Chapter 20: KEMATIAN BONJOT

    Peristiwa di ruang bangsal itu langsung terdengar ke seluruh orang-orang yang ada di rumah sakit. Tidak hanya karyawan rumah sakit, tidak hanya orang yang menjaga keluarganya yang sakit, pasien-pasien yang menginap, tetapi juga para dokter. Maka tentu banyak orang ingin tahu peristiwa itu. Ruang bangsal rumah sakit itu seakan menjadi tempat pertunjukan. Orang-orang pada melongokkan kepalanya melalui jendela, ingin menyaksikan yang terjadi di ruang bangsal itu. Yang ditonton, Bonjot yang sedang meloncat-loncat di atas bed pasien, seakan seperti anak yang sedang main trampolin. Pasti orang-orang heran dengan kelakuan pasien itu. Sakit apa sebenarnya dia?

    Beberapa orang dokter yang ikut menyaksikan, hanya sanggup geleng-geleng kapala. Mereka heran, bagaimana mungkin pasien ini bisa meloncat-loncat seperti itu? Padahal kakinya saja patah dan belum dioperasi, tetapi Bonjot dapat meloncat-loncat seakan tidak mengalami sakit apa-apa.

    "Ini yang namanya kesurupan ...." kata salah seorang dokter.

    Ya, dalam dunia kedokteran, penyakit-penyakit aneh yang diyakini oleh masyarakat sebagai peristiwa gaib atau aneh, seperti santet, kesurupan, guna-guna, merupakan hal yang tidak dipercaya dalam dunia kedokteran. Menurut para dokter yang namanya penyakit itu bisa didiagnosa, bisa dipelajari, dapat diobati. Namun, para dokter itu, saat menyaksikan peristiwa yang terjadi di ruang bangsal Rumah Sakit Tuban tersebut baru percaya bahwa yang namanya kesurupan atau tubuh seseorang dikuasai oleh kekuatan gaib itu benar-benar ada. Buktinya, pasien yang kakinya patah tidak bisa jalan, kenyataannya malah meloncat-loncat naik turun tidak karuan. Apa kakinya yang patah itu tidak tambah remuh?

    Para dokter pun berembug bagaimana caranya dapat menenangkan pasien yang dianggap kesurupan tersebut. Karena kalau Bonjot terus berloncatan seperti itu, pasti akan merepotkan para suster dan juga bahaya bagi pasien atau orang lain. Satu-satunya jalan hanya dengan disuntik obat bius. Ya, akhirnya dokter pun menyepakati pasien itu disuntik bius.

    "Tolong ditangkap dahulu pasien ini, nanti akan kami suntik bius." kata salah seorang dokter yang meminta bantuan kepada para satpam yang sudah bertambah banyak.

    Para satpam itu pun langsung mengelilingi Bonjot. Mereka akan menangkap Bonjot yang terus berloncatan.

    "Kamu sana .... Tangkap dari belakang." sahut yang lain.

    "Nanti langsung dirobohkan ke tempat tidur."

    "Begitu roboh langsung didekap .... Langsung disuntik."

    "Ya, begitu tertangkap langsung disuntik."

    "Siap ...." kata salah seorang dokter yang sudah menyiapkan alat suntik.

    Dan enam orang satpam itu pun bersiap untuk menangkap Bonjot yang masih loncat-loncatan di atas kasur. Tidak hanya satpam, tetapi orang-orang laki-laki yang menjaga keluarganya yang sakit juga ikut membantu. Mereka bersiap menangkap pasien yang kesurupan.

    "Bersiap, ya ....!" kata satpam yang sudah berhadapan dengan Bonjot.

    "Siaaaap ....!" teriak yang lain menyatakan kesiapannya.

    Dan ..., "Brught ...."

    Bonjot sudah ditubruk. Jatuh tengkurap di atas dipan. Langsung dipegangi lengan, kaki dan tubuhnya. Bahkan ada yang menindih bagian punggungnya. Ada dua orang yang memegangi pantatnya.

    Dokter yang memegang alat suntik, langsung menusukkan jarum suntik itu di pantat. Sudah ditekan, dan obat bius itu pun sudah masuk semua.

    "Obat biusnya akan bereaksi sekitar sepuluh menit. Semoga dia akan cepat tenang." kata dokter yang menyuntik.

    "Iya, Pak dokter ...." sahut orang-orang yang masih mengerubungi Bonjot.

    "Tolong tangannya diikatke tempat tidur. Bagian pinggang juga diikat. Kakinya yang yang tidak patah juga diikat, biar aman tidak banyak gerak." kata dokter yang satu lagi.

    "Siap, Pak ...." kata seorang suster yang langsung bergegas menuju ruang perawat untuk mengambil pengikat pasien. Ada kain khusus standar kesehatan yang biasa digunakan untuk mengikat pasien. Rumah sakit memang menyiapkan seperti itu untuk menangani pasien yang hiper aktif gerakannya.

    Dan sebentar saja, suster perawat itu sudah datang membawa perlengkapan pengikat pasien.

    "Sini, saya bantu mengikat ...." kata salah seorang satpam yang langsung meminta kain pengikat itu. Ia pun langsung mengikat tangan Bonjot.

    Satpam yang lain ikut membantu. Maka dalam waktu sekejap tubuh Bonjot sudah terikat dengan tempat tidur.

    "Nah ..., sudah aman ...." kata salah seorang dokter.

    "Boleh dilepas, Pak?" tanya orang-orang yang memegangi tubuh Bonjot.

    "Ya ..., lepaskan saja .... Sudah tidak apa-apa. Toh sebentar lagi dia akan tidur terlelap.

    Maka orang-orang yang memegangi Bonjot secara perlahan melepaskan pegangannya. Termasuk yang menindih punggungnya.

