Peristiwa di ruang bangsal itu langsung terdengar ke seluruh orang-orang yang ada di rumah sakit. Tidak hanya karyawan rumah sakit, tidak hanya orang yang menjaga keluarganya yang sakit, pasien-pasien yang menginap, tetapi juga para dokter. Maka tentu banyak orang ingin tahu peristiwa itu. Ruang bangsal rumah sakit itu seakan menjadi tempat pertunjukan. Orang-orang pada melongokkan kepalanya melalui jendela, ingin menyaksikan yang terjadi di ruang bangsal itu. Yang ditonton, Bonjot yang sedang meloncat-loncat di atas bed pasien, seakan seperti anak yang sedang main trampolin. Pasti orang-orang heran dengan kelakuan pasien itu. Sakit apa sebenarnya dia?
Beberapa orang dokter yang ikut menyaksikan, hanya sanggup geleng-geleng kapala. Mereka heran, bagaimana mungkin pasien ini bisa meloncat-loncat seperti itu? Padahal kakinya saja patah dan belum dioperasi, tetapi Bonjot dapat meloncat-loncat seakan tidak mengalami sakit apa-apa.
"Ini yang namanya kesurupan ...." kata salah seorang dokter.
Ya, dalam dunia kedokteran, penyakit-penyakit aneh yang diyakini oleh masyarakat sebagai peristiwa gaib atau aneh, seperti santet, kesurupan, guna-guna, merupakan hal yang tidak dipercaya dalam dunia kedokteran. Menurut para dokter yang namanya penyakit itu bisa didiagnosa, bisa dipelajari, dapat diobati. Namun, para dokter itu, saat menyaksikan peristiwa yang terjadi di ruang bangsal Rumah Sakit Tuban tersebut baru percaya bahwa yang namanya kesurupan atau tubuh seseorang dikuasai oleh kekuatan gaib itu benar-benar ada. Buktinya, pasien yang kakinya patah tidak bisa jalan, kenyataannya malah meloncat-loncat naik turun tidak karuan. Apa kakinya yang patah itu tidak tambah remuh?
Para dokter pun berembug bagaimana caranya dapat menenangkan pasien yang dianggap kesurupan tersebut. Karena kalau Bonjot terus berloncatan seperti itu, pasti akan merepotkan para suster dan juga bahaya bagi pasien atau orang lain. Satu-satunya jalan hanya dengan disuntik obat bius. Ya, akhirnya dokter pun menyepakati pasien itu disuntik bius.
"Tolong ditangkap dahulu pasien ini, nanti akan kami suntik bius." kata salah seorang dokter yang meminta bantuan kepada para satpam yang sudah bertambah banyak.
Para satpam itu pun langsung mengelilingi Bonjot. Mereka akan menangkap Bonjot yang terus berloncatan.
"Kamu sana .... Tangkap dari belakang." sahut yang lain.
"Nanti langsung dirobohkan ke tempat tidur."
"Begitu roboh langsung didekap .... Langsung disuntik."
"Ya, begitu tertangkap langsung disuntik."
"Siap ...." kata salah seorang dokter yang sudah menyiapkan alat suntik.
Dan enam orang satpam itu pun bersiap untuk menangkap Bonjot yang masih loncat-loncatan di atas kasur. Tidak hanya satpam, tetapi orang-orang laki-laki yang menjaga keluarganya yang sakit juga ikut membantu. Mereka bersiap menangkap pasien yang kesurupan.
"Bersiap, ya ....!" kata satpam yang sudah berhadapan dengan Bonjot.
"Siaaaap ....!" teriak yang lain menyatakan kesiapannya.
Dan ..., "Brught ...."
Bonjot sudah ditubruk. Jatuh tengkurap di atas dipan. Langsung dipegangi lengan, kaki dan tubuhnya. Bahkan ada yang menindih bagian punggungnya. Ada dua orang yang memegangi pantatnya.
Dokter yang memegang alat suntik, langsung menusukkan jarum suntik itu di pantat. Sudah ditekan, dan obat bius itu pun sudah masuk semua.
"Obat biusnya akan bereaksi sekitar sepuluh menit. Semoga dia akan cepat tenang." kata dokter yang menyuntik.
"Iya, Pak dokter ...." sahut orang-orang yang masih mengerubungi Bonjot.
