Chapter 2: MISTERI KEMATIAN BERUNTUN

KOH LIEM dan Cik Lan tentu sangat bahagia ketika mendapati anaknya, Melian, selamat dari kebakaran besar yang menghanguskan seluruh Pasar Gombrang. Bagaimana tidak, pasar yang terbakar hingga ludes tanpa menyisakan apa-apa, hanya abu dan puing-puing bangunan, namun anak kecil berumur satu tahun yang bernama Melian itu selamat dalam bungkusan selembar kain. Tidak terjilat oleh api sama sekali. Bahkan bau sangit dari asap pun tidak ada. Memang aneh, tetapi itulah kuasa Tuhan Yang Maha Ajaib. Tidak hanya ayah ibunya yang keheranan, tetapi semua warga Pasar Gombrang, maupun orang-orang yang melihat hal aneh ini. Sangat mengherankan.

    Bagi Koh Liem maupun Cik Lan, sebagai orang tua Melian, keajaiban keselamatan anaknya itu tidak pernah dibahas sampai ke hal yang tidak bisa dinalar. Yang penting anaknya selamat. Namun bagi para pedagang, teman-teman Cik Lan, teman-teman Koh Liem, para pedagang di Pasar Gombrang, mereka selalu menanyakan masalah keselamatan Melian, karena mereka menganggap peristiwa ini benar-benar ajaib, tidak masuk akal. Ada yang mengatakan diselamatkan oleh malaikat, ada pula yang bilang Koh Liem dan cik Lan itu orang baik, selalu menurut perintah Tuhan, rajin berdoa, makanya Tuhan selalu memberikan rejeki yang berlimpah. Contohnya saja, belum lama ini Cik Lan mendapat hadiah kalung liontin cantik dari bank, terus satu bulan sebelumnya, Koh Liem menang undian sepeda motor dari promo bungkus kopi yang dikirim hanya asal-asalan ngirim saja, bahkan setelah Koh Liem menikah dengan Cik Lan, dagangannya di pasar laris manis, selalu ramai pembeli. Tetapi ada juga yang mengaitkan dengan cerita klenik. Namanya juga orang banyak, pendapatnya berbeda-beda, pikirannya lain-lain, pandangannya tidak sama. Ada yang bilang kalau Melian itu dilindungi oleh makhluk gaib dari Gunung Kawi, dulu ayahnya Koh Liem sering meminta berkah di Gunung Kawi, makanya Melian tidak mempan dibakar api. Ada lagi yang suka klenik, suka memasang jimat-jimat, suka dengan takhayul, maka orang-orang ini datang menemui Koh Liem, minta sobekan kain yang membungkus tubuh Melian waktu kebakaran, akan dijadikan jimat, akan dijadikan kekuatan, akan dijadikan aji-aji. Tidak hanya satu orang yang minta kain itu, tetapi banyak. Rata-rata mereka akan menggunakan sobekan kain itu sebagai jimat penglaris dagangannya. Harapannya, dagangan bisa laris dan selamat jika terjadi kebakaran lagi. Akhirnya Koh Liem memotong-motong kain yang kemarin membungkus tubuh Melian, menjadi bagian kecil-kecil, lantas dibagi-bagikan ke orang-orang yang meminta. Toh hanya kain biasa saja yang ada di kiosnya.

    Setelah peristiwa kebakaran Pasar Gombrang, pihak kepolisian melakukan olah TKP. Hasil investigasi telah menetapkan Pak Samin sebagai orang yang harus bertanggung jawab. Karena kelalaian Pak Samin yang menyalakan kompor di gerobak mi ayam dan ditinggal pergi, lantas kompor tersebut meledak dan mengakibatkan kebakaran, maka Pak Samin ditangkap oleh pihak kepolisian untuk menjalani hukuman.

    Sebenarnya pernah terdengar desas-desus, jika kebakaran Pasar Gombrang itu disengaja. Pasalnya, Pasar Gombrang akan dibangun menjadi shopping center terbesar di Kota Jenang. Beberapa waktu yang lalu sudah pernah dilakukan pertemuan antara perwakilan pengurus paguyuban pedagang pasar dengan pihak pemerintah, yang intinya akan memindahkan pedagang Pasar Gombrang. Namun para pedagang tidak setuju. Mereka menolak. Tiba-tiba, hari Minggu itu, beberapa pekan setelah pertemuan orang-orang pasar dengan pemerintah, Pasar Gombrang mengalami Kebakaran. Tentu semua pedagang curiga. Apalagi penjual mi ayam itu seakan sengaja menyalakan kompor dan ditinggal pergi begitu saja.

    Akibat dari kebakaran di Pasar Gombrang, tentu para pedagang mengalami kerugian yang tidak sedikit. Barang dagangannya terbakar, kiosnya ludes dilalap api, dan tidak dapat berjualan lagi. Yang terlihat di pasar, kini hanya puing-puing reruntuhan bangunan pasar yang sudah menjadi abu dan arang. Waktu itu, hanya sedikit saja barang dagangan yang bisa diselamatkan, dibawa lari keluar oleh pemiliknya. Saat di tumpuk di pinggir jalan, eeh, masih ada yang tega mengambil, dicuri tangan setan. Namun kebanyakan, para pedagang tidak bisa menyelamatkan barang dagangan, karena api yang cepat membesar. Barang habis, modal habis. Mereka pasrah. Tidak bisa apa-apa lagi.

    Yang lebih menyakitkan lagi, sudah lebih dari seminggu, para pedagang tidak boleh masuk ke area pasar. Pagar pasar diberi pita kuning oleh polisi, ada tulisan "Dilarang melintas". Setiap ada orang yang akan masuk, Pak Lurah Pasar langsung membentak, "Tidak boleh masuk!" begitu katanya. Padahal niat para pedagang, mereka akan membersihakan kios dan lapaknya, ingin menata lagi tempatnya. Mereka ingin berjualan lagi.

    "Kami mau bersih-bersih, Pak." kata seorang laki-laki yang ingin masuk.

    "Tidak boleh!" bentak Lurah Pasar yang berdiri di depan garis kuning, menjaga pasar.

    "Tapi kami ingin menata tempat jualan, Pak." kata orang yang sudah mencoba mau menerobos masuk.

    "Pokoknya, tidak boleh! Kalau berani masuk, saya tangkap, saya laporkan polisi!" bentak Lurah Pasar yang menyeret tangan orang itu agar keluar.

    "Waaalaaah .... Lha, terus sampai kapan kami menganggur?" kata laki-laki itu.

    "Itu masalahmu sendiri, bukan urusanku!" kata Lurah Pasar ketus.

    Tentu para pedagang merasa jengkel. Mereka menganggur, dagangannya ludes, tidak bisa berjualan lagi, tidak punya penghasilan, tidak bisa makan. Mau membersihkan dan menata tempat jualannya saja, tidak diperbolehkan masuk. Ibarat kata,orang sudah susah masih dipersulit untuk berusaha.

    Pagi harinya, beberapa orang pedagang mencoba berjualan di pinggir jalan, di depan Pasar Gombrang. Mereka pedagang sayuran. Tentu sepi, karena pembeli belum ada yang tahu. Pagi harinya, yang berjualan bertambah banyak. Pembeli sudah mulai berdatangan. Suasana lebih ramai. Pagi berikutnya lagi, pedagang bertambah lagi. Tidak hanya jualan sayuran, tetapi sudah beraneka macam dagangan. Pembeli lebih ramai. Suasana jalan di depan Pasar Gombrang pun menjadi penuh sesak. Akibatnya, lalu lintas menjadi macet.

    "Tidak boleh berjualan di sini! Bubar ..., bubar ..., bubar ...!" Lurah Pasar membentak-bentak, menyuruh para pedagang bubar.

    "Kami mencari nafkah, kenapa dipersulit?!" kata seorang pedagang sayur, yang pertama kali mulai jualan.

    "Kami tidak mencuri, jangan diusir!" yang lain ikut membentak Lurah Pasar.

    "Beri kami kesempatan untuk berusaha." kata seorang perempuan yang berjualan di depan pintu pasar.

   "Tidak boleh ...! Mengganggu ketertiban ...!" sergah Lurah Pasar, yang mulai mendorong pedagang.

    Begitu menyaksikan teman pedagang ada yang didorong oleh Lurah Pasar, mereka beramai-ramai balas mendorong tubuh Lurah Pasar. Akhirnya keributan terjadi. Beberapa petugas pasar membantu Pak Lurah Pasar dari amukan para pedagang.

    Suasana masih ribut, ketika petugas kepolisian dari Polsek Gombrang sebanyak satu mobil datang, untuk menghentikan keributan. Beberapa orang yang dianggap provokator, ditangkap dan diangkut mobil polisi.

    Walaupun belum ikut berjualan, Koh Liem yang menggendong Melian, menonton suasana orang-orang di depan pasar, termasuk menyaksikan keributan yang terjadi. Tetapi Koh Liem diam saja, tidak ikut-ikutan ribut dengan para petugas pasar. Maklum, ia menggendong anak yang masih kecil.

    "Tu ..., tu. Tu ..., tu. Ti ..., tu ti." ucap Melian yang digendong papahnya, tangan menunjuk-menunjuk.

    "Ada apa ...?!" tanya Koh Liem yang belum memahami apa maksud anaknya.

    "Tu ..., ti ...." Melian menunjuk Pak Lurah Pasar.

    "Oo ..., ya ..., ya ...." jawab Koh Liem sekenanya. Walau tidak paham maksud yang dikatakan anaknya, tapi setidaknya ia tahu anaknya menunjuk Pak Lurah Pasar.

    Keributan sudah dibubarkan oleh petugas. Orang-orang sudah pada pulang meninggalkan keramaian di depan pasar. Para bembeli pulang, walau belum dapat belanjaan. Para pedagang merasa rugi kembali, karena dagangannya banyak yang rusak terinjak-injak saat keributan.

    Pagi hari berikutnya, terdengar kabar Lurah Pasar Gombrang meninggal.

    "Pak Lurah mati ...!"

    "Kenapa?"

    "Tidak tahu."

    "Sokor ...!"

    "Alhamdulillah ...!"

    "Syukuran!"

    Berbagai reaksi para pedagang Pasar Gombrang berceloteh semaunya. Itu reaksi atau ungkapan hati nurani sesuai dengan perasaannya. Menurut para pedagang, Lurah Pasar Gombrang memang keterlaluan. Sering memaksa para pedagang. Bahkan uang iuran pedagang pasar dinaikkan semaunya, sehingga memberatkan para pedagang. Walau demikian, para pedagang masih mau melayat untuk penghormatan yang terakhir.

    Demikian juga Koh Liem, ia ikut melayat. Begitu sampai di rumah Lurah Pasar yang meninggal, sudah banyak orang yang melayat. Koh Liem melangkah ingin melihat jasad yang terakhir. Ia teringat, kemarin saat ia menggendong Melian, anaknya menunjuk-menunjuk ke Lurah Pasar sambil mengatakan, "Tu ..., ti ...." Koh Liem menafsirkan yang dikatakan Melian itu berarti "Orang itu akan mati." Ya, kenyataannya hari ini Lurah Pasar Gombrang meninggal dunia.

    Berita meninggalnya Lurah pasar Gombrang itu tentu membuat para pedagang pasar menjadi senang. Pasalnya, tidak ada yang mengusir lagi kalau mereka berjualan. Tentu mereka bisa masuk ke lokasi pasar, untuk membersihkan dan menata kembali pasar yang sudah terbakar.

    Maka hari itu, beberapa orang mulai masuk ke pasar. Akan membersihkan puing-puing dan abu bekas kebakaran. Mereka melepas pita garis kuning yang dipasang oleh polisi. Petugas pasar yang lain tidak berani melarang. Mereka takut. Ya, yang paling galak memang lurah pasarnya. Namun salah satu dari petugas pasar, ada yang lapor ke Polsek Gombrang, minta bantuan untuk memarahi para pedagang yang masuk ke dalam pasar. Akhirnya petugas kepolisian dari Polsek Gombrang datang satu mobil bukaan, dipimpin langsung oleh Kapolseknya, memarahi para pedagang yang menerobos masuk ke dalam pasar.

    "Hei ..., siapa yang nyuruh masuk ...?!" bentak salah seorang aparat.

    "Kami mau membersihkan tempat dagangan kami." jawab salah seorang yang masih sibuk mengangkuti puing.

    "Tidak boleh! Pasar ini ditutup, tidak boleh dimasuki siapa saja, untuk pemeriksaan!" kata petugas.

    "Tapi kami harus mencari nafkah, Pak. Kalau tidak jualan, anak dan keluarga kami makan apa?" sahut para pedagang.

     "Pokoknya tidak boleh. Tunggu perintah Pemda!" kata sang petugas lagi.

    "Sampai kapan, Pak?!" tanya para pedagang lagi.

    "Tunggu saja!" tegas si petugas.

    "Pokoknya kami mau jualan. Kalau tidak boleh di pinggir jalan, kami mau menata sendiri pasar ini!" para pedagang tetap membantah, berusaha agar bisa berjualan.

    Keributan tidak terelakkan. Jumlah pedagang pasar yang lebih banyak dari petugas, berani melawan. Walau akhirnya para pedagang ini mundur, ketika beberapa orang ditangkap dan dibawa ke Polsek. Pedagang pasar pun akhirnya kalah dan pulang dengan kehampaan. Lagi-lagi usahanya untuk mencari rejeki gagal.

    Pagi hari setelah keributan para pedagang dengan petugas-petugas dari Polsek Gombrang, tersiar berita, Kapolsek Gombrang meninggal dunia. Entah kenapa, tidak ada yang tahu. Tapi menurut petugas pasar yang melayat, kematian Kapolsek Gombrang ini terjadi gara-gara disengat lebah. Ah, kok sampai sebegitunya, apa lebahnya ratusan? Orang-orang tidak peduli. Para pedagang Pasar Gombrang tidak ada yang melayat satu orang pun. Mereka tidak senang, karena kemarin teman-temannya ditangkap dan ditahan. Padahal hanya bersih-bersih, tidak mencuri.

    Karena pejabat, maka yang berdatangan melayat juga banyak dari kalangan pejabat. Termasuk ada Pak Camat. Bahkan ada juga beberapa anggota dewan. Waktu itu Pak Camat diminta untuk memberi sambutan. Pak Camat berdiri, memegang michrophone, akan memberikan sambutan. Namun pada saat Pak Camat berdiri akan memberikan sambutan, belum berkata-kata, kakinya terlihat gemetar, dan tiba-tiba roboh, terjatuh. Suasana di tempat melayat itu menjadi ribut. Orang-orang langsung menjunjung tubuh Pak Camat, memberikan pertolongan. Namun setelah diraba beberapa orang yang paham, ternyata Pak Camat sudah meninggal.

    "Pak Camat ...!"

    "Kenapa ...?!"

    "Ada apa dengan Pak Camat?!"

    "Pak Camat meninggal."

    "Hah ..., apa?!"

    "Pak Camat mati!"

    "Waduh ...?!"

    Geger. Ribut. Suasana kematian di tempat Kapolsek menjadi kacau. Orang-orang jadi kebingungan. Sementara upacara pemakaman belum selesai, kini giliran Pak Camat Gombrang yang harus diurusi untuk dimakamkan. Orang-orang yang melayat pun kebingungan sana-sini.

    Kematian beruntun yang terjadi dalam dua hari di kawasan Pasar Gombrang. Mulai dari Lurah Pasar, Pak Kapolsek, dan Pak Camat. Adakah yang akan meninggal lagi? Siapa? Ada misteri apa dengan kematian orang-orang ini?

Terpopuler

Comments

Wanda Wanda i

Wanda Wanda i

like like 😍😘

2023-09-01

1

Sartini Dimitri Mah

Sartini Dimitri Mah

baru baca sampai baby 2 tapi udah keren ceritanya

2023-06-08

1

🌺B0€ND@ €N0🌺

🌺B0€ND@ €N0🌺

ceritanya seruuu..
ayo up lagi Thor..
biar tidak penasaran...

2022-04-21

3

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: KEBAKARAN PASAR GOMBRANG
2 Chapter 2: MISTERI KEMATIAN BERUNTUN
3 Chapter 3: BERANI MENANTANG
4 Chapter 4: DEMO BERDARAH
5 Chapter 5: DUKA CIK LAN
6 Chapter 6: TEROR CIK LAN
7 Chapter 7: RAHASIA CIK LAN
8 Chapter 8: MELIAN HILANG
9 Chapter 9: TUMBAL SESAJI
10 Chapter 10: APES
11 Chapter 11: JEMBATAN MEMAKAN KORBAN
12 Chapter 12: GEGER SUNGAI CERBUNG
13 Chapter 13: NASIB CIK LAN
14 Chapter 14: BERITA KEMATIAN CIK LAN
15 Chapter 15: INTEROGASI
16 Chapter 16 : BAYI YANG DIBERIKAN
17 Chapter 17 : MAISONG
18 Chapter 18 : BAYI ANEH
19 Chapter 19: KEJADIAN ANEH DI RUMAH SAKIT
20 Chapter 20: KEMATIAN BONJOT
21 Chapter 21: PENGUBURAN CIK LAN
22 Chapter 22: MELIAN ANAKKU
23 Chapter 23: KECELAKAAN TRAGIS
24 Chapter 24: LEDAKAN DI KREMATORIUM
25 Chapter 25: KERINDUAN PADA CUCU
26 Chapter 26: PUCUK DICINTA ANAK DIBERIKAN
27 Chapter 27: MISTERI KUCING HITAM
28 Chapter 28: MESIN JAHIT BARU DARI UANG ANEH
29 Chapter 29: MALING MALANG
30 Chapter 30: POLISI ANEH
31 Chapter 31: KAMPUNG AMAN MAKMUR
32 Chapter 32: TEROR HANTU CEKIK
33 Chapter 33: MENANGKAP HANTU CEKIK
34 Chapter 34: MENYELAMATKAN DIRI
35 Chapter 35: CERITA-CERITA SERAM
36 Chapter 36: BALAS DENDAM HANTU CEKIK
37 Chapter 37: MENCARI BUKTI PEMBUNUHAN
38 Chapter 38: PAGEBLUK DI DESA SARANG
39 Chapter 39: PENGADILAN TERAKHIR
40 Chapter 40: MENATAP ASA
41 Chapter 41: MENGAWALI HIDUP
42 Chapter 42: MISTERI NENEK ANEH
43 Chapter 43: MENYIBAK MISTERI
44 Chapter 44: MENCARI KABAR
45 Chapter 45: STRES
46 Chapter 46: SAKIT ITU MENYEDIHKAN
47 Chapter 47: DERITA TIADA AKHIR
48 Chapter 48: BERITA DUKA
49 Chapter 49: BIMBANG
50 Chapter 50: ZIARAH
51 Chapter 51: DI PUNCAK GUNUNG BUGEL
52 Chapter 52: MAKAM TAK TERAWAT
53 Chapter 53: SELAMATAN
54 Chapter 54: SUARA-SUARA ANEH
55 Chapter 55: MENONTON BARONGSAI
56 Chapter 56: COPET DI PASAR
57 Chapter 57: MELEPAS COPET
58 Chapter 58: KRISIS MONETER
59 Chapter 59: KRISMON TERUS-TERUSAN
60 Chapter 60: TITIK NADIR
61 Chapter 61: KECEWA
62 Chapter 62: KARMA
63 Chapter 63: MINTA PESANGON
64 Chapter 64: SERAH TERIMA
65 Chapter 65: BOS BARU
66 Chapter 66: MEMULAI USAHA
67 Chapter 67: REZEKI, TUHAN YANG MENGATUR
68 Chapter 68: UNTUNG BESAR
69 Chapter 69: CEMBURU ITU PASTI ADA
70 Chapter 70: OBAT CEMBURU
71 Chapter 71: MENANYA ORANG TUA
72 Chapter 72: DI PUNCAK GUNUNG BUGEL
73 Chapter 73: KETEMU MAMAH
74 Chapter 74: TIDAK MAU WARISAN
75 Chapter 75: TIDAK KETEMU
76 Chapter 76: TIDAK MENYANGKA
77 Chapter 77: CERITA IRUL
78 Chapter 78: TIDUR NYENYAK
79 Chapter 79: RAPI ITU MENAWAN
80 Chapter 80: ANEH
81 Chapter 81: INGKAR LAGI
82 Chapter 82: TELEPON MENGAGETKAN
83 Chapter 83: DI SURABAYA
84 Chapter 84: DITUDUH
85 Chapter 85: TELUR BUSUK
86 Chapter 86: BAU BUSUK
87 Chapter 87: MENYEBAR BAU BUSUK
88 Chapter 88: PENGEMIS MINTA AMPUN
89 Chapter 89: PENGEMIS YANG MENINGGAL
90 Chapter 90: SEKOLAH DI KOTA BESAR
91 Chapter 91: TEMAN BARU
92 Chapter 92: MURID BARU
93 Chapter 93: MALAM INAGURASI
94 Chapter 94: MASUK KLENTENG
95 Chapter 95: BELAJAR WUSHU
96 Chapter 96: PEDANG NAGA SAKTI
97 Chapter 97: RINDU
98 Chapter 98: RETAK
99 Chapter 99: TANDING PEMBUKTIAN
100 Chapter 100: JURUS-JURUS MAUT
101 Chapter 101: CERITA-CERITA SERU
102 Chapter 102: BUAH KATA-KATA
103 Chapter 103: MUDIK
104 Chapter 104: OBROLAN DI MEJA MAKAN
105 Chapter 105: CERITA SEBELUM TIDUR
106 Chapter 106: MINGGU CERIA
107 Chapter 107: JALAN-JALAN
108 Chapter 108: ENAKNYA MAKANAN KHAS
109 Chapter 109: PERMOHONAN MAAF
110 Chapter 110: PENYESALAN
111 Chapter 111: RESAH MENCARI
112 Chapter 112: PENASARAN
113 Chapter 113: RASA ANEH
114 Chapter 114: NEMBAK
115 Chapter 115: MENGURAI BELENGGU CINTA
116 Chapter 116: BANDUNGAN MALAM MINGGU
117 Chapter 117: TERBIUS
118 Chapter 118: PERGUMULAN DAHSYAT
119 Chapter 119: KECELAKAAN DI JURANG
120 Chapter 120: PENEMUAN MAYAT DI VILA
121 Chapter 121: BERITA MENGGEGERKAN
122 Chapter 122: AUTOPSI
123 Chapter 123: BERITA DARI SEKOLAH LAIN
124 Chapter 124: ADA YANG ANEH
125 Chapter 125: PERISTIWA DI RUMAH DUKA
126 Chapter 126: GADIS ANEH
127 Chapter 127: PETI MAYAT TERJATUH
128 Chapter 128: MIMPI BURUK
129 Chapter 129: DI RUMAH KOST
130 Chapter 130: GELISAH ORANG TUA
131 Chapter 131: KABAR DARI SEMARANG
132 Chapter 132: MENGAMATI FOTO
133 Chapter 133: MENELISIK PERISTIWA
134 Chapter 134: MENCARI MELIAN
135 Chapter 135: RAPORT MELIAN
136 Chapter 136: DIMANA MELIAN?
137 Chapter 137: IRUL DAN MELIAN HILANG
138 Chapter 138: KABUT JINGGA DI GUNUNG BUGEL
139 Chapter 139: BERTEMUNYA IRUL DAN MELIAN
140 Chapter 140: MEMBAWA AMANAH
141 Chapter 141: MENYIBAK MISTERI KABUT JINGGA
142 Chapter 142: MELIAN DI RUMAH DUKA
143 Chapter 143: KISAH IRUL DI RUMAH NENEK JUMPRIT
144 Chapter 144: MENJEMPUT ANAK
145 Chapter 145: NEMBUNG
146 Chapter 146: CERITA MELIAN
147 Chapter 147: PINDAH SEKOLAH
148 Chapter 148: PENGORBANAN CINTA
149 Chapter 149: MEREMBUG PERNIKAHAN
150 Chapter 150: PESTA PERNIKAHAN
151 Chapter 151: PENGANTIN BARU
152 Chapter 152: MEMBUKA RAHASIA
153 Chapter 153: MENAWARKAN PERHIASAN
154 Chapter 154: BER-UANG
155 Chapter 155: MELIAN KESEPIAN
156 Chapter 156: MEMILIH KEPUTUSAN
157 Chapter 157: MALAM MENAKUTKAN
158 Chapter 158: APA YANG MENAKUTKAN?
159 Chapter 159: MENCARI TEMPAT USAHA
160 Chapter 160: MEMBELI RUMAH
161 Chapter 161: JURAGAN SEMBAKO
162 Chapter 162: TOKO LARIS
163 Chapter 163: ANJANGSANA
164 Chapter 164: MENGUNJUNGI RUMAH ENGKONG
165 Chapter 165: KAKEK MISTERIUS
166 Chapter 166: DUNIA LAIN
167 Chapter 167: KENYATAAN MIMPI
168 Chapter 168: URUSAN BANK
169 Chapter 169: PENJUAL KORAN
170 Chapter 170: SAUDARA JAHAT
171 Chapter 171: MELAYAT
172 Chapter 172: MENGINTIP
173 Chapter 173: MENELISIK BANK
174 Chapter 174: KARMA
175 Chapter 175: BERBENAH RUMAH
176 Chapter 176: CERITA BAKUL SARAPAN
177 Chapter 177: BERSYUKUR
178 Chapter 178: POCONG MENINGGAL DUNIA
179 Chapter 179: RUMAH YANG INDAH
180 Chapter 180: SILSILAH KELUARGA
181 Chapter 181: MELONGO
182 Chapter 182: GADIS DEWASA
183 Chapter 183: GADIS IDOLA
184 Chapter 184: GADIS RAJIN
185 Chapter 185: BERANGKAT KE JAKARTA
186 Chapter 186: KULIAH
187 Chapter 187: MENIKMATI MALAM DI JAKARTA
188 Chapter 188: KURSUS INGGRIS
189 Chapter 189: DICEGAT BERANDAL
190 Chapter 190: SAHABAT BAIK
191 Chapter 191: JALAN-JALAN KE MONAS
192 Chapter 192: SOPIR TAKSI KURANG AJAR
193 Chapter 193: GEGER SOPIR TAKSI
194 Chapter 194: LIBURAN SEMESTER
195 Chapter 195: PULANG KAMPUNG
196 Chapter 196: OLEH-OLEH
197 Chapter 197: CERITA PADA CIK INDRA
198 Chapter 198: MESRA BERTIGA
199 Chapter 199: KEMESRAAN DI MEJA MAKAN
200 Chapter 200: KEMBALI KULIAH
201 Chapter 201: PERAMPOK SADIS
202 Chapter 202: GEGER DI TOKO LARIS
203 Chapter 203: BELAJAR IKHLAS
204 chapter 204: MEMBEZUK
205 Chapter 205: PASRAH BERSERAH
206 Chapter 206: TANGIS SEDIH
207 Chapter 207: GELANG GIOK ANEH
208 Chapter 208: BERITA DUKA
209 Chapter 209: ISAK TANGIS PELAYAT
210 Chapter 210: SEGENGGAM TANAH KUBURAN
211 Chapter 211: TRUK NYASAR DI TENGAH HUTAN
212 Chapter 212: KULIAH YANG MENJENGKELKAN
213 Chapter 213: YUDISIUM
214 Chapter 214: JAKARTA ITU KERAS
215 Chapter 215: BELAJAR HIDUP
216 Chapter 216: BERSATU KITA KUAT
217 Chapter 217: HOBI BARU
218 Chapter 218: KAWAN DEKAT
219 Chapter 219: TERGILA-GILA
220 Chapter 220: HANCUR
221 Chapter 221: PECAHNYA PERSAHABATAN
222 Chapter 222: KEHILANGAN SAHABAT
223 Chapter 223: KECEWA
224 Chapter 224: KUNJUNGAN ORANG TUA
225 Chapter 225: AKU MINTA MAAF
226 Chapter 226: CURHATAN
227 Chapter 227: TERPANGGANG
228 Chapter 228: TELEPON RINDU
229 Chapter 229: UJIAN SKRIPSI
230 Chapter 230: ARAK-ARAKAN
231 Chapter 231: DEKAT MELEKAT
232 Chapter 232: BILA RASAMU ITU RASAKU
233 Chapter 233: HATIKU MENYALA
234 Chapter 234: ROMANSA REMANG
235 Chapter 235: RINDU KAMPUNG
236 Chapter 236: BERDUA RASA
237 Chapter 237: KENYATAAN MIMPI
238 Chapter 238: KECELAKAAN DI PUNCAK
239 Chapter 239: PEREMPUAN ANEH
240 Chapter 240: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
241 Chapter 241: TARUHAN PARA LELEMBUT
242 Chapter 242: SIRNA
243 Chapter 243: PANDAI MERENDAH
244 Chapter 244: KEMBALI KE JAKARTA
245 Chapter 245: DI KAMPUS
246 Chapter 246: TELEPON CINTA
247 Chapter 247: GEJOLAK HATI PAK DOSEN
248 Chapter 248: JALAN-JALAN DENGAN PAK DOSEN
249 Chapter 249: MENGUNGKAPKAN PERASAAN
250 Chapter 250: SAMPAI JAKARTA
251 EPISODE 251: WISUDA
252 EPISODE 252: PERTAMA YANG TERAKHIR
253 EPISODE 253: MENGAPA HARUS TERJADI?
254 EPISODE 254: MENANYA GELANG ANEH
255 EPISODE 255: MENCARI PEMBERI GELANG GIOK
256 EPISODE 256: SANG PEWARIS
257 EPISODE 257: MENGAMATI SILSILAH
258 EPISODE 258: BENCANA DI DUSUN PANCUR
259 EPISODE 259: PERNIKAHAN MELIAN
Episodes

Updated 259 Episodes

1
Chapter 1: KEBAKARAN PASAR GOMBRANG
2
Chapter 2: MISTERI KEMATIAN BERUNTUN
3
Chapter 3: BERANI MENANTANG
4
Chapter 4: DEMO BERDARAH
5
Chapter 5: DUKA CIK LAN
6
Chapter 6: TEROR CIK LAN
7
Chapter 7: RAHASIA CIK LAN
8
Chapter 8: MELIAN HILANG
9
Chapter 9: TUMBAL SESAJI
10
Chapter 10: APES
11
Chapter 11: JEMBATAN MEMAKAN KORBAN
12
Chapter 12: GEGER SUNGAI CERBUNG
13
Chapter 13: NASIB CIK LAN
14
Chapter 14: BERITA KEMATIAN CIK LAN
15
Chapter 15: INTEROGASI
16
Chapter 16 : BAYI YANG DIBERIKAN
17
Chapter 17 : MAISONG
18
Chapter 18 : BAYI ANEH
19
Chapter 19: KEJADIAN ANEH DI RUMAH SAKIT
20
Chapter 20: KEMATIAN BONJOT
21
Chapter 21: PENGUBURAN CIK LAN
22
Chapter 22: MELIAN ANAKKU
23
Chapter 23: KECELAKAAN TRAGIS
24
Chapter 24: LEDAKAN DI KREMATORIUM
25
Chapter 25: KERINDUAN PADA CUCU
26
Chapter 26: PUCUK DICINTA ANAK DIBERIKAN
27
Chapter 27: MISTERI KUCING HITAM
28
Chapter 28: MESIN JAHIT BARU DARI UANG ANEH
29
Chapter 29: MALING MALANG
30
Chapter 30: POLISI ANEH
31
Chapter 31: KAMPUNG AMAN MAKMUR
32
Chapter 32: TEROR HANTU CEKIK
33
Chapter 33: MENANGKAP HANTU CEKIK
34
Chapter 34: MENYELAMATKAN DIRI
35
Chapter 35: CERITA-CERITA SERAM
36
Chapter 36: BALAS DENDAM HANTU CEKIK
37
Chapter 37: MENCARI BUKTI PEMBUNUHAN
38
Chapter 38: PAGEBLUK DI DESA SARANG
39
Chapter 39: PENGADILAN TERAKHIR
40
Chapter 40: MENATAP ASA
41
Chapter 41: MENGAWALI HIDUP
42
Chapter 42: MISTERI NENEK ANEH
43
Chapter 43: MENYIBAK MISTERI
44
Chapter 44: MENCARI KABAR
45
Chapter 45: STRES
46
Chapter 46: SAKIT ITU MENYEDIHKAN
47
Chapter 47: DERITA TIADA AKHIR
48
Chapter 48: BERITA DUKA
49
Chapter 49: BIMBANG
50
Chapter 50: ZIARAH
51
Chapter 51: DI PUNCAK GUNUNG BUGEL
52
Chapter 52: MAKAM TAK TERAWAT
53
Chapter 53: SELAMATAN
54
Chapter 54: SUARA-SUARA ANEH
55
Chapter 55: MENONTON BARONGSAI
56
Chapter 56: COPET DI PASAR
57
Chapter 57: MELEPAS COPET
58
Chapter 58: KRISIS MONETER
59
Chapter 59: KRISMON TERUS-TERUSAN
60
Chapter 60: TITIK NADIR
61
Chapter 61: KECEWA
62
Chapter 62: KARMA
63
Chapter 63: MINTA PESANGON
64
Chapter 64: SERAH TERIMA
65
Chapter 65: BOS BARU
66
Chapter 66: MEMULAI USAHA
67
Chapter 67: REZEKI, TUHAN YANG MENGATUR
68
Chapter 68: UNTUNG BESAR
69
Chapter 69: CEMBURU ITU PASTI ADA
70
Chapter 70: OBAT CEMBURU
71
Chapter 71: MENANYA ORANG TUA
72
Chapter 72: DI PUNCAK GUNUNG BUGEL
73
Chapter 73: KETEMU MAMAH
74
Chapter 74: TIDAK MAU WARISAN
75
Chapter 75: TIDAK KETEMU
76
Chapter 76: TIDAK MENYANGKA
77
Chapter 77: CERITA IRUL
78
Chapter 78: TIDUR NYENYAK
79
Chapter 79: RAPI ITU MENAWAN
80
Chapter 80: ANEH
81
Chapter 81: INGKAR LAGI
82
Chapter 82: TELEPON MENGAGETKAN
83
Chapter 83: DI SURABAYA
84
Chapter 84: DITUDUH
85
Chapter 85: TELUR BUSUK
86
Chapter 86: BAU BUSUK
87
Chapter 87: MENYEBAR BAU BUSUK
88
Chapter 88: PENGEMIS MINTA AMPUN
89
Chapter 89: PENGEMIS YANG MENINGGAL
90
Chapter 90: SEKOLAH DI KOTA BESAR
91
Chapter 91: TEMAN BARU
92
Chapter 92: MURID BARU
93
Chapter 93: MALAM INAGURASI
94
Chapter 94: MASUK KLENTENG
95
Chapter 95: BELAJAR WUSHU
96
Chapter 96: PEDANG NAGA SAKTI
97
Chapter 97: RINDU
98
Chapter 98: RETAK
99
Chapter 99: TANDING PEMBUKTIAN
100
Chapter 100: JURUS-JURUS MAUT
101
Chapter 101: CERITA-CERITA SERU
102
Chapter 102: BUAH KATA-KATA
103
Chapter 103: MUDIK
104
Chapter 104: OBROLAN DI MEJA MAKAN
105
Chapter 105: CERITA SEBELUM TIDUR
106
Chapter 106: MINGGU CERIA
107
Chapter 107: JALAN-JALAN
108
Chapter 108: ENAKNYA MAKANAN KHAS
109
Chapter 109: PERMOHONAN MAAF
110
Chapter 110: PENYESALAN
111
Chapter 111: RESAH MENCARI
112
Chapter 112: PENASARAN
113
Chapter 113: RASA ANEH
114
Chapter 114: NEMBAK
115
Chapter 115: MENGURAI BELENGGU CINTA
116
Chapter 116: BANDUNGAN MALAM MINGGU
117
Chapter 117: TERBIUS
118
Chapter 118: PERGUMULAN DAHSYAT
119
Chapter 119: KECELAKAAN DI JURANG
120
Chapter 120: PENEMUAN MAYAT DI VILA
121
Chapter 121: BERITA MENGGEGERKAN
122
Chapter 122: AUTOPSI
123
Chapter 123: BERITA DARI SEKOLAH LAIN
124
Chapter 124: ADA YANG ANEH
125
Chapter 125: PERISTIWA DI RUMAH DUKA
126
Chapter 126: GADIS ANEH
127
Chapter 127: PETI MAYAT TERJATUH
128
Chapter 128: MIMPI BURUK
129
Chapter 129: DI RUMAH KOST
130
Chapter 130: GELISAH ORANG TUA
131
Chapter 131: KABAR DARI SEMARANG
132
Chapter 132: MENGAMATI FOTO
133
Chapter 133: MENELISIK PERISTIWA
134
Chapter 134: MENCARI MELIAN
135
Chapter 135: RAPORT MELIAN
136
Chapter 136: DIMANA MELIAN?
137
Chapter 137: IRUL DAN MELIAN HILANG
138
Chapter 138: KABUT JINGGA DI GUNUNG BUGEL
139
Chapter 139: BERTEMUNYA IRUL DAN MELIAN
140
Chapter 140: MEMBAWA AMANAH
141
Chapter 141: MENYIBAK MISTERI KABUT JINGGA
142
Chapter 142: MELIAN DI RUMAH DUKA
143
Chapter 143: KISAH IRUL DI RUMAH NENEK JUMPRIT
144
Chapter 144: MENJEMPUT ANAK
145
Chapter 145: NEMBUNG
146
Chapter 146: CERITA MELIAN
147
Chapter 147: PINDAH SEKOLAH
148
Chapter 148: PENGORBANAN CINTA
149
Chapter 149: MEREMBUG PERNIKAHAN
150
Chapter 150: PESTA PERNIKAHAN
151
Chapter 151: PENGANTIN BARU
152
Chapter 152: MEMBUKA RAHASIA
153
Chapter 153: MENAWARKAN PERHIASAN
154
Chapter 154: BER-UANG
155
Chapter 155: MELIAN KESEPIAN
156
Chapter 156: MEMILIH KEPUTUSAN
157
Chapter 157: MALAM MENAKUTKAN
158
Chapter 158: APA YANG MENAKUTKAN?
159
Chapter 159: MENCARI TEMPAT USAHA
160
Chapter 160: MEMBELI RUMAH
161
Chapter 161: JURAGAN SEMBAKO
162
Chapter 162: TOKO LARIS
163
Chapter 163: ANJANGSANA
164
Chapter 164: MENGUNJUNGI RUMAH ENGKONG
165
Chapter 165: KAKEK MISTERIUS
166
Chapter 166: DUNIA LAIN
167
Chapter 167: KENYATAAN MIMPI
168
Chapter 168: URUSAN BANK
169
Chapter 169: PENJUAL KORAN
170
Chapter 170: SAUDARA JAHAT
171
Chapter 171: MELAYAT
172
Chapter 172: MENGINTIP
173
Chapter 173: MENELISIK BANK
174
Chapter 174: KARMA
175
Chapter 175: BERBENAH RUMAH
176
Chapter 176: CERITA BAKUL SARAPAN
177
Chapter 177: BERSYUKUR
178
Chapter 178: POCONG MENINGGAL DUNIA
179
Chapter 179: RUMAH YANG INDAH
180
Chapter 180: SILSILAH KELUARGA
181
Chapter 181: MELONGO
182
Chapter 182: GADIS DEWASA
183
Chapter 183: GADIS IDOLA
184
Chapter 184: GADIS RAJIN
185
Chapter 185: BERANGKAT KE JAKARTA
186
Chapter 186: KULIAH
187
Chapter 187: MENIKMATI MALAM DI JAKARTA
188
Chapter 188: KURSUS INGGRIS
189
Chapter 189: DICEGAT BERANDAL
190
Chapter 190: SAHABAT BAIK
191
Chapter 191: JALAN-JALAN KE MONAS
192
Chapter 192: SOPIR TAKSI KURANG AJAR
193
Chapter 193: GEGER SOPIR TAKSI
194
Chapter 194: LIBURAN SEMESTER
195
Chapter 195: PULANG KAMPUNG
196
Chapter 196: OLEH-OLEH
197
Chapter 197: CERITA PADA CIK INDRA
198
Chapter 198: MESRA BERTIGA
199
Chapter 199: KEMESRAAN DI MEJA MAKAN
200
Chapter 200: KEMBALI KULIAH
201
Chapter 201: PERAMPOK SADIS
202
Chapter 202: GEGER DI TOKO LARIS
203
Chapter 203: BELAJAR IKHLAS
204
chapter 204: MEMBEZUK
205
Chapter 205: PASRAH BERSERAH
206
Chapter 206: TANGIS SEDIH
207
Chapter 207: GELANG GIOK ANEH
208
Chapter 208: BERITA DUKA
209
Chapter 209: ISAK TANGIS PELAYAT
210
Chapter 210: SEGENGGAM TANAH KUBURAN
211
Chapter 211: TRUK NYASAR DI TENGAH HUTAN
212
Chapter 212: KULIAH YANG MENJENGKELKAN
213
Chapter 213: YUDISIUM
214
Chapter 214: JAKARTA ITU KERAS
215
Chapter 215: BELAJAR HIDUP
216
Chapter 216: BERSATU KITA KUAT
217
Chapter 217: HOBI BARU
218
Chapter 218: KAWAN DEKAT
219
Chapter 219: TERGILA-GILA
220
Chapter 220: HANCUR
221
Chapter 221: PECAHNYA PERSAHABATAN
222
Chapter 222: KEHILANGAN SAHABAT
223
Chapter 223: KECEWA
224
Chapter 224: KUNJUNGAN ORANG TUA
225
Chapter 225: AKU MINTA MAAF
226
Chapter 226: CURHATAN
227
Chapter 227: TERPANGGANG
228
Chapter 228: TELEPON RINDU
229
Chapter 229: UJIAN SKRIPSI
230
Chapter 230: ARAK-ARAKAN
231
Chapter 231: DEKAT MELEKAT
232
Chapter 232: BILA RASAMU ITU RASAKU
233
Chapter 233: HATIKU MENYALA
234
Chapter 234: ROMANSA REMANG
235
Chapter 235: RINDU KAMPUNG
236
Chapter 236: BERDUA RASA
237
Chapter 237: KENYATAAN MIMPI
238
Chapter 238: KECELAKAAN DI PUNCAK
239
Chapter 239: PEREMPUAN ANEH
240
Chapter 240: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
241
Chapter 241: TARUHAN PARA LELEMBUT
242
Chapter 242: SIRNA
243
Chapter 243: PANDAI MERENDAH
244
Chapter 244: KEMBALI KE JAKARTA
245
Chapter 245: DI KAMPUS
246
Chapter 246: TELEPON CINTA
247
Chapter 247: GEJOLAK HATI PAK DOSEN
248
Chapter 248: JALAN-JALAN DENGAN PAK DOSEN
249
Chapter 249: MENGUNGKAPKAN PERASAAN
250
Chapter 250: SAMPAI JAKARTA
251
EPISODE 251: WISUDA
252
EPISODE 252: PERTAMA YANG TERAKHIR
253
EPISODE 253: MENGAPA HARUS TERJADI?
254
EPISODE 254: MENANYA GELANG ANEH
255
EPISODE 255: MENCARI PEMBERI GELANG GIOK
256
EPISODE 256: SANG PEWARIS
257
EPISODE 257: MENGAMATI SILSILAH
258
EPISODE 258: BENCANA DI DUSUN PANCUR
259
EPISODE 259: PERNIKAHAN MELIAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!