    Tentu Bonjot yang diikat tangan, kaki dan tubuhnya, tidak sanggup melawan. Tidak lagi dapat meloncat.

    "Hoha ....!!! Hoha ...!!! Hooo ..., ha ...!!!" mulut Bonjot kembali berteriak. Kali ini bukan teriakan kesakitan, tetapi teriakan yang menunjukkan seakan ia protes karena dirinya diikat. Bahkan lebih seperti teriakan yang menunjukkan seakan ia masih perkasa dan kuat. Namun orang-orang yang ada di situ sudah bisa tersenyum dan tertawa, karena Bonjot sudah tidak sanggup apa-apa lagi. Paling hanya berteriak-teriak. Yang penting tidak mengkhawatirkan kalau melompat ke tempat tidur pasien lain.

    "Huahahahaha .....!!! Hoha ....!!! Hoha ...!!! Huahahahaha ....!!!" Bonjot tertawa bak raksasa yang sedang menantang musuhnya. Tentu tangan yang diikat itu sudah bergerak-gerak meronta ingin melepaskan ikatannya. Bahkan kakinya juga sudah bergerak-gerak seakan mau menendang. Demikian juga dengan tubuhnya yang seakan tidak rela kalau badannya juga diikat.

    "Pak dokter, dia bergerak-gerak ingin melepaskan ikatannya, Pak dokter ...?!" kata salah seorang satpam yang masih berada di samping dipan tempat mengikat Bonjot.

    "Tidak usah khawatir .... Sebentar lagi dia akan tertidur pulas ...." jawab sang dokter yang tadi menyuntikkan obat bius.

    Pasti saja orang-orang yang ada di situ percaya dengan kata-kata dokter, yang memang kalau orang sudah dibius dia nanti akan tidak sadar dan tertidur. Mereka pun mengamati terus pasien yang sudah diikat itu, menunggu saat tidak menyadarkan diri.

    Beberapa saat Bonjot memang mulai diam. Tidak berteriak. Bahkan gerakannya sudah mulai tidak terlihat. Pasti Bonjot akan segera terlelap. Orang-orang pun menjadi tenang. Dan beberapa orang dokter sudah meninggalkan ruang bangsal itu. Demikian juga dengan tiga orang satpam yang berjaga di bagian depan, mereka sudah meninggalkan ruang bangsal untuk kembali berjaga di bagian luar rumah sakit.

    Namun, ternyata diamnya Bonjot itu tidak begitu lama. Dugaan para dokter kalau obat bius yang disuntikkan itu akan membuat Bonjot tak sadarkan diri ternyata keliru.

     "Huahhhh .... Hahahaha .....!!! Boba ..., babo ....!!! Hohahoha ...!!! Huahahahaha ....!!!" Bonjot sudah berteriak lagi. Tentu dengan teriakan yang keras dan menakutkan.

    Orang-orang yang ada dalam ruang bangsal itu kaget. Dua orang satpam yang semula akan melangkah pergi, langsung berbalik dan lari ke arah dipan tempat mengikat Bonjot. Ingin memastikan jika pasien itu tidak membahayakan lagi.

    Namun, saat dua orang satpam itu sampai di tempat tidur yang digunakan untuk mengikat Bonjot, kejadian aneh terjadi. Tempat tidur itu bergerak bergoyang. Dua satpam itu langsung memegangi tempat tidur agar tidak bergerak.

    "Tolong .... Tolong bantu pegangi tempat tidurnya ...!" kata salah satu satpam. Rupanya, dua orang satpam yang memegangi tempat tidur itu itdak kuat.

    Beberapa orang laki-laki yang dekat dengan satpam itu langsung berlari, membantu memegang tempat tidur yang sudah bergerak kencang karena diguncang-guncang oleh Bonjot, yang tentu ingin melepaskan ikatannya.

    "Walah ..., Pak dokter gimana to ...?! Obat biusnya tidak manjur ..., tidak mempan ...." kata salah seorang yang ikut memegangi tempat tidur.

    "Iya .... Obat biusnya kurang banyak ...." sahut yang lain.

    "Pokoknya pegangi dahulu .... Mungkin obat biusnya belum merasuk semua .... Tunggu saja." sahut satpam yang ingin meyakinkan.

    Orang-orang yang ikut membantu memegangi pun menurut. Mereka juga beranggapan begitu. Mungkin obat bius itu belum merasuk semuanya, sehingga pasien yang disuntik itu belum tertidur. Mereka pun tetap memegangi tempat tidur Bonjot.

    Namun semakin lama tidak semakin tenang. Gerakan Bonjot semakin kuat. Seakan ada kekuatan super yang muncul dari dalam tubuh orang yang baru saja disuntik bius. Seakan suntikan itu tidak membius, tetapi justru menambah kekuatan yang luar biasa. Faktanya, meski dipegang banyak orang, dipan tempat tidur itu justru bergerak semakin kuat. Semakin kencang dan semakin tidak karuan. Tentu semua orang justru panik dan ketakutan. Terutama para penunggu keluarga dan pasien yang ada di ruang bangsal tersebut.

    "Tolong .... Kita pindahkan saja para pasien yang ada di ruang ini ...." kata seorang suster yang tidak ingin ambil resiko.

    Maka beberapa orang, terutama keluarga para pasien, langsung membantu mendorong bed pasien keluarganya. Mereka berhamburan keluar ruang.

    Di sisi lain, ketika orang-orang menyelamatkan keluarganya yang sakit, hanya tinggal dua satpam yang memegangi tempat tidur Bonjot. Saat itu, Bonjot kembali menggerakkan tempat tidurnya. Cepat dan kuat. Dua orang satpam yang berada di ujung berlawanan, yang satu memegang bagian atas, dan yang satunya lagi memegang bagian bawah, tidak kuat menahan gerakan tempat tidur yang seakan berayun seperti bandulan. Dua orang satpam itu terpelanting jatuh ke lantai. Dua satpam itu gelangsaran mengaduh kesakitan.