"Tolong tangannya diikatke tempat tidur. Bagian pinggang juga diikat. Kakinya yang yang tidak patah juga diikat, biar aman tidak banyak gerak." kata dokter yang satu lagi.
"Siap, Pak ...." kata seorang suster yang langsung bergegas menuju ruang perawat untuk mengambil pengikat pasien. Ada kain khusus standar kesehatan yang biasa digunakan untuk mengikat pasien. Rumah sakit memang menyiapkan seperti itu untuk menangani pasien yang hiper aktif gerakannya.
Dan sebentar saja, suster perawat itu sudah datang membawa perlengkapan pengikat pasien.
"Sini, saya bantu mengikat ...." kata salah seorang satpam yang langsung meminta kain pengikat itu. Ia pun langsung mengikat tangan Bonjot.
Satpam yang lain ikut membantu. Maka dalam waktu sekejap tubuh Bonjot sudah terikat dengan tempat tidur.
"Nah ..., sudah aman ...." kata salah seorang dokter.
"Boleh dilepas, Pak?" tanya orang-orang yang memegangi tubuh Bonjot.
"Ya ..., lepaskan saja .... Sudah tidak apa-apa. Toh sebentar lagi dia akan tidur terlelap.
Maka orang-orang yang memegangi Bonjot secara perlahan melepaskan pegangannya. Termasuk yang menindih punggungnya.
Tentu Bonjot yang diikat tangan, kaki dan tubuhnya, tidak sanggup melawan. Tidak lagi dapat meloncat.
"Hoha ....!!! Hoha ...!!! Hooo ..., ha ...!!!" mulut Bonjot kembali berteriak. Kali ini bukan teriakan kesakitan, tetapi teriakan yang menunjukkan seakan ia protes karena dirinya diikat. Bahkan lebih seperti teriakan yang menunjukkan seakan ia masih perkasa dan kuat. Namun orang-orang yang ada di situ sudah bisa tersenyum dan tertawa, karena Bonjot sudah tidak sanggup apa-apa lagi. Paling hanya berteriak-teriak. Yang penting tidak mengkhawatirkan kalau melompat ke tempat tidur pasien lain.
"Huahahahaha .....!!! Hoha ....!!! Hoha ...!!! Huahahahaha ....!!!" Bonjot tertawa bak raksasa yang sedang menantang musuhnya. Tentu tangan yang diikat itu sudah bergerak-gerak meronta ingin melepaskan ikatannya. Bahkan kakinya juga sudah bergerak-gerak seakan mau menendang. Demikian juga dengan tubuhnya yang seakan tidak rela kalau badannya juga diikat.
"Pak dokter, dia bergerak-gerak ingin melepaskan ikatannya, Pak dokter ...?!" kata salah seorang satpam yang masih berada di samping dipan tempat mengikat Bonjot.
"Tidak usah khawatir .... Sebentar lagi dia akan tertidur pulas ...." jawab sang dokter yang tadi menyuntikkan obat bius.
Pasti saja orang-orang yang ada di situ percaya dengan kata-kata dokter, yang memang kalau orang sudah dibius dia nanti akan tidak sadar dan tertidur. Mereka pun mengamati terus pasien yang sudah diikat itu, menunggu saat tidak menyadarkan diri.
Beberapa saat Bonjot memang mulai diam. Tidak berteriak. Bahkan gerakannya sudah mulai tidak terlihat. Pasti Bonjot akan segera terlelap. Orang-orang pun menjadi tenang. Dan beberapa orang dokter sudah meninggalkan ruang bangsal itu. Demikian juga dengan tiga orang satpam yang berjaga di bagian depan, mereka sudah meninggalkan ruang bangsal untuk kembali berjaga di bagian luar rumah sakit.
Namun, ternyata diamnya Bonjot itu tidak begitu lama. Dugaan para dokter kalau obat bius yang disuntikkan itu akan membuat Bonjot tak sadarkan diri ternyata keliru.
"Huahhhh .... Hahahaha .....!!! Boba ..., babo ....!!! Hohahoha ...!!! Huahahahaha ....!!!" Bonjot sudah berteriak lagi. Tentu dengan teriakan yang keras dan menakutkan.
Orang-orang yang ada dalam ruang bangsal itu kaget. Dua orang satpam yang semula akan melangkah pergi, langsung berbalik dan lari ke arah dipan tempat mengikat Bonjot. Ingin memastikan jika pasien itu tidak membahayakan lagi.
