Mimpi.

Part 08

______

William yang baru saja siap mandi berjalan masuk ke dalam kamarnya dengan rambut yang masih basah. William merebahkan tubuhnya dengan rambut yang masih basah.

William menatap langit-langit kamar, “Aku masih bertanya-tanya Iblis mana yang menghabisi nyawa Rossa. Jelas-jelas itu bukan perbuatan manusia.” Gumam William yang terus berpikir keras.

Kemudian William memejamkan kedua matanya. Saat William telah tertidur, ia memasuki alam mimpi.

...Mimpi....

...😴😴...

Tiba-tiba William berada di tengah hutan dengan kabut yang sangat pekat menutupi seluruh tempat dimana ia sedang berdiri. William terus berjalan dengan tangan yang mencoba menyingkirkan setiap kabut yang menghalangi jalannya.

Saat William terus berjalan, ia mendengar suara wanita yang berkata.

...“Kembalilah. Kamu tidak boleh meneruskan langkah kaki kamu, jika kamu terus melangkah. Kamu tidak akan bisa kembali.”...

Setelah berkata seperti itu kabut menghilang dari pandangan William. Namun yang terlihat adalah sekeliling jurang yang sangat dalam.

William menundukkan kepalanya menatap ke arah jurang, “Dalam sekali.” Gumam William yang mundur satu langkah ke belakang.

William mendongakkan wajahnya menatap langit-langit yang di penuhi dengan awan hitam tepat di atas kepalanya, “Wanita. Kenapa kamu tidak berbicara lagi, aku sekarang di mana dan bagaimana caranya aku bisa pergi dari tempat ini.” William berteriak dengan sangat kencang.

Dari sebrang jurang William melihat seorang wanita yang memakai gaun berwarna biru muda dengan rambut panjang yang di kepang rapih dan bunga mawar terselip dari setiap kepangan tersebut.

William memperjelas pandangannya menatap dan berusaha mencari tahu siapa wanita tersebut, namun wajah wanita tersebut terhalang kabut asap yang sangat tebal.

Wanita tersebut berbalik badan.

“Kamu harus bangun dan jaga Dinda Arista buat saya, segeralah bangun dari mimpi yang buruk ini sebelum dia datang mengambil jiwa kamu.”

Setelah berkata seperti itu wanita tersebut menghilang.

William tidak menyadari apa pun, ia juga tidak mengetahui jika di belakang tubuhnya ada seorang pria dengan jubah hitam dan tangan yang memegang tongkat panjang dengan ujung tongkat dihiasi Kristal merah.

“Sudah seharusnya aku berbuat seperti ini.” Ucap pria yang memakai jubah tersebut kemudian mengulurkan tangannya mendorong tubuh William.

William berbalik badan dan berusaha meraih jubah pria tersebut, namun sayang tangannya tidak sampai meraih hingga ia terjun ke dalam jurang yang sangat dalam.

...Bangun dari mimpi....

...🙁...

Arista sedang menggoyangkan tubuh William dengan air mata yang terus mengalir, “Paman. Kamu harus bangun.” Arista memegang tangan William, “Paman telapak tangan kamu sangat dingin, kamu harus bangun Paman.” Arista memeluk tubuh William dengan tetesan air mata yang jatuh tepat di pipi William.

William membuka kedua matanya dengan keringat yang membasahi seluruh tubuh dan bajunya. Kemudian mengangkat tangan kananya dan meletakkannya di rambut bagian belakang dengan mengelus lembut.

“Kamu kenapa menangis.” Ucap William yang berusaha tenang dengan tangan yang masih gemetar dan nafas masih terlihat lelah.

Arista memeluk lebih erat tubuh William, “Akhirnya Paman bangun juga.” Arista duduk di samping tubuh William yang masih terbaring di atas ranjang.

William duduk dengan nafas yang masih terlihat lelah menatap wajah Arista, “Kamu kenapa datang ke sini, apa kamu tidak tidur.”