    Dan yang lebih aneh, dipan tempat tidur yang jadi tempat pengikat Bonjot itu sekarang berdiri. Seakan Bonjot yang berdiri. Bahkan tempat tidur itu meloncat naik turun seperti yang dilakukan bonjot tadi. Seakan bagian bawah sudah menjadi kaki bonjot. Padahal kaki Bonjot masih terikat dan belum keluar dari dipan. Aneh, ada dipan meloncat-loncat seperti layaknya seorang bocah main trampolin.

    Tentu orang-orang yang menyaksikan itu heran dan tidak percaya. Namun faktanya, ini benar-benar terjadi. Beruntung keluarganya yang sakit sudah dikeluarkan. Kini mereka hanya berani melihat dari luar ruang. Ada yang melihat dari pintu, ada juga yang menyaksikan dari jendela.

    Dua orang satpam yang jatuh kesakitan, masih meringis duduk di pojok ruang. Ia juga takut. Salah seorang yang menonton dari jendela, melihat satpam itu, lantas menarik tangannya.

    "Ayo sini .... Lewat sini, keluar dari jendela .... Kami bantu. Yang penting selamatkan dirimu dahulu ...." begitu katanya sambil menarik tangan satpam, yang lantas membantu mengeluarkan lewat jendela. Demikian juga satpam yang satunya.

    "Hah, itu di dalam masih ada pasien satu ...." kata salah seorang.

    "Waduh ....?! Bahaya ini ...." sahut yang lain.

    Pasien yang masih tertinggal adalah temannya Bonjot, yang tidak bisa apa-apa. Tidak bisa gerak maupun bicara. Ya, saat para penunggu mengeluarkan keluarganya yang sakit, pasien satu itu tidak ada yang membantu. Tentu karena tidak ada keluarga yang di situ.

    Bonjot semakin kranjingan. Gerakannya semakin kuat dan cepat. Loncatannya semakin tinggi. Tentu suaranya semakin gaduh. Suara dipan yang membentur-bentur lantai. Ruang bangsal rumah sakit itu pun menjadi acak-acakan.

    "Awas ....!!!" teriak orang yang melihat.

    "Waduh ...?! Bagaimana itu ...?!"

    "Ada yang berani masuk untuk menyeret dipan pasien itu ...?!"

    Ya, tentu orang-orang khawatir dengan satu pasien yang belum dikeluarkan. Sebagai rasa tanggung jawab petugas keamanan di rumah sakit, dua satpam yang sudah dibantu keluar itu langsung masuk lagi. akan membantu mengeluarkan pasien yang tertinggal.

    Namun baru saja satpam itu masuk ke ruang bangsal, tiba-tiba dipan tempat tidur Bonjot sudah melayang melintas di hadapannya. Dipan itu meloncat tinggi sekali, melebihi tingginya dua satpam yang baru masuk ke ruangan. Dan ....

    "Bhrouhgkt ....!!!"

    Dipan yang melayang itu jatuh tepat di atas dipan yang ditempati temannya, pasien yang tertinggal di bangsal. Hanya terdengar suara benturan. Dua dipan itu kini menumpuk menjadi satu. Seakan menyatukan Bonjot dan temannya, yang dihimpit dua tempat tidur dari atas dan bawah.

    "Masyaalah ...."

    "Ya ampuuun ...."

    "Hiiih ..., mengerikan ...."

    Tentu orang-orang yang menyaksikan sangat ketakutan dan ngeri melihatnya. Dua satpan yang akan menolong tadi jadi terdiam. Hanya mampu melongo menyaksikan peristiwa itu.

    Dan sejenak, tidak ada suara mengaduh ataupun suara orang kesakitan. Ruang itu kini menjadi hening. Dipan tempat tidur yang tadi meloncat tinggi, kini diam bertengger tepat di atas dipan temannya.

    Dua orang satpam itu dengan waspada dan hati-hati mencoba mendekati. Ya, diam tidak ada gerakan lagi. Lantas mereka berdua mencoba menyentuh kaki-kaki dipan. Tetap saja diam tidak ada gerakan.

    Beberapa orang laki-laki yang pemberani mencoba ikut masuk. Ingin memastikan kalau dipan yang meloncat-loncat tadi sudah benar-benar berhenti.

    Seseorang menengok ke bawah. Lantas menunjukkan pada lantai.

    "Ada tetesan darah ...." kata orang itu yang melihat ada darah mengucur dari tempat tidur, membasahi lantai.

    "Hah ...?!"

    "Banyak sekali darahnya ...."

    "Coba kita angkat tempat tidurnya ...." Satpam itu meminta bantuan untuk mengangkat tempat tidur Bonjot yang terbalik menindih temannya.

    Lantas dua orang satpam itu dibantu beberapa orang mengangkat secara bersama tempat tidur itu dan membalikkannya.

    "Masyaallah ...."

    "Yaampun ...."

    "Apa dia sudah meninggal ...?"

    Tubuh Bonjot berlumuran darah. Badannya remuk. Tidak hanya kaki yang patah, kini tangan dan lehernya juga terlihat patah. Ada luka yang parah di sekujur tubuhnya. Bahkan pada bagian dada, ada tulang iga yang keluar. Seluruh tubuhnya berlumuhan darah. Bonjot sudah meninggal dunia.

    Tidak hanya Bonjot, temannya yang tertindih tubuh dan tempat tidurnya, mungkin lebih parah. Meski tidak terlihat lukanya, namun rupanya bagian dalam tubuh orang itu juga remuk. Hanya ada darah yang keluar dari mulut dan hidungnya. Matanya membelalak menakutkan. Laki-laki itu tidak bergerak sama sekali. Dia juga meninggal.

