Vampire Kecil Milik Tuan William.
Part 01
_____
17 tahun kemudian.
Seorang gadis sedang merintih kesakitan di atas ranjang, “Paman! Tolong Paman, tubuh ini terasa sangat tidak enak.” pekik seorang gadis yang terbaring di atas ranjang dengan wajah yang mengeluarkan banyak keringat, serta tubuh yang meringkuk kesakitan.
Brak!
Seorang pemuda menerobos masuk ke dalam kamar gadis tersebut. Pemuda pemuda itu terus berlari mendekati seorang gadis yang tengah meringkuk di atas ranjang dengan wajah yang pucat dan keringat yang mengalir dari wajahnya.
Pemuda tersebut duduk di tepian ranjang dengan lengan baju sebelah kanan yang sudah tergulung rapih dan tangan kiri yang mengangkat sedikit kepala gadis tersebut.
Pemuda tersebut mendekatkan lengannya tepat di atas bibir gadis tersebut, “Gigit lah, agar kamu tidak merasa kesakitan lagi.” Dengan wajah yang menahan perih, pemuda tersebut menatap wajah gadis tersebut.
Gadis tersebut menunjukkan taring yang siap menancap di lengan pemuda tersebut, “Gluk! Gluk!” gadis tersebut mengigit lengan tersebut dengan wajah yang mulai membaik.
Setelah wajah mulai normal, gadis tersebut melepaskan gigitannya dengan tangan yang mengusap bercak berwarna merah yang mengalir dari bibirnya, “Paman. Terimakasih.” Ucap gadis tersebut memeluk pemuda yang memberikan lengannya untuk di gigit oleh vampir kecil.
Pemuda tadi mendorong pelan gadis yang telah di memeluk dirinya, “Tidak perlu berlebihan seperti itu, cepat atau lambat kamu harus berhenti menjadi seorang vampir. Kalau tidak, kamu akan terus menghabiskan darah milikku.” Pemuda tadi bangkit dari ranjang dan berdiri dengan tubuh yang membelakangi gadis yang sedang duduk menatap pemuda tersebut.
Pemuda tersebut melangkahkan kakinya berjalan menjauhi ranjang, “Istirahatlah terlebih dahulu supaya tenaga kamu jauh lebih pulih.” Dengan kedua kaki yang terhenti di depan pintu kamar dan tangan yang sedang memegang gagang pintu kamar.
Melihat pemuda hendak keluar kamar, gadis tersebut berlari, “Paman.” Memeluk tubuh pemuda tersebut dari belakang dengan kepala yang mendongak menatap pria yang sedang di peluk olehnya.
Pemuda tersebut melepaskan tangan gadis yang memeluknya erat tubuhnya dari belakang, “Jangan terus memelukku seperti ini, kamu mulai remaja tidak baik jika terus menempelkan tubuhmu padaku.”
Mendengar ucapan pemuda tersebut, gadis vampir itu tersenyum, “Apa Paman William akan memakanku!” gadis kecil mendekatkan tubuhnya di tubuh paman yang bernama William, “Jika aku seperti ini, apa hasrat paman William semakin memuncak.” Dengan kedua mata yang menatap wajah William.
Wajah William memerah melihat ke kancing baju milik gadis tersebut terbuka. William menelan ludah, “Glek!” tangan William memegang wajah gadis tersebut, “Dinda Arista! Berhenti bermain-main seperti ini, atau kamu akan menyesal nantinya.” William membalikkan badannya.
Arista memegang tangan William, “Tidak paman, jika itu terjadi aku tidak akan menyesal. Kita bukan satu keluarga, kita juga bukan satu Klan. Jadi bisa saja kita menikah dan memiliki keturunan.” Dengan wajah yang menatap manis ke arah William.
Tak!
William menjitak dahi Arista, “Umur kamu masih 17 tahun, tubuh kamu juga masih kecil. Tapi pikiran kamu sudah yang tidak-tidak.”
Arista mendekatkan tubuhnya dengan tangan yang menjalar ke bagian tubuh milik William, “Aku memang 17 tahun, dari pada paman yang sudah berumur 27 tahun tapi belum menikah.”
William menepis tangan Arista, “Siapa yang mengajari kamu menjadi gadis nakal seperti ini.” Menatap tajam ke arah Arista.
Arista menggelengkan kepalanya, “Tidak ada, cuman aku dulu sering lihat klan vampir sangat bebas melakukan apa pun dengan lawan jenis yang berbeda-beda setiap saat.” Arista berbalik badan.