Arista bangkit dan berdiri di samping ranjang, “Apakah Paman tidak tahu jika ini sudah pagi.” Arista berjalan menuju jendela kamar dan menyingkap kain jendela yang masih tertutup. “Lihat.”

William menundukkan kepalanya dengan telapak tangan kanan yang diletakkan di dahi.

Siapa wanita yang berada di dalam mimpiku.

Wanita itu terlihat sangat familiar.

Sudahlah itu tidak penting.

Yang terpenting adalah aku masih bisa bernafas dan berdiri di samping Arista untuk menjaga dirinya.

Gumam William di dalam hati sambil menatap Arista yang sedang berdiri di depan jendela.

Arista berbalik badan, “Apakah Paman ingat jika ini malam, malam apa?” tanya Arista dengan langkah kaki berjalan mendekati ranjang William.

William menyingkap selimut yang terletak di atas pangkuannya dengan cepat ia berdiri, “Gerhana bulan.” William mendekati Arista, “Kamu harus bersiap-siap.”

Arista mengerutkan dahinya, “Buat apa?” tanyanya dengan wajah polos.

William menarik tangan Arista, “Makan. Saya sudah lapar.” Ucap William dengan langkah kaki berjalan cepat keluar dari kamar.

Dengan tangan yang masih menggenggam lengan Arista dan langkah kaki yang terus berjalan menuju ruang makan, William mengerutkan dahinya.

Kenapa aku bisa lupa jika malam ini adalah Gerhana bulan.

Aku harus melindungi Arista.

Aku yakin, penyebab kematian Rossa ada sangkut pautnya dengan Arista.

Dan siapa sebenarnya Arista.

Setelah santap makan pagi, aku harus bergegas ke kota supaya dapat mencari informasi yang jelas tentang Arista.

Gumam William sambil menatap Arsita yang berada di sampingnya.

Langkah kaki William dan Arista terhenti di depan meja makan. William menarik kursi yang biasanya Arista dudukin. “Duduklah. Aku akan segera menyiapkan sarapan buat kamu.”

Arista duduk dengan pandangan yang menatap kepergian William menuju dapur.

Apa yang sedang Paman sembunyikan dariku.

Kenapa Paman begitu terlihat sangat cemas.

Sewaktu tidur dia juga mengigau dengan tubuh dan tangan yang sangat dingin.

Apa dia sedang bermimpi buruk atau ada hal lain yang sedang mengusik pikirannya.

Aku harus cepat mengetahui semuanya.

Batin Arista dengan kepala yang mengangguk.

10 menit kemudian William datang dengan kedua tangan yang masing-masing memegang 1 porsi Omelette.

Arista bertepuk tangan, “Hemm! Wangi sekali.” Ucap Arista dengan wajah yang terlihat imut.

William tersenyum sambil meletakkan 1 porsi Omelette dihadapan Arista, “Makan yang banyak.” William melangkahkan kedua kakinya dan duduk di kursi utama.

Setelah selesai santap sarapan pagi, William menatap wajah Arista dengan tangan yang memegang tisu dan membersihkan bibirnya.

“Aku mau pergi ke kota karena ada beberapa barang yang akan aku beli. Selagi aku pergi ke kota, kamu harus berlatih pedang dengan sangat sungguh-sungguh. Dan satu lagi! Jika sampai matahari terbenam aku tak kunjung pulang ke rumah, kamu harus mengunci semua pintu dan jendela. Jangan membukanya dan jangan terima sembarang orang masuk ke dalam rumah. Apa kamu paham.” Tanya William dengan suara dan tatapan yang sangat serius.

Arista hanya menekuk kan alisnya, “Paham.” Sahutnya singkat dengan ekspresi wajah yang terlihat tidak senang.

Setelah berkata seperti itu, William berdiri, “Aku pergi sekarang, kamu jangan nakal hari ini dan jangan membangkang.” Dengan kedua kaki melangkah meninggalkan ruang meja makan.

Arista yang masih duduk di kursi meja makan menolehkan wajahnya, “Kenapa dia tidak mengecup dahi ku.” Gumam Arista pelan.

