUNIA
179
Chapter 179: RUMAH YANG INDAH
180
Chapter 180: SILSILAH KELUARGA
181
Chapter 181: MELONGO
182
Chapter 182: GADIS DEWASA
183
Chapter 183: GADIS IDOLA
184
Chapter 184: GADIS RAJIN
185
Chapter 185: BERANGKAT KE JAKARTA
186
Chapter 186: KULIAH
187
Chapter 187: MENIKMATI MALAM DI JAKARTA
188
Chapter 188: KURSUS INGGRIS
189
Chapter 189: DICEGAT BERANDAL
190
Chapter 190: SAHABAT BAIK
191
Chapter 191: JALAN-JALAN KE MONAS
192
Chapter 192: SOPIR TAKSI KURANG AJAR
193
Chapter 193: GEGER SOPIR TAKSI
194
Chapter 194: LIBURAN SEMESTER
195
Chapter 195: PULANG KAMPUNG
196
Chapter 196: OLEH-OLEH
197
Chapter 197: CERITA PADA CIK INDRA
198
Chapter 198: MESRA BERTIGA
199
Chapter 199: KEMESRAAN DI MEJA MAKAN
200
Chapter 200: KEMBALI KULIAH
201
Chapter 201: PERAMPOK SADIS
202
Chapter 202: GEGER DI TOKO LARIS
203
Chapter 203: BELAJAR IKHLAS
204
chapter 204: MEMBEZUK
205
Chapter 205: PASRAH BERSERAH
206
Chapter 206: TANGIS SEDIH
207
Chapter 207: GELANG GIOK ANEH
208
Chapter 208: BERITA DUKA
209
Chapter 209: ISAK TANGIS PELAYAT
210
Chapter 210: SEGENGGAM TANAH KUBURAN
211
Chapter 211: TRUK NYASAR DI TENGAH HUTAN
212
Chapter 212: KULIAH YANG MENJENGKELKAN
213
Chapter 213: YUDISIUM
214
Chapter 214: JAKARTA ITU KERAS
215
Chapter 215: BELAJAR HIDUP
216
Chapter 216: BERSATU KITA KUAT
217
Chapter 217: HOBI BARU
218
Chapter 218: KAWAN DEKAT
219
Chapter 219: TERGILA-GILA
220
Chapter 220: HANCUR
221
Chapter 221: PECAHNYA PERSAHABATAN
222
Chapter 222: KEHILANGAN SAHABAT
223
Chapter 223: KECEWA
224
Chapter 224: KUNJUNGAN ORANG TUA
225
Chapter 225: AKU MINTA MAAF
226
Chapter 226: CURHATAN
227
Chapter 227: TERPANGGANG
228
Chapter 228: TELEPON RINDU
229
Chapter 229: UJIAN SKRIPSI
230
Chapter 230: ARAK-ARAKAN
231
Chapter 231: DEKAT MELEKAT
232
Chapter 232: BILA RASAMU ITU RASAKU
233
Chapter 233: HATIKU MENYALA
234
Chapter 234: ROMANSA REMANG
235
Chapter 235: RINDU KAMPUNG
236
Chapter 236: BERDUA RASA
237
Chapter 237: KENYATAAN MIMPI
238
Chapter 238: KECELAKAAN DI PUNCAK
239
Chapter 239: PEREMPUAN ANEH
240
Chapter 240: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
241
Chapter 241: TARUHAN PARA LELEMBUT
242
Chapter 242: SIRNA
243
Chapter 243: PANDAI MERENDAH
244
Chapter 244: KEMBALI KE JAKARTA
245
Chapter 245: DI KAMPUS
246
Chapter 246: TELEPON CINTA
247
Chapter 247: GEJOLAK HATI PAK DOSEN
248
Chapter 248: JALAN-JALAN DENGAN PAK DOSEN
249
Chapter 249: MENGUNGKAPKAN PERASAAN
250
Chapter 250: SAMPAI JAKARTA
251
EPISODE 251: WISUDA
252
EPISODE 252: PERTAMA YANG TERAKHIR
253
EPISODE 253: MENGAPA HARUS TERJADI?
254
EPISODE 254: MENANYA GELANG ANEH
255
EPISODE 255: MENCARI PEMBERI GELANG GIOK
256
EPISODE 256: SANG PEWARIS
257
EPISODE 257: MENGAMATI SILSILAH
258
EPISODE 258: BENCANA DI DUSUN PANCUR
259
EPISODE 259: PERNIKAHAN MELIAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!