Namun, saat dua orang satpam itu sampai di tempat tidur yang digunakan untuk mengikat Bonjot, kejadian aneh terjadi. Tempat tidur itu bergerak bergoyang. Dua satpam itu langsung memegangi tempat tidur agar tidak bergerak.
"Tolong .... Tolong bantu pegangi tempat tidurnya ...!" kata salah satu satpam. Rupanya, dua orang satpam yang memegangi tempat tidur itu itdak kuat.
Beberapa orang laki-laki yang dekat dengan satpam itu langsung berlari, membantu memegang tempat tidur yang sudah bergerak kencang karena diguncang-guncang oleh Bonjot, yang tentu ingin melepaskan ikatannya.
"Walah ..., Pak dokter gimana to ...?! Obat biusnya tidak manjur ..., tidak mempan ...." kata salah seorang yang ikut memegangi tempat tidur.
"Iya .... Obat biusnya kurang banyak ...." sahut yang lain.
"Pokoknya pegangi dahulu .... Mungkin obat biusnya belum merasuk semua .... Tunggu saja." sahut satpam yang ingin meyakinkan.
Orang-orang yang ikut membantu memegangi pun menurut. Mereka juga beranggapan begitu. Mungkin obat bius itu belum merasuk semuanya, sehingga pasien yang disuntik itu belum tertidur. Mereka pun tetap memegangi tempat tidur Bonjot.
Namun semakin lama tidak semakin tenang. Gerakan Bonjot semakin kuat. Seakan ada kekuatan super yang muncul dari dalam tubuh orang yang baru saja disuntik bius. Seakan suntikan itu tidak membius, tetapi justru menambah kekuatan yang luar biasa. Faktanya, meski dipegang banyak orang, dipan tempat tidur itu justru bergerak semakin kuat. Semakin kencang dan semakin tidak karuan. Tentu semua orang justru panik dan ketakutan. Terutama para penunggu keluarga dan pasien yang ada di ruang bangsal tersebut.
"Tolong .... Kita pindahkan saja para pasien yang ada di ruang ini ...." kata seorang suster yang tidak ingin ambil resiko.
Maka beberapa orang, terutama keluarga para pasien, langsung membantu mendorong bed pasien keluarganya. Mereka berhamburan keluar ruang.
Di sisi lain, ketika orang-orang menyelamatkan keluarganya yang sakit, hanya tinggal dua satpam yang memegangi tempat tidur Bonjot. Saat itu, Bonjot kembali menggerakkan tempat tidurnya. Cepat dan kuat. Dua orang satpam yang berada di ujung berlawanan, yang satu memegang bagian atas, dan yang satunya lagi memegang bagian bawah, tidak kuat menahan gerakan tempat tidur yang seakan berayun seperti bandulan. Dua orang satpam itu terpelanting jatuh ke lantai. Dua satpam itu gelangsaran mengaduh kesakitan.
Dan yang lebih aneh, dipan tempat tidur yang jadi tempat pengikat Bonjot itu sekarang berdiri. Seakan Bonjot yang berdiri. Bahkan tempat tidur itu meloncat naik turun seperti yang dilakukan bonjot tadi. Seakan bagian bawah sudah menjadi kaki bonjot. Padahal kaki Bonjot masih terikat dan belum keluar dari dipan. Aneh, ada dipan meloncat-loncat seperti layaknya seorang bocah main trampolin.
Tentu orang-orang yang menyaksikan itu heran dan tidak percaya. Namun faktanya, ini benar-benar terjadi. Beruntung keluarganya yang sakit sudah dikeluarkan. Kini mereka hanya berani melihat dari luar ruang. Ada yang melihat dari pintu, ada juga yang menyaksikan dari jendela.
Dua orang satpam yang jatuh kesakitan, masih meringis duduk di pojok ruang. Ia juga takut. Salah seorang yang menonton dari jendela, melihat satpam itu, lantas menarik tangannya.
"Ayo sini .... Lewat sini, keluar dari jendela .... Kami bantu. Yang penting selamatkan dirimu dahulu ...." begitu katanya sambil menarik tangan satpam, yang lantas membantu mengeluarkan lewat jendela. Demikian juga satpam yang satunya.
"Hah, itu di dalam masih ada pasien satu ...." kata salah seorang.
