Part 12
______
William sedang membantu Arista mengemasi barangnya dan memasukkannya di dalam koper.
Sedangkan Arista sedang duduk di tepian ranjang dengan kedua tangan yang saling menggenggam dan jari jempol saling bermain.
Hati ini sepertinya tidak rela jika jauh dari Paman.
Apalagi bersekolah