Part 13
______
William berjalan beriringan dengan wanita yang memakai baju dengan dada terbuka dengan kedua gunung yang tidak terlampaui.
Sedangkan Arista hanya mengikuti mereka dari belakang dengan wajah yang terlihat tidak senang.
Wanita dengan dua gunung mengajak William dan Arista berkeliling melihat sekolah yang akan menjadi tempat belajar Arista. Setalah puas berjalan-jalan dan membahas tentang perjanjian sekolah, William berpamitan dengan Arista.
Arista dan William berdiri saling berhadapan di depan halaman sekolah. William memegang bahu Arista, “Kamu akan aman disini, kamu juga akan mempunyai teman di sini. Dan yang paling penting, pulanglah dengan membawa keberhasilan supaya saat sedang bersamaku kamu tidak terlalu berlebihan menyakitiku.” Ucap William dengan senyum yang terukir indah di bibir William.
Arista meneteskan air matanya, “Paman. Ini kali pertamanya aku jauh dari Paman, bagaimana jika anak-anak di sini melukaiku. Siapa yang akan melindungi ku.” Tanya Arista dengan nada yang terlihat pilu.
William meletakkan jari jempolnya di bagian pipi Arista yang masih basah terkena tetesan air mata. “Itu hanya pikiran kamu saja, sudah kamu tidak boleh berpikir yang bukan-bukan. Sekarang kamu masuk ke dalam, pergilah bersama wanita itu.” ucap William sambil melepaskan tangannya dan sedikit berjalan jauh dari Arista.
William terus berjalan menuju mobil tanpa melihat Arista. William masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya keluar dari halaman sekolah.
Melihat William yang sudah pergi tanpa menoleh, Arista menjadi sedih. Wajahnya tertunduk dengan kedua mata yang mulai basah.
Wanita yang memiliki dua gunung yang tak terlampaui mendekati Arista dengan tangan kiri yang di letakkan di atas bahu kanan Arista. “Dinda Arista, mari saya antar kan kamu ke mes khusus wanita.” wanita tersebut berbalik badan, “Panggil aku Esme.” Dengan wajah yang sedikit menoleh menatap wajah Arista.
Arista berbalik badan berlari kecil mendekati Esme, “Kenapa kamu bisa kenal dengan Paman.” Tanya Arista dengan wajah yang terlihat serius.
Esme menolehkan wajahnya memandang wajah Arista dengan kedua kaki mereka yang secara serentak terus melangkah menuju mes khusus wanita.
“Ada cerita yang harus kita ceritakan dengan orang lain dan ada cerita yang tidak perlu kita ceritakan dengan orang. Kamu hanya gadis kecil yang sedang beralih menjadi gadis dewasa, jika aku memberitahu kamu mungkin kamu tidak akan mengerti tentang perjalanan kami.” Langkah kaki Esme terhenti tepat di depan sebuah kamar yang tak jauh dari sekolah.
Sebuah mes yang cukup terlihat besar dengan kamar yang tidak terlalu kecil untuk 2 orang yang tinggal bersama di dalamnya. Esme membuka pintu kamar.
“Ini kamar buat kamu Dinda Arista, di dalam lemari telah tersedia baju buat kamu pakai besok saat pergi bersekolah. Dan satu lagi, akrab lah dengan teman satu kamar kamu, jangan membuat keributan.” ucap Esme memberitahu Arista.
Dengan wajah yang ketus Arista menolehkan wajahnya, “Baik.” ketus Arista sambil masuk ke dalam kamar khusus wanita.
Braaakk!!
Tanpa basa-basi Arista menutup pintu.
Esme yang masih berada di luar pintu tersenyum sendiri, “Terimakasih Dinda Arista.” Ucapnya dengan nada yang sedikit kuat.
Sedangkan di dalam kamar telah duduk seorang gadis remaja seusia dengan Arista dengan rambut yang berkepang 2. Dengan kaca mata yang melekat di wajahnya.
Gadis berkepang 2 menolehkan wajahnya menata tajam ke arah Arista yang sedang menyusun baju ke dalam lemari pakaian.
“Anak baru.” Tanya gadis tersebut dengan suara yang sedikit besar.
Arista yang sedang menyusun pakaian terkejut mendengar suara yang begitu unik dari gadis berkepang dua.
Kenapa dengan suaranya.
Kenapa sangat lucu.
Suaranya seperti kodok.
Gumam Arista di dalam hati dengan bibir yang sudah tidak mampu menahan tawa yang sedari tadi di sembunyikan olehnya.
Arista berbalik badan dengan mulut yang melepaskan tawa yang begitu menggelikan, “Hahaha! Suara, suara kamu seperti kodok.” Dengan kedua tangan yang di letakkan di perutnya.
Gadis yang berkepang 2 berdiri dengan kedua mata yang menatap tajam ke arah Arista. “Apa kamu sudah puas.” Tanya gadis remaja yang berkepang 2 dengan suara yang besar seperti kodok.
Lagi-lagi Arista tidak mampu menahan tawanya. Hingga ia berguling di lantai dengan sangat puas.
Gadis remaja yang berkepang 2 dengan kaca mata yang melekat menaikan sudut bibir atasnya berjalan dengan wajah yang terlihat tidak senang.
Gadis remaja tersebut menghentikan langkah kakinya di hadapan Arista yang sedang puas menertawakannya. Gadis remaja tersebut mengulurkan tangannya menarik krah baju Arista.
Gadis remaja itu menatap suram dengan tangan yang gemetar melayang seperti hendak menampar pipi Arista.
5 cm mendekati pipi Arista, dengan tawa yang terhenti Arista menggenggam kuat tangan gadis tersebut dengan kedua mata yang menata tajam ke gadis yang berkepang 2 yang masih memegang kerah bajunya.
“Berani kamu menyentuh setiap inchi dari kulitku, maka aku akan membuat kamu menerima berkali-kali lipat dari hasil perbuatan kamu.” ucap Arista dengan nada yang terdengar sangat mengerikan.
Gadis bekepang 2 melepaskan kerah baju Arista, dengan kaki yang berjalan mundur 3 langkah kebelakang.
“Seharusnya kamu tidak mentertawakan aku seperti murid yang lainnya. Aku tau suaraku jelek, tapi tidak perlu sepuas itu mentertawakanku. Jika aku tahu, aku terlahir seperti ini mungkin aku meminta kepada Dewa langit supaya lebih bagus tidak menurunkan aku ke Bumi.”
Gadis yang berkepang dua berbalik badan berjalan cepat menuju ranjang dengan kedua mata yang menahan air mata yang mulai mengumpul di bawah kelopak matanya.
Arista tertegun.
Apa aku menyakiti hatinya.
Aku sungguh keterlaluan.
Batin Arista dengan langkah kaki berjalan mendekati ranjang gadis tersebut.
Gadis yang berkepang 2 menyembunyikan wajahnya di balik bantal dengan posisi tubuh yang telungkup.
Arista duduk di tepian ranjang milik gadis yang berkepang dua dengan tangan kanan yang diletakkan di atas punggung gadis yang berkepang 2.
“Jangan menangis, kamu tidak buruk cuman suara kamu memang unik. Mungkin di balik keunikan yang kamu miliki tersimpan sesuatu yang sangat istimewa yang dimana orang lain tidak akan mungkin memilikinya.”
Ucap Arista berusaha menenangkan gadis yang berkepang 2 tersebut.
Gadis berkepang dua meletakkan bantal yang menutupi wajahnya, “Apakah kamu yakin dengan ucapan mu.” Sahut wanita yang memiliki suara seperti kodok.
Arista menganggukan kepalanya.
Tidak perlu menjawab Dinda Arista.
Semua ucapan itu hanya akal-akalan kamu saja supaya kamu tidak mengundang kegaduhan di sini.
Jika kamu membuat kegaduhan di hari pertama kamu masuk, habislah kamu bakal di hukum oleh Paman William.
Gumam Arsita di dalam hati dengan kepala yang terus mengangguk dan bibir yang tersenyum manis.
Setelah tenang Arista bangkit meninggalkan gadis berkepang dua berjalan mengambil handuk. Arista melangkahkan kedua kakinya berjalan menuju kamar mandi yang terletak di sudut ruang kamar mereka.
Gadis yang berkepang 2 duduk menatap kepergian Arista, “Jika kamu tidak memiliki shampoo atau sabun, kamu bisa memakai punyaku dulu.” Teriak gadis berkepang 2 dengan suara yang besar seperti kodok.
Arista berbalik badan dengan mata kiri yang disipitkn dengan tangan kanan yang mengisyaratkan seperti “OK”.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
boomlike plus rate 5 😍 and fav ❤️
2022-01-15
0
Yen Lamour
Kesian dinda, jauh dr belahan jiwanya😢🌹
2022-01-14
0
pat_pat
triple like ❤️
2022-01-14
0