    Kini, tiga laki-laki yang berniat memperkosa Cik Lan semuanya sudah meninggal.

Episodes
1 Chapter 1: KEBAKARAN PASAR GOMBRANG
2 Chapter 2: MISTERI KEMATIAN BERUNTUN
3 Chapter 3: BERANI MENANTANG
4 Chapter 4: DEMO BERDARAH
5 Chapter 5: DUKA CIK LAN
6 Chapter 6: TEROR CIK LAN
7 Chapter 7: RAHASIA CIK LAN
8 Chapter 8: MELIAN HILANG
9 Chapter 9: TUMBAL SESAJI
10 Chapter 10: APES
11 Chapter 11: JEMBATAN MEMAKAN KORBAN
12 Chapter 12: GEGER SUNGAI CERBUNG
13 Chapter 13: NASIB CIK LAN
14 Chapter 14: BERITA KEMATIAN CIK LAN
15 Chapter 15: INTEROGASI
16 Chapter 16 : BAYI YANG DIBERIKAN
17 Chapter 17 : MAISONG
18 Chapter 18 : BAYI ANEH
19 Chapter 19: KEJADIAN ANEH DI RUMAH SAKIT
20 Chapter 20: KEMATIAN BONJOT
21 Chapter 21: PENGUBURAN CIK LAN
22 Chapter 22: MELIAN ANAKKU
23 Chapter 23: KECELAKAAN TRAGIS
24 Chapter 24: LEDAKAN DI KREMATORIUM
25 Chapter 25: KERINDUAN PADA CUCU
26 Chapter 26: PUCUK DICINTA ANAK DIBERIKAN
27 Chapter 27: MISTERI KUCING HITAM
28 Chapter 28: MESIN JAHIT BARU DARI UANG ANEH
29 Chapter 29: MALING MALANG
30 Chapter 30: POLISI ANEH
31 Chapter 31: KAMPUNG AMAN MAKMUR
32 Chapter 32: TEROR HANTU CEKIK
33 Chapter 33: MENANGKAP HANTU CEKIK
34 Chapter 34: MENYELAMATKAN DIRI
35 Chapter 35: CERITA-CERITA SERAM
36 Chapter 36: BALAS DENDAM HANTU CEKIK
37 Chapter 37: MENCARI BUKTI PEMBUNUHAN
38 Chapter 38: PAGEBLUK DI DESA SARANG
39 Chapter 39: PENGADILAN TERAKHIR
40 Chapter 40: MENATAP ASA
41 Chapter 41: MENGAWALI HIDUP
42 Chapter 42: MISTERI NENEK ANEH
43 Chapter 43: MENYIBAK MISTERI
44 Chapter 44: MENCARI KABAR
45 Chapter 45: STRES
46 Chapter 46: SAKIT ITU MENYEDIHKAN
47 Chapter 47: DERITA TIADA AKHIR
48 Chapter 48: BERITA DUKA
49 Chapter 49: BIMBANG
50 Chapter 50: ZIARAH
51 Chapter 51: DI PUNCAK GUNUNG BUGEL
52 Chapter 52: MAKAM TAK TERAWAT
53 Chapter 53: SELAMATAN
54 Chapter 54: SUARA-SUARA ANEH
55 Chapter 55: MENONTON BARONGSAI
56 Chapter 56: COPET DI PASAR
57 Chapter 57: MELEPAS COPET
58 Chapter 58: KRISIS MONETER
59 Chapter 59: KRISMON TERUS-TERUSAN
60 Chapter 60: TITIK NADIR
61 Chapter 61: KECEWA
62 Chapter 62: KARMA
63 Chapter 63: MINTA PESANGON
64 Chapter 64: SERAH TERIMA
65 Chapter 65: BOS BARU
66 Chapter 66: MEMULAI USAHA
67 Chapter 67: REZEKI, TUHAN YANG MENGATUR
68 Chapter 68: UNTUNG BESAR
69 Chapter 69: CEMBURU ITU PASTI ADA
70 Chapter 70: OBAT CEMBURU
71 Chapter 71: MENANYA ORANG TUA
72 Chapter 72: DI PUNCAK GUNUNG BUGEL
73 Chapter 73: KETEMU MAMAH
74 Chapter 74: TIDAK MAU WARISAN
75 Chapter 75: TIDAK KETEMU
76 Chapter 76: TIDAK MENYANGKA
77 Chapter 77: CERITA IRUL
78 Chapter 78: TIDUR NYENYAK
79 Chapter 79: RAPI ITU MENAWAN
80 Chapter 80: ANEH
81 Chapter 81: INGKAR LAGI
82 Chapter 82: TELEPON MENGAGETKAN
83 Chapter 83: DI SURABAYA
84 Chapter 84: DITUDUH
85 Chapter 85: TELUR BUSUK
86 Chapter 86: BAU BUSUK
87 Chapter 87: MENYEBAR BAU BUSUK
88 Chapter 88: PENGEMIS MINTA AMPUN