William memegang tangan Arista membawanya duduk di kursi yang berada di dalam kamar Arista, “Dengarkan perkataan Aku.” William menatap dengan sangat serius ke arah Arista, “Kamu sekarang tinggal di lingkungan manusia. Dan kamu adalah gadis kecil milik aku yaitu tuan William, kamu tidak boleh mengingat hal yang seharusnya belum kamu jalani. Setelah kamu berumur 20 tahun, kamu baru boleh memikirkan hal yang seharusnya kamu pikirkan. Apa kamu sudah paham” William berdiri.
Arista memegang tangan William, “Tapi Paman, aku bukanlah anak kecil yang berusia 10 tahun lagi. Aku juga bukan anak kecil yang paman temukan saat 7 tahun yang lalu, sekarang umur aku sudah 17 tahun dan aku juga jatuh cinta dengan paman.” Dengan pandangan yang menunduk dan suara yang pelan.
William memegang bahu Arista, “Arista! Kamu ini aku anggap hanya sebagai adik saja, tidak lebih. Kamu jangan membantah ucapan yang aku berikan jika kamu masih ingin tinggal di sini. Jika kamu terus membangkang seperti ini, kamu boleh akat kaki dan keluar dari rumah ini.” Bentak William dengan nada yang tinggi.
Wajah William menjadi suram, ia berjalan dengan kedua tangan yang mengepal erat.
Blam!
William keluar dari kamar Arista.
Dengan kedua mata yang mulai basah Arista beranjak dari duduknya, “Paman sangat kejam, aku ‘kan hanya mengutarakan isi hatiku tapi kenapa paman sampai berkata seperti itu.” Arista berjalan dengan tangan yang menggeret sebuah kursi dan meletakkannya di samping lemari pakaian miliknya.
Arista memanjat kursi tersebut untuk mengambil sebuah koper yang terletak di atas lemari pakaian miliknya, “Kenapa paman meletakkan koper ini sangat tinggi, aku ‘kan tidak bisa menjangkaunya.” Ucap Arista dengan kaki yang menjinjit, tubuh Arista menjadi tidak seimbang.
Bangku yang di panjat Arsita bergoyang, “Sedikit lagi.” Gumam Arista dengan kedua mata yang menatap serius ke arah sebuah koper yang sangat sulit di jangkau.
Akhirnya tangan Arista berhasil menggapai koper tersebut, “Ye. Berha.. eh! Eh!” bangkunya goyang membuat tubuh Arista menjadi tidak seimbang.
Braak!!
Arista terjatuh sangat kuat dengan koper yang menimpah kakinya.
Arista menjerit, “Paman!” Arista menangis, “Huhuhu! Sakit.”
Blam!
William masuk dengan wajah yang panik, “Arista.” Ucap William berlari menolong Arista.
William menggeser koper besar yang menimpa kaki Arista, “Apa yang kamu lakukan, kenapa koper ini bisa menimpa kamu.” William menggendong tubuh Arista dan meletakkannya di atas ranjang.
Dengan wajah yang memelas Arista menjawab, “Tapi Paman mengusir aku, jadi aku mau mengambil koper yang berada sangat jauh di sana.” Arista mengarahkan jari telunjuknya ke sebuah lemari pakaian miliknya.
Tanpa berkata satu patah kata pun William menekuk wajahnya menatap dingin ke arah Arista.
Arista memelas, “Paman sakit.” dengan tangan yang memegang pergelangan kakinya, “Huhuhu!” Arista menangis.
William menarik nafas pendek, “Huft” kemudian membuka kaus kaki yang di kenakan oleh Arista, “Lihat, kaki kamu memar.” William menatap wajah Arista yang basah karena menangis.
Arista memalingkan wajahnya, “Paman.” Dengan tangan yang menghapus lembut bekas air mata yang membasahi pipinya.
William berdiri, “Jika aku bilang, aku akan menghabisi nyawa kamu apa kamu juga akan bersedia.” William berbalik badan melangkahkan kedua kakinya membuka sebuah lemari kecil yang menempel di samping jendela kamar milik Arista.
William mengambil sebuah kotak yang berada di dalam lemari kecil tersebut, kemudian melangkahkan kedua kakinya berjalan mendekati ranjang milik Arista.
William mengambil botol minyak dari kotak tersebut dan memijat lembut kaki Arista, “Kenapa kamu diam. Jika aku bilang aku ingin menghabisi nyawa kamu, apa kamu rela.” William menekan memar yang berada di pergelangan kaki Arista.
Arista menjerit, “Auww!.” Dengan tangan yang berusaha meraih ujung pergelangan kaki namun tak sampai, “Sakit paman, apa paman beneran ingin menghabisi nyawa Arista.” Dengan kedua mata yang terlihat sedih menatap wajah William.
...Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Shandy
itulah mentel
2023-01-05
0
Denry_Den Den
Ini keren...Fantasi.
2022-12-18
0
Angraini Anggraini
semangat thor
2022-07-19
1