"Waduh ....?! Bahaya ini ...." sahut yang lain.
Pasien yang masih tertinggal adalah temannya Bonjot, yang tidak bisa apa-apa. Tidak bisa gerak maupun bicara. Ya, saat para penunggu mengeluarkan keluarganya yang sakit, pasien satu itu tidak ada yang membantu. Tentu karena tidak ada keluarga yang di situ.
Bonjot semakin kranjingan. Gerakannya semakin kuat dan cepat. Loncatannya semakin tinggi. Tentu suaranya semakin gaduh. Suara dipan yang membentur-bentur lantai. Ruang bangsal rumah sakit itu pun menjadi acak-acakan.
"Awas ....!!!" teriak orang yang melihat.
"Waduh ...?! Bagaimana itu ...?!"
"Ada yang berani masuk untuk menyeret dipan pasien itu ...?!"
Ya, tentu orang-orang khawatir dengan satu pasien yang belum dikeluarkan. Sebagai rasa tanggung jawab petugas keamanan di rumah sakit, dua satpam yang sudah dibantu keluar itu langsung masuk lagi. akan membantu mengeluarkan pasien yang tertinggal.
Namun baru saja satpam itu masuk ke ruang bangsal, tiba-tiba dipan tempat tidur Bonjot sudah melayang melintas di hadapannya. Dipan itu meloncat tinggi sekali, melebihi tingginya dua satpam yang baru masuk ke ruangan. Dan ....
"Bhrouhgkt ....!!!"
Dipan yang melayang itu jatuh tepat di atas dipan yang ditempati temannya, pasien yang tertinggal di bangsal. Hanya terdengar suara benturan. Dua dipan itu kini menumpuk menjadi satu. Seakan menyatukan Bonjot dan temannya, yang dihimpit dua tempat tidur dari atas dan bawah.
"Masyaalah ...."
"Ya ampuuun ...."
"Hiiih ..., mengerikan ...."
Tentu orang-orang yang menyaksikan sangat ketakutan dan ngeri melihatnya. Dua satpan yang akan menolong tadi jadi terdiam. Hanya mampu melongo menyaksikan peristiwa itu.
Dan sejenak, tidak ada suara mengaduh ataupun suara orang kesakitan. Ruang itu kini menjadi hening. Dipan tempat tidur yang tadi meloncat tinggi, kini diam bertengger tepat di atas dipan temannya.
Dua orang satpam itu dengan waspada dan hati-hati mencoba mendekati. Ya, diam tidak ada gerakan lagi. Lantas mereka berdua mencoba menyentuh kaki-kaki dipan. Tetap saja diam tidak ada gerakan.
Beberapa orang laki-laki yang pemberani mencoba ikut masuk. Ingin memastikan kalau dipan yang meloncat-loncat tadi sudah benar-benar berhenti.
Seseorang menengok ke bawah. Lantas menunjukkan pada lantai.
"Ada tetesan darah ...." kata orang itu yang melihat ada darah mengucur dari tempat tidur, membasahi lantai.
"Hah ...?!"
"Banyak sekali darahnya ...."
"Coba kita angkat tempat tidurnya ...." Satpam itu meminta bantuan untuk mengangkat tempat tidur Bonjot yang terbalik menindih temannya.
Lantas dua orang satpam itu dibantu beberapa orang mengangkat secara bersama tempat tidur itu dan membalikkannya.
"Masyaallah ...."
"Yaampun ...."
"Apa dia sudah meninggal ...?"
Tubuh Bonjot berlumuran darah. Badannya remuk. Tidak hanya kaki yang patah, kini tangan dan lehernya juga terlihat patah. Ada luka yang parah di sekujur tubuhnya. Bahkan pada bagian dada, ada tulang iga yang keluar. Seluruh tubuhnya berlumuhan darah. Bonjot sudah meninggal dunia.
Tidak hanya Bonjot, temannya yang tertindih tubuh dan tempat tidurnya, mungkin lebih parah. Meski tidak terlihat lukanya, namun rupanya bagian dalam tubuh orang itu juga remuk. Hanya ada darah yang keluar dari mulut dan hidungnya. Matanya membelalak menakutkan. Laki-laki itu tidak bergerak sama sekali. Dia juga meninggal.
Kini, tiga laki-laki yang berniat memperkosa Cik Lan semuanya sudah meninggal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments