Hilangnya Melian di Pasar Lasem sudah dilaporkan ke pihak kepolisian. Beberapa orang saksi sudah dimintai keterangan terkait hilangnya Melian. Terutama orang-orang yang tahu persis ciri-ciri dari laki-laki yang disebut-sebut menggendong Melian dari tengah pasar. Kesimpulan sementara yang disampaikan oleh polisi, Melian diculik oleh laki-laki yang menggendongnya dari tengah pasar. Namun siapa laki-laki yang menculik Melian, polisi masih meminta keterangan dari berbagai pihak. Bahkan polisi juga sudah membuat sketsa wajah laki-laki itu dari keterangan orang-orang yang melihatnya.
Cik Lan hanya bisa menangis. Demikian juga ayah dan ibunya, yang ikut bersedih karena kehilangan cucunya. Kios Babah Ho langsung menjadi ramai oleh orang-orang yang berdatangan. Tidak akan belanja, tetapi hanya sekadar ingin tahu kabar tentang Melian, cucu Babah Ho yang hilang di culik orang. Tentu hal itu justru menambah kesedihan Cik Lan maupun Babah Ho dan istrinya. Tidak hanya orang-orang pasar yang ribut menanyakan Melian, tetapi juga para pembeli langganan Babah Ho. Demikian juga para wartawan yang menanyakan kisah penculikan Melian.
Tentu, berita hilangnya Melian menjadi heboh di kota kecil Kecamatan Lasem yang berbatasan dengan Kota Tuban itu. Kasus penculikan anak menjadi pembicaraan dan berita yang menyita perhatian masyarakat. Terutama laum ibu-ibu yang punya anak kecil. Mereka takut kalau-kalau anaknya nanti jadi korban penculikan.
Bahkan ada rumor yang meresahkan masyarakat, yaitu isu tentang anak-anak yang diculik itu akan dikorbankan sebagai sesaji atau korban pembangunan Jembatan Cerbung, yaitu jembatan penghubung di perbatasan antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Konon katanya, pembangunan Jembatan Cerbung mengalami kendala. Setiap kali menggali dangkalan sungai untuk dipasangi tiang pancang, selalu mengalami kesulitan. Tanah yang sudah digali seharian, pagi harinya tanah itu sudah kembali ke tempat semula, galian teruruk lagi. Demikian juga tiang-tiang penyangga yang akan digunakan untuk menata besi cor, setiap kali didirikan, pagi harinya sudah roboh dan bercerai berai. Katanya demit penunggu Jembatan Cerbung yang sedang dibangun itu tidak rela kalau diusik oleh para pekerja.
Memang demikian yang terjadi. Tidak hanya pelaksanaan pembangunan Jembatan Cerbung yang terganggu. Tidak hanya robohnya tiang-tiang penyangga yang akan digunakan untuk membangun. Bahkan beberapa peralatan pertukangan juga banyak yang hilang. Seperti pukul besi, catut, sekop maupun cangkul, sering hilang. Kata para tukang, alat-alat itu disembunyikan oleh para demit untuk mengganggu para pekerja.
Bahkan pernah terjadi, ada pekerja yang berasal dari Lasem, berarti rumahnya berada di sebelah barat sungai. Saat pekerja itu melintas di atas bambu yang melintang dari barat ke timur, saat sampai di tengah-tengah, tiba-tiba tubuh pekerja itu terlempar dan terjatuh ke Sungai Cerbung. Beruntung ada temannya yang sigap dan segera menolong pekerja yang terjatuh ke sungai.
"Kalau menyeberang itu hati-hati ...." kata orang yang menolongnya.
"Tadi itu di atas jembatan, saya dicegat sama orang tinggi besar hitam dan brewokan, katanya saya orang barat tidak boleh menyeberang ke timur .... Lha, saya tetap melangkah, tiba-tiba langsung ditendang sama orang itu. Tentu saya terjatuh ..., lha wong cuman melintas di atas uwotan bambu kayak gini ...." cerita laki-laki yang jatuh itu.
"We ..., alah .... Berarti kamu tadi ditendang sama demit penunggu Kali Cerbung, to .... Pantas melesat sampai jauh ...." kata orang yang menolong itu keheranan.
Tentu peristiwa itu juga menjadi perhatian bagi pekerja-pekerja yang lain. Ada yang takut, ada pula yang terus berhenti tidak mau bekerja.
"Tolong yang lain hati-hati .... Jangan sampai ada kecelakaan ...!" teriak Sang Mandor, yang tentunya juga khawatir kalau terjadi kecelakaan.
"Ya, Pak ...!!" jawab para pekerja.
Menyaksikan peristiwa-peristiwa itu, tentu para mandor dan pemborong khawatir. Tidak hanya khawatir dengan barang-barang yang hilang, tetapi juga jengkel dengan pekerjaan yang sudah dipersiapkan selalu diobrak-abrik lagi. Bahkan pemborong dan mandor ini juga takut kalau ada pekerja yang korban. Contohnya saja sudah ada yang jatuh dari atas masuk ke sungai. Beruntung tidak mengalami luka parah, hanya lecet-lecet saja.
Makanya, waktu itu pemborong dan mandor minta dicarikan orang pintar yang bisa membantu atau menolong agar pembangunan jembatan itu tidak diganggu oleh makhluk-makhluk halus.
Ya, tentu tidak sembarangan dukun yang diminta untuk menaklukkan jin ataupun demit di Jembatan Cerbung itu. Pasti dukun yang dimintai tolong adalah dukun yang cukup terkenal dan dianggap sakti. Dan benar, oleh Sang Dukun, dijelaskan kalau demit-demit penunggu Jembatan Cerbung itu minta sesaji ingkung sejodoh. Namun setelah dijelaskan oleh Sang Dukun, sesaji ingkung sejodoh itu dimaknai sebagai pengorbanan anak perempuan dan laki-laki.
Spontan berita itu menjadi geger di masyarakat. Pasti berita adanya anak hilang, dikait-kaitkan dengan rencana pengorbanan sesaji ingkung sejodoh untuk menyelamati pembangunan Jembatan Cerbung. Masyarakat pun menjadi resah. Terutama kaum ibu yang takut dengan anak-anaknya kalau diculik. Dan kasus hilangnya Melian, tentu juga dikaitkan dengan cerita sesaji untuk Jembatan Cerbung tersebut. Melian diculik untuk sesaji pembangunan Jembatan Cerbung.
Cik Lan bersama ayah dan ibunya mencoba bertanya kepada polisi yang bertugas di Polsek Lasem. Tentu menanyakan masalah hilangnya Melian, terkait dengan hebohnya berita tentang penculikan anak yang akan dijadikan sesaji untuk pembangunan Jembatan Cerbung.
"Pak Polisi ..., bagaimana kabar anak saya ...?? Apakah sudah ada kabar berita ...?" tanya Cik Lan bersama ibu dan bapaknya kepada petugas polisi itu.
"Begini Koh ..., begini Cik .... Yang jelas kami sudah mencari informasi ke berbagai daerah .... Termasuk ke Tuban .... Tolong bersabar ..., semoga anak Cik Lan bisa ditemukan." jawab petugas kepolisian itu.
"Katanya anak saya diculik untuk dijadikan korban pembangunan Jembatan Cerbung ...?" tanya Cik Lan pada petugas polisi itu.
"Hehe .... Cik Lan jangan percaya isu-isu seperti itu. Itu tahayul .... Tidak bisa dipercaya kebenarannya." sahut polisi itu lagi.
"Berarti ..., Melian bukan diculik untuk dikorbankan buat jembatan itu?" tanya Cik Lan lagi.
"Cik Lan jangan percaya dengan cerita-cerita mistik seperti itu .... Kalau pun pembangunan Jembatan Cerbung itu perlu dibancaki ..., perlu diselamati ..., perlu ada tumpeng ingkung ..., yang pasti bukan dengan mengorbankan anak manusia, Cik Lan ...." jelas polisi itu.
"Tapi saya khawatir, Pak ...." kata Cik Lan yang tentu langsung menangis.
"Kalau Cik Lan tidak percaya, silakan tanya langsung pada pemborong yang membangun jembatan itu .... Atau tanya kepada pekerja-pekerjanya ..., ada tidak yang namanya selamatan pakai mengorbankan manusia segala .... Itu zaman bar-bar, Cik Lan .... Masak zaman sekarang disamakan dengan zaman purba ...." kata sang petugas dari kepolisian itu.
Tentu Cik Lan dan ayah serta ibunya sangat kecewa dengan jawaban-jawaban polisi itu. Yang jelas karena Melian belum ditemukan. Dan polisi itu tidak bisa memberikan kejelasan, kapan akan ditemukan dan bagaimana kabar berita keadaan anaknya. Mereka bertiga pulang dengan tangan hampa dan kekecewaan.
Pagi harinya, Cik Lan bersama ayah dan ibunya sengaja pergi ke perbatasan Tuban. Mereka ingin mencari kebenaran berita tentang syarat yang diminta oleh dukun, yaitu memberi sesaji sepasang anak manusia untuk dijadikan tumbal dalam pembangunan Jembatan Cerbung. Mereka langsung menemui mandor yang mengawasi para pekerja.
"Pak Mandor ..., apakah benar untuk mbangun jembatan ini memakai tumbal manusia?" tanya Cik Lan pada sang mandor.
"Ya tidak to, Cik .... Siapa yang mau dijadikan tumbal?" jawab sang mandor.
"Haiya .... Tapi owe dengel olang-olang pada ngomong begetu, ha ...." Babah Ho ikut komentar.
"Tidak mungkin to, Koh .... Nanti kami bisa ditangkap polisi, terus dipenjara .... Anak istri kami bagaimana?" sahut sang mandor itu lagi.
"Kok orang-orang pada cerita seperti itu, Pak?" tanya Cik Lan pada sang mandor itu lagi.
"Halah, Cik .... Biasa .... Itu hanya isu untuk nakut-nakuti anak-anak agar tidak bermain ke sini. Kan tempatnya bahaya .... Nanti kalau pada jatuh ke sungai, bagaimana ...?" sahut sang mandor itu lagi, yang tentu cukup logis.
Akhirnya, Cik Lan bersama ayah dan ibunya pulang meninggalkan tempat pembangunan jembatan itu. Meskipun jawaban dari sang mandor sudah mengatakan kalau tidak ada korban manusia, tidak ada sesaji ingkung manusia, tetapi yang namanya seorang ibu yang kehilangan anaknya, tetap saja mereka bersedih dan khawatir.
Namun saat Cik Lan meninggalkan para pekerja yang membangun jembatan tersebut, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang juga bekerja menjadi kuli di situ, menghampiri Cik Lan. Tentu Cik Lan kaget dan berhenti, karena ada yang dibisikkan oleh orang itu.
"Jembatan ini angker .... Banyak demitnya. Setiap hari pengerjaan jembatan ini diganggu oleh demit yang menunggu. Barang-barang banyak yang hilang, pasangan bambu diobrak-abrik ..., bahkan kemarin ada pekerja yang katanya ditendang oleh jin dan tercebur ke sungai. Kata dukun yang dimintai tolong, demit yang menunggu jembatan ini minta sesaji ingkung manusia .... Hati-hati kalau anaknya diculik ...." bisik laki-laki pekerja itu kepada Cik Lan, tentu sambil pura-pura kerja agar tidak dilihat oleh sang mandor.
Plasss .... Lemas tubuh Cik Lan. Pasti kekhawatirannya semakin menjadi. Jangan-jangan Melian benar diculik untuk dijadikan tumbal sesaji pembangunan jembatan.
"Kalau mau tahu, besok malam Jumat Kliwon .... Dukunnya akan kemari untuk menyerahkan sesaji itu kepada makhluk penunggu." laki-laki itu membisik lagi kepada Cik Lan.
Tanpa menjawab, tanpa bertanya, Cik Lan langsung berjalan cepat meninggalkan tempat pembangunan jembatan itu. Demikian ayah dan ibunya yang langsung menyusul anaknya yang sudah jalan duluan. Tentu kata-kata lelaki pekerja bangunan di Jembatan Cerbung itu langsung menyesakkan dadanya. Rasa hatinya seperti ditusuk-tusuk sunduk sate yang sangat tajam. Sangat sakit dan perih. Cik Lan pun setengah berlari sambil menangis. Jika benar yang dikatakan pekerja bangunan itu, jika benar yang diomongkan oleh orang-orang, jika benar yang diceritakan oleh masyarakat, tentu Cik Lan akan kehilangan anak kesayangannya, Melian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments
Agustin
semangat ya thor
2023-04-19
1