Arista berdiri, “Paman.” Dan berlari mendekati William, “Kenapa Paman tidak mengecup dahi ku.” Ucapnya dengan wajah yang terlihat kesal.

William meletakkan telapak tangan kanannya di atas kepala Arista, “Kamu bukan gadis kecil berusia 10 tahun lagi, sekarang kamu adalah gadis remaja yang bakal tumbuh menjadi gadis dewasa. Sekarang aku pergi dulu, kamu jangan nakal dan jangan berkeliaran sesukamu.” William berbalik badan dengan bibir yang tersenyum manis menatap Arista.

Arista menyembunyikan bibir bawahnya, “Paman jahat, kenapa dia tidak ingin mengecup dahi ku lagi. Apa karena aku sudah menjadi gadis remaja.” Gumam Arista dengan wajah yang terlihat sedih.

Arista berjalan mendekati pintu rumah dan menutupnya. Setelah menutup pintu rumah, Arista terus berjalan menuju ruang berlatih pedang. Di depan pintu tempat latihan pedang Arista menghela nafas, “Fyuh!” kemudian ia duduk sejenak.

“Kenapa harus berlatih sangat keras untuk ahli dalam memegang pedang, bukan itu saja sewaktu kecil Paman juga mengajariku tentang ilmu bela diri. Buat apa itu semua.” Arista berdiri dengan kedua bahu yang menaik, “Untuk bela diri itu sangat muda, tapi untuk berlatih pedang itu sangat sulit.” Gumam Arista dengan kedua telapak tangan yang menutupi wajahnya.

Setelah pemikiran yang mateng dan baju sudah berganti menjadi khusus baju berlatih pedang, Arista berjalan mengambil salah satu pedang miliknya yang terletak di sebuah kotak yang terbuat dari Marmer. “Demi Paman.”

Arista memegang gagang pedang yang sejajar lurus dengan kedua tangannya, dengan tubuh yang sedikit membungkuk, kaki kanan ke depan dan kaki kiri sedikit kebelakang.

“Hiaaahh!”

Arista mulai memainkan pedang tersebut kenan, ke kiri, lurus ke bawah. Kemudian ia mengingat kembali apa yang pernah di pelajari nya oleh William.

“Jangan lupa dagu, tulang rusuk dan pangkal paha. Menunduk, memutar, melompat sedikit, menyikut, menendang, dan menancapkan.” Dengan wajah yang begitu sangat emosi hingga seketika kedua bola matanya berubah menjadi berwarna merah pekat dengan pupil mata yang berubah menjadi putih seperti susu.

Dengan nafas yang menggebu-gebu dan keringat yang mengalir dari ujung rambut , hingga seluruh baju yang di kenakan oleh Arista.

Ia merebahkan tubuhnya di lapangan tempat berlatih pedang dengan kedua mata yang mulai memudar menjadi bola mata yang kembali normal menatap lurus ke atas penutup tempat berlatih yang sebagian tidak tertutup oleh atap.

......Bersambung.........

Episodes
1 17 Tahun kemudian.
2 7 tahun yang lalu.
3 Kamu harus berlatih pedang.
4 Tidak boleh.
5 Di depan toilet.
6 Di dalam kamar.
7 Pria berjubah hitam.
8 Mimpi.
9 10.000 tahun silam.
10 Berbicara sambil mempraktekkan.
11 Gerhana Bulan.
12 Bersekolah kembali.
13 Suara kodok.
14 Aku suka menggoda pria tampan.
15 Iblis Jelek dan Mutan Jelek.
16 Siswa abadi.
17 Kenapa orang yang jatuh cinta terlihat bodoh.
18 Adegannya agak sedikit panas.
19 Apa itu Mapinguari
20 Artemis Diamond
21 Hari ke-4 di sekolah.
22 Tepian danau?
23 Isi kotak Misterius.
24 Mencari jati diri.
25 Werewolf dan Spider-hybrid human.
26 Mitos.
27 Wanita buas.
28 Succubus.
29 Berdansa.
30 Tidak mungkin Pamanku hadir.
31 Batang coklat.
32 William menggoda Esme.
33 Sebenarnya aku sangat rindu.
34 Aku berharap ini bukan rasa cinta.
35 Pria tua berjenggot putih.
36 Yang aku cari kenyamanan dan kesetiaan.
37 omong kosong.
38 Diana iri.
39 Sudah marahnya?
40 Tidak pernah aku lepaskan.
41 Harus keluar dari mimpi buruk.
42 Besar dan tangguh. (Panas)
43 Ruang Guru.
44 Cintaku membutakan mata dan hatiku.
45 Mantra menuju rumah Esme
46 Pria bernama Absurd
47 Menuju Gunung tua.
48 Pertanyaan aneh Esme.
49 Keseriusan Esme.
50 Medusa
51 Mengambil Mata air suci dan Lilith.
52 Tidak mungkin sekuat itu?
53 Kedipan mata Abel.
54 Berjuang latihan demi Paman.
55 Apa tidak ada gaya lain? (Panas)
56 Insiden beli Minyak Wangi.
57 Berhenti mengikutiku.
58 Menjelang malam Valentine.
59 Part 57. Camping (Bisikan Abel)
60 Menyatakan Cinta. (Camp.terakhir)
61 Apa kamu tidak punya sopan santun?
62 Aku sudah tak membutuhkan kamu.
63 3 bulan kemudian (H1 ujian kenaikan kelas)
64 Ujian praktek (H2)
65 Tolong jangan usir saya.
66 Kelinci putih bermata merah.
67 Ujian praktek terakhir.
68 Pembagian rapot.
69 Wanita tanpa wujud
70 Kamu siapa?
71 wanita itu siapa?
72 Lebih baik diam, jika wanita sedang marah
73 Aku cemburu
74 Part 74. Lembut tapi tidak bergerak
75 Part 75. Kenapa kalian datang?
76 Part 76. Terlilit ekor Ular merah
77 Part 77. Mengambil kontrak
78 Part 78. Maaf aku terlambat
79 Part 79. Ocehan Esme
80 Part 80. Black Hand dan sekawanan Siluman Domba
81 Part 81. Memikirkan Arista
82 Bab 82. Aku sudah lama menyukai kamu
83 Bab 83. Apakah Kau Iblis muda itu?
84 Bab 84. Pilih melayaniku atau Mati?!
85 Bab 85. Melawan siluman Ratu Gagak
86 Bab 86. Jatuh ke tempat yang salah
87 Bab 87.
88 Bab 88.
89 Bab 89. Menerobos masuk ke Kastil
90 Bab 90. Jangan pernah mencoba melawanku!
91 Bab 91.
92 Bab 92
93 Bab 93.
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96. Raja Iblis sesungguhnya melawan Raja Iblis Palsu
97 Bab 97. Berarti Paman menyukai Arista?
98 Bab 98. Memikirkan
99 Bab 99.
100 Bab 100. Di sela lamunan William
101 Bab 101
102 Bab 102. Hewan Fantasi
103 Bab 103. Gadis Vampire lain selain Arista
104 Bab 104. ELF
105 Bab 105. Petuah Dari Bangsa Elf Mengatakan
106 106. Grace
107 Bab 107. Menonton pertikaian Ellard dan ketua hewan Fantasi
108 Bab 108. Menuju Desa Berkabut
109 Bab 109. Shera
110 Bab 110. Arista dan Shera
111 Bab 111. Ulah Shera
Episodes