89 Chapter 89: PENGEMIS YANG MENINGGAL
90 Chapter 90: SEKOLAH DI KOTA BESAR
91 Chapter 91: TEMAN BARU
92 Chapter 92: MURID BARU
93 Chapter 93: MALAM INAGURASI
94 Chapter 94: MASUK KLENTENG
95 Chapter 95: BELAJAR WUSHU
96 Chapter 96: PEDANG NAGA SAKTI
97 Chapter 97: RINDU
98 Chapter 98: RETAK
99 Chapter 99: TANDING PEMBUKTIAN
100 Chapter 100: JURUS-JURUS MAUT
101 Chapter 101: CERITA-CERITA SERU
102 Chapter 102: BUAH KATA-KATA
103 Chapter 103: MUDIK
104 Chapter 104: OBROLAN DI MEJA MAKAN
105 Chapter 105: CERITA SEBELUM TIDUR
106 Chapter 106: MINGGU CERIA
107 Chapter 107: JALAN-JALAN
108 Chapter 108: ENAKNYA MAKANAN KHAS
109 Chapter 109: PERMOHONAN MAAF
110 Chapter 110: PENYESALAN
111 Chapter 111: RESAH MENCARI
112 Chapter 112: PENASARAN
113 Chapter 113: RASA ANEH
114 Chapter 114: NEMBAK
115 Chapter 115: MENGURAI BELENGGU CINTA
116 Chapter 116: BANDUNGAN MALAM MINGGU
117 Chapter 117: TERBIUS
118 Chapter 118: PERGUMULAN DAHSYAT
119 Chapter 119: KECELAKAAN DI JURANG
120 Chapter 120: PENEMUAN MAYAT DI VILA
121 Chapter 121: BERITA MENGGEGERKAN
122 Chapter 122: AUTOPSI
123 Chapter 123: BERITA DARI SEKOLAH LAIN
124 Chapter 124: ADA YANG ANEH
125 Chapter 125: PERISTIWA DI RUMAH DUKA
126 Chapter 126: GADIS ANEH
127 Chapter 127: PETI MAYAT TERJATUH
128 Chapter 128: MIMPI BURUK
129 Chapter 129: DI RUMAH KOST
130 Chapter 130: GELISAH ORANG TUA
131 Chapter 131: KABAR DARI SEMARANG
132 Chapter 132: MENGAMATI FOTO
133 Chapter 133: MENELISIK PERISTIWA
134 Chapter 134: MENCARI MELIAN
135 Chapter 135: RAPORT MELIAN
136 Chapter 136: DIMANA MELIAN?
137 Chapter 137: IRUL DAN MELIAN HILANG
138 Chapter 138: KABUT JINGGA DI GUNUNG BUGEL
139 Chapter 139: BERTEMUNYA IRUL DAN MELIAN
140 Chapter 140: MEMBAWA AMANAH
141 Chapter 141: MENYIBAK MISTERI KABUT JINGGA
142 Chapter 142: MELIAN DI RUMAH DUKA
143 Chapter 143: KISAH IRUL DI RUMAH NENEK JUMPRIT
144 Chapter 144: MENJEMPUT ANAK
145 Chapter 145: NEMBUNG
146 Chapter 146: CERITA MELIAN
147 Chapter 147: PINDAH SEKOLAH
148 Chapter 148: PENGORBANAN CINTA
149 Chapter 149: MEREMBUG PERNIKAHAN
150 Chapter 150: PESTA PERNIKAHAN
151 Chapter 151: PENGANTIN BARU
152 Chapter 152: MEMBUKA RAHASIA
153 Chapter 153: MENAWARKAN PERHIASAN
154 Chapter 154: BER-UANG
155 Chapter 155: MELIAN KESEPIAN
156 Chapter 156: MEMILIH KEPUTUSAN
157 Chapter 157: MALAM MENAKUTKAN
158 Chapter 158: APA YANG MENAKUTKAN?
159 Chapter 159: MENCARI TEMPAT USAHA
160 Chapter 160: MEMBELI RUMAH
161 Chapter 161: JURAGAN SEMBAKO
162 Chapter 162: TOKO LARIS
163 Chapter 163: ANJANGSANA
164 Chapter 164: MENGUNJUNGI RUMAH ENGKONG
165 Chapter 165: KAKEK MISTERIUS
166 Chapter 166: DUNIA LAIN
167 Chapter 167: KENYATAAN MIMPI
168 Chapter 168: URUSAN BANK
169 Chapter 169: PENJUAL KORAN
170 Chapter 170: SAUDARA JAHAT
171 Chapter 171: MELAYAT
172 Chapter 172: MENGINTIP
173 Chapter 173: MENELISIK BANK
174 Chapter 174: KARMA
175 Chapter 175: BERBENAH RUMAH
176 Chapter 176: CERITA BAKUL SARAPAN
177 Chapter 177: BERSYUKUR
178 Chapter 178: POCONG MENINGGAL DUNIA
179 Chapter 179: RUMAH YANG INDAH
180 Chapter 180: SILSILAH KELUARGA
181 Chapter 181: MELONGO
182 Chapter 182: GADIS DEWASA
183 Chapter 183: GADIS IDOLA
184 Chapter 184: GADIS RAJIN
185 Chapter 185: BERANGKAT KE JAKARTA
186 Chapter 186: KULIAH
187 Chapter 187: MENIKMATI MALAM DI JAKARTA
188 Chapter 188: KURSUS INGGRIS
189 Chapter 189: DICEGAT BERANDAL
190 Chapter 190: SAHABAT BAIK
191 Chapter 191: JALAN-JALAN KE MONAS
192 Chapter 192: SOPIR TAKSI KURANG AJAR
193 Chapter 193: GEGER SOPIR TAKSI
194 Chapter 194: LIBURAN SEMESTER
195 Chapter 195: PULANG KAMPUNG
196 Chapter 196: OLEH-OLEH
197 Chapter 197: CERITA PADA CIK INDRA
198 Chapter 198: MESRA BERTIGA
199 Chapter 199: KEMESRAAN DI MEJA MAKAN
200 Chapter 200: KEMBALI KULIAH
201 Chapter 201: PERAMPOK SADIS
202 Chapter 202: GEGER DI TOKO LARIS
203 Chapter 203: BELAJAR IKHLAS
204 chapter 204: MEMBEZUK
205 Chapter 205: PASRAH BERSERAH
206 Chapter 206: TANGIS SEDIH
207 Chapter 207: GELANG GIOK ANEH
208 Chapter 208: BERITA DUKA
209 Chapter 209: ISAK TANGIS PELAYAT
210 Chapter 210: SEGENGGAM TANAH KUBURAN
211 Chapter 211: TRUK NYASAR DI TENGAH HUTAN
212 Chapter 212: KULIAH YANG MENJENGKELKAN
213 Chapter 213: YUDISIUM
214 Chapter 214: JAKARTA ITU KERAS
215 Chapter 215: BELAJAR HIDUP
216 Chapter 216: BERSATU KITA KUAT
217 Chapter 217: HOBI BARU
218 Chapter 218: KAWAN DEKAT
219 Chapter 219: TERGILA-GILA
220 Chapter 220: HANCUR
221 Chapter 221: PECAHNYA PERSAHABATAN
222 Chapter 222: KEHILANGAN SAHABAT
223 Chapter 223: KECEWA
224 Chapter 224: KUNJUNGAN ORANG TUA
225 Chapter 225: AKU MINTA MAAF
226 Chapter 226: CURHATAN
227 Chapter 227: TERPANGGANG
228 Chapter 228: TELEPON RINDU
229 Chapter 229: UJIAN SKRIPSI
230 Chapter 230: ARAK-ARAKAN
231 Chapter 231: DEKAT MELEKAT
232 Chapter 232: BILA RASAMU ITU RASAKU
233 Chapter 233: HATIKU MENYALA
234 Chapter 234: ROMANSA REMANG
235 Chapter 235: RINDU KAMPUNG
236 Chapter 236: BERDUA RASA
237 Chapter 237: KENYATAAN MIMPI
238 Chapter 238: KECELAKAAN DI PUNCAK
239 Chapter 239: PEREMPUAN ANEH
240 Chapter 240: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
241 Chapter 241: TARUHAN PARA LELEMBUT
242 Chapter 242: SIRNA
243 Chapter 243: PANDAI MERENDAH
244 Chapter 244: KEMBALI KE JAKARTA
245 Chapter 245: DI KAMPUS
246 Chapter 246: TELEPON CINTA
247 Chapter 247: GEJOLAK HATI PAK DOSEN
248 Chapter 248: JALAN-JALAN DENGAN PAK DOSEN
249 Chapter 249: MENGUNGKAPKAN PERASAAN
250 Chapter 250: SAMPAI JAKARTA
251 EPISODE 251: WISUDA
252 EPISODE 252: PERTAMA YANG TERAKHIR
253 EPISODE 253: MENGAPA HARUS TERJADI?
254 EPISODE 254: MENANYA GELANG ANEH
255 EPISODE 255: MENCARI PEMBERI GELANG GIOK
256 EPISODE 256: SANG PEWARIS
257 EPISODE 257: MENGAMATI SILSILAH
258 EPISODE 258: BENCANA DI DUSUN PANCUR
259 EPISODE 259: PERNIKAHAN MELIAN
Episodes

Updated 259 Episodes

1
Chapter 1: KEBAKARAN PASAR GOMBRANG
2
Chapter 2: MISTERI KEMATIAN BERUNTUN
3
Chapter 3: BERANI MENANTANG
4
Chapter 4: DEMO BERDARAH
5
Chapter 5: DUKA CIK LAN
6
Chapter 6: TEROR CIK LAN
7
Chapter 7: RAHASIA CIK LAN
8
Chapter 8: MELIAN HILANG
9
Chapter 9: TUMBAL SESAJI
10
Chapter 10: APES
11
Chapter 11: JEMBATAN MEMAKAN KORBAN
12
Chapter 12: GEGER SUNGAI CERBUNG
13
Chapter 13: NASIB CIK LAN
14
Chapter 14: BERITA KEMATIAN CIK LAN
15
Chapter 15: INTEROGASI
16
Chapter 16 : BAYI YANG DIBERIKAN
17
Chapter 17 : MAISONG
18
Chapter 18 : BAYI ANEH
19
Chapter 19: KEJADIAN ANEH DI RUMAH SAKIT
20
Chapter 20: KEMATIAN BONJOT
21
Chapter 21: PENGUBURAN CIK LAN
22
Chapter 22: MELIAN ANAKKU
23
Chapter 23: KECELAKAAN TRAGIS
24
Chapter 24: LEDAKAN DI KREMATORIUM
25
Chapter 25: KERINDUAN PADA CUCU
26
Chapter 26: PUCUK DICINTA ANAK DIBERIKAN
27
Chapter 27: MISTERI KUCING HITAM
28
Chapter 28: MESIN JAHIT BARU DARI UANG ANEH
29
Chapter 29: MALING MALANG
30
Chapter 30: POLISI ANEH
31
Chapter 31: KAMPUNG AMAN MAKMUR
32
Chapter 32: TEROR HANTU CEKIK
33
Chapter 33: MENANGKAP HANTU CEKIK
34
Chapter 34: MENYELAMATKAN DIRI
35
Chapter 35: CERITA-CERITA SERAM
36
Chapter 36: BALAS DENDAM HANTU CEKIK
37
Chapter 37: MENCARI BUKTI PEMBUNUHAN
38
Chapter 38: PAGEBLUK DI DESA SARANG
39
Chapter 39: PENGADILAN TERAKHIR
40
Chapter 40: MENATAP ASA
41
Chapter 41: MENGAWALI HIDUP
42
Chapter 42: MISTERI NENEK ANEH
43
Chapter 43: MENYIBAK MISTERI
44
Chapter 44: MENCARI KABAR
45
Chapter 45: STRES
46
Chapter 46: SAKIT ITU MENYEDIHKAN
47
Chapter 47: DERITA TIADA AKHIR
48
Chapter 48: BERITA DUKA
49
Chapter 49: BIMBANG
50
Chapter 50: ZIARAH
51
Chapter 51: DI PUNCAK GUNUNG BUGEL
52
Chapter 52: MAKAM TAK TERAWAT
53
Chapter 53: SELAMATAN
54
Chapter 54: SUARA-SUARA ANEH
55
Chapter 55: MENONTON BARONGSAI
56
Chapter 56: COPET DI PASAR
57
Chapter 57: MELEPAS COPET
58
Chapter 58: KRISIS MONETER
59
Chapter 59: KRISMON TERUS-TERUSAN
60
Chapter 60: TITIK NADIR
61
Chapter 61: KECEWA
62
Chapter 62: KARMA
63
Chapter 63: MINTA PESANGON
64
Chapter 64: SERAH TERIMA
65
Chapter 65: BOS BARU
66
Chapter 66: MEMULAI USAHA
67
Chapter 67: REZEKI, TUHAN YANG MENGATUR
68
Chapter 68: UNTUNG BESAR
69
Chapter 69: CEMBURU ITU PASTI ADA
70
Chapter 70: OBAT CEMBURU
71
Chapter 71: MENANYA ORANG TUA
72
Chapter 72: DI PUNCAK GUNUNG BUGEL
73
Chapter 73: KETEMU MAMAH
74
Chapter 74: TIDAK MAU WARISAN
75
Chapter 75: TIDAK KETEMU
76
Chapter 76: TIDAK MENYANGKA
77
Chapter 77: CERITA IRUL
78
Chapter 78: TIDUR NYENYAK
79
Chapter 79: RAPI ITU MENAWAN
80
Chapter 80: ANEH
81
Chapter 81: INGKAR LAGI
82
Chapter 82: TELEPON MENGAGETKAN
83
Chapter 83: DI SURABAYA
84
Chapter 84: DITUDUH
85
Chapter 85: TELUR BUSUK
86
Chapter 86: BAU BUSUK
87
Chapter 87: MENYEBAR BAU BUSUK
88
Chapter 88: PENGEMIS MINTA AMPUN
89
Chapter 89: PENGEMIS YANG MENINGGAL
90
Chapter 90: SEKOLAH DI KOTA BESAR
91
Chapter 91: TEMAN BARU
92
Chapter 92: MURID BARU
93
Chapter 93: MALAM INAGURASI
94
Chapter 94: MASUK KLENTENG
95
Chapter 95: BELAJAR WUSHU
96
Chapter 96: PEDANG NAGA SAKTI
97
Chapter 97: RINDU
98
Chapter 98: RETAK
99
Chapter 99: TANDING PEMBUKTIAN
100
Chapter 100: JURUS-JURUS MAUT
101
Chapter 101: CERITA-CERITA SERU
102
Chapter 102: BUAH KATA-KATA
103
Chapter 103: MUDIK
104
Chapter 104: OBROLAN DI MEJA MAKAN
105
Chapter 105: CERITA SEBELUM TIDUR
106
Chapter 106: MINGGU CERIA
107
Chapter 107: JALAN-JALAN
108
Chapter 108: ENAKNYA MAKANAN KHAS
109
Chapter 109: PERMOHONAN MAAF
110
Chapter 110: PENYESALAN
111
Chapter 111: RESAH MENCARI
112
Chapter 112: PENASARAN
113
Chapter 113: RASA ANEH
114
Chapter 114: NEMBAK
115
Chapter 115: MENGURAI BELENGGU CINTA
116
Chapter 116: BANDUNGAN MALAM MINGGU
117
Chapter 117: TERBIUS
118
Chapter 118: PERGUMULAN DAHSYAT
119
Chapter 119: KECELAKAAN DI JURANG
120
Chapter 120: PENEMUAN MAYAT DI VILA
121
Chapter 121: BERITA MENGGEGERKAN
122
Chapter 122: AUTOPSI
123
Chapter 123: BERITA DARI SEKOLAH LAIN
124
Chapter 124: ADA YANG ANEH
125
Chapter 125: PERISTIWA DI RUMAH DUKA
126
Chapter 126: GADIS ANEH
127
Chapter 127: PETI MAYAT TERJATUH
128
Chapter 128: MIMPI BURUK
129
Chapter 129: DI RUMAH KOST
130
Chapter 130: GELISAH ORANG TUA
131
Chapter 131: KABAR DARI SEMARANG
132
Chapter 132: MENGAMATI FOTO
133
Chapter 133: MENELISIK PERISTIWA
134
Chapter 134: MENCARI MELIAN
135