Updated 111 Episodes

1
17 Tahun kemudian.
2
7 tahun yang lalu.
3
Kamu harus berlatih pedang.
4
Tidak boleh.
5
Di depan toilet.
6
Di dalam kamar.
7
Pria berjubah hitam.
8
Mimpi.
9
10.000 tahun silam.
10
Berbicara sambil mempraktekkan.
11
Gerhana Bulan.
12
Bersekolah kembali.
13
Suara kodok.
14
Aku suka menggoda pria tampan.
15
Iblis Jelek dan Mutan Jelek.
16
Siswa abadi.
17
Kenapa orang yang jatuh cinta terlihat bodoh.
18
Adegannya agak sedikit panas.
19
Apa itu Mapinguari
20
Artemis Diamond
21
Hari ke-4 di sekolah.
22
Tepian danau?
23
Isi kotak Misterius.
24
Mencari jati diri.
25
Werewolf dan Spider-hybrid human.
26
Mitos.
27
Wanita buas.
28
Succubus.
29
Berdansa.
30
Tidak mungkin Pamanku hadir.
31
Batang coklat.
32
William menggoda Esme.
33
Sebenarnya aku sangat rindu.
34
Aku berharap ini bukan rasa cinta.
35
Pria tua berjenggot putih.
36
Yang aku cari kenyamanan dan kesetiaan.
37
omong kosong.
38
Diana iri.
39
Sudah marahnya?
40
Tidak pernah aku lepaskan.
41
Harus keluar dari mimpi buruk.
42
Besar dan tangguh. (Panas)
43
Ruang Guru.
44
Cintaku membutakan mata dan hatiku.
45
Mantra menuju rumah Esme
46
Pria bernama Absurd
47
Menuju Gunung tua.
48
Pertanyaan aneh Esme.
49
Keseriusan Esme.
50
Medusa
51
Mengambil Mata air suci dan Lilith.
52
Tidak mungkin sekuat itu?
53
Kedipan mata Abel.
54
Berjuang latihan demi Paman.
55
Apa tidak ada gaya lain? (Panas)
56
Insiden beli Minyak Wangi.
57
Berhenti mengikutiku.
58
Menjelang malam Valentine.
59
Part 57. Camping (Bisikan Abel)
60
Menyatakan Cinta. (Camp.terakhir)
61
Apa kamu tidak punya sopan santun?
62
Aku sudah tak membutuhkan kamu.
63
3 bulan kemudian (H1 ujian kenaikan kelas)
64
Ujian praktek (H2)
65
Tolong jangan usir saya.
66
Kelinci putih bermata merah.
67
Ujian praktek terakhir.
68
Pembagian rapot.
69
Wanita tanpa wujud
70
Kamu siapa?
71
wanita itu siapa?
72
Lebih baik diam, jika wanita sedang marah
73
Aku cemburu
74
Part 74. Lembut tapi tidak bergerak
75
Part 75. Kenapa kalian datang?
76
Part 76. Terlilit ekor Ular merah
77
Part 77. Mengambil kontrak
78
Part 78. Maaf aku terlambat
79
Part 79. Ocehan Esme
80
Part 80. Black Hand dan sekawanan Siluman Domba
81
Part 81. Memikirkan Arista
82
Bab 82. Aku sudah lama menyukai kamu
83
Bab 83. Apakah Kau Iblis muda itu?
84
Bab 84. Pilih melayaniku atau Mati?!
85
Bab 85. Melawan siluman Ratu Gagak
86
Bab 86. Jatuh ke tempat yang salah
87
Bab 87.
88
Bab 88.
89
Bab 89. Menerobos masuk ke Kastil
90
Bab 90. Jangan pernah mencoba melawanku!
91
Bab 91.
92
Bab 92
93
Bab 93.
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96. Raja Iblis sesungguhnya melawan Raja Iblis Palsu
97
Bab 97. Berarti Paman menyukai Arista?
98
Bab 98. Memikirkan
99
Bab 99.
100
Bab 100. Di sela lamunan William
101
Bab 101
102
Bab 102. Hewan Fantasi
103
Bab 103. Gadis Vampire lain selain Arista
104
Bab 104. ELF
105
Bab 105. Petuah Dari Bangsa Elf Mengatakan
106
106. Grace
107
Bab 107. Menonton pertikaian Ellard dan ketua hewan Fantasi
108
Bab 108. Menuju Desa Berkabut
109
Bab 109. Shera
110
Bab 110. Arista dan Shera
111
Bab 111. Ulah Shera

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!