Chapter 135: RAPORT MELIAN
136
Chapter 136: DIMANA MELIAN?
137
Chapter 137: IRUL DAN MELIAN HILANG
138
Chapter 138: KABUT JINGGA DI GUNUNG BUGEL
139
Chapter 139: BERTEMUNYA IRUL DAN MELIAN
140
Chapter 140: MEMBAWA AMANAH
141
Chapter 141: MENYIBAK MISTERI KABUT JINGGA
142
Chapter 142: MELIAN DI RUMAH DUKA
143
Chapter 143: KISAH IRUL DI RUMAH NENEK JUMPRIT
144
Chapter 144: MENJEMPUT ANAK
145
Chapter 145: NEMBUNG
146
Chapter 146: CERITA MELIAN
147
Chapter 147: PINDAH SEKOLAH
148
Chapter 148: PENGORBANAN CINTA
149
Chapter 149: MEREMBUG PERNIKAHAN
150
Chapter 150: PESTA PERNIKAHAN
151
Chapter 151: PENGANTIN BARU
152
Chapter 152: MEMBUKA RAHASIA
153
Chapter 153: MENAWARKAN PERHIASAN
154
Chapter 154: BER-UANG
155
Chapter 155: MELIAN KESEPIAN
156
Chapter 156: MEMILIH KEPUTUSAN
157
Chapter 157: MALAM MENAKUTKAN
158
Chapter 158: APA YANG MENAKUTKAN?
159
Chapter 159: MENCARI TEMPAT USAHA
160
Chapter 160: MEMBELI RUMAH
161
Chapter 161: JURAGAN SEMBAKO
162
Chapter 162: TOKO LARIS
163
Chapter 163: ANJANGSANA
164
Chapter 164: MENGUNJUNGI RUMAH ENGKONG
165
Chapter 165: KAKEK MISTERIUS
166
Chapter 166: DUNIA LAIN
167
Chapter 167: KENYATAAN MIMPI
168
Chapter 168: URUSAN BANK
169
Chapter 169: PENJUAL KORAN
170
Chapter 170: SAUDARA JAHAT
171
Chapter 171: MELAYAT
172
Chapter 172: MENGINTIP
173
Chapter 173: MENELISIK BANK
174
Chapter 174: KARMA
175
Chapter 175: BERBENAH RUMAH
176
Chapter 176: CERITA BAKUL SARAPAN
177
Chapter 177: BERSYUKUR
178
Chapter 178: POCONG MENINGGAL DUNIA
179
Chapter 179: RUMAH YANG INDAH
180
Chapter 180: SILSILAH KELUARGA
181
Chapter 181: MELONGO
182
Chapter 182: GADIS DEWASA
183
Chapter 183: GADIS IDOLA
184
Chapter 184: GADIS RAJIN
185
Chapter 185: BERANGKAT KE JAKARTA
186
Chapter 186: KULIAH
187
Chapter 187: MENIKMATI MALAM DI JAKARTA
188
Chapter 188: KURSUS INGGRIS
189
Chapter 189: DICEGAT BERANDAL
190
Chapter 190: SAHABAT BAIK
191
Chapter 191: JALAN-JALAN KE MONAS
192
Chapter 192: SOPIR TAKSI KURANG AJAR
193
Chapter 193: GEGER SOPIR TAKSI
194
Chapter 194: LIBURAN SEMESTER
195
Chapter 195: PULANG KAMPUNG
196
Chapter 196: OLEH-OLEH
197
Chapter 197: CERITA PADA CIK INDRA
198
Chapter 198: MESRA BERTIGA
199
Chapter 199: KEMESRAAN DI MEJA MAKAN
200
Chapter 200: KEMBALI KULIAH
201
Chapter 201: PERAMPOK SADIS
202
Chapter 202: GEGER DI TOKO LARIS
203
Chapter 203: BELAJAR IKHLAS
204
chapter 204: MEMBEZUK
205
Chapter 205: PASRAH BERSERAH
206
Chapter 206: TANGIS SEDIH
207
Chapter 207: GELANG GIOK ANEH
208
Chapter 208: BERITA DUKA
209
Chapter 209: ISAK TANGIS PELAYAT
210
Chapter 210: SEGENGGAM TANAH KUBURAN
211
Chapter 211: TRUK NYASAR DI TENGAH HUTAN
212
Chapter 212: KULIAH YANG MENJENGKELKAN
213
Chapter 213: YUDISIUM
214
Chapter 214: JAKARTA ITU KERAS
215
Chapter 215: BELAJAR HIDUP
216
Chapter 216: BERSATU KITA KUAT
217
Chapter 217: HOBI BARU
218
Chapter 218: KAWAN DEKAT
219
Chapter 219: TERGILA-GILA
220
Chapter 220: HANCUR
221
Chapter 221: PECAHNYA PERSAHABATAN
222
Chapter 222: KEHILANGAN SAHABAT
223
Chapter 223: KECEWA
224
Chapter 224: KUNJUNGAN ORANG TUA
225
Chapter 225: AKU MINTA MAAF
226
Chapter 226: CURHATAN
227
Chapter 227: TERPANGGANG
228
Chapter 228: TELEPON RINDU
229
Chapter 229: UJIAN SKRIPSI
230
Chapter 230: ARAK-ARAKAN
231
Chapter 231: DEKAT MELEKAT
232
Chapter 232: BILA RASAMU ITU RASAKU
233
Chapter 233: HATIKU MENYALA
234
Chapter 234: ROMANSA REMANG
235
Chapter 235: RINDU KAMPUNG
236
Chapter 236: BERDUA RASA
237
Chapter 237: KENYATAAN MIMPI
238
Chapter 238: KECELAKAAN DI PUNCAK
239
Chapter 239: PEREMPUAN ANEH
240
Chapter 240: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
241
Chapter 241: TARUHAN PARA LELEMBUT
242
Chapter 242: SIRNA
243
Chapter 243: PANDAI MERENDAH
244
Chapter 244: KEMBALI KE JAKARTA
245
Chapter 245: DI KAMPUS
246
Chapter 246: TELEPON CINTA
247
Chapter 247: GEJOLAK HATI PAK DOSEN
248
Chapter 248: JALAN-JALAN DENGAN PAK DOSEN
249
Chapter 249: MENGUNGKAPKAN PERASAAN
250
Chapter 250: SAMPAI JAKARTA
251
EPISODE 251: WISUDA
252
EPISODE 252: PERTAMA YANG TERAKHIR
253
EPISODE 253: MENGAPA HARUS TERJADI?
254
EPISODE 254: MENANYA GELANG ANEH
255
EPISODE 255: MENCARI PEMBERI GELANG GIOK
256
EPISODE 256: SANG PEWARIS
257
EPISODE 257: MENGAMATI SILSILAH
258
EPISODE 258: BENCANA DI DUSUN PANCUR
259
EPISODE 259: PERNIKAHAN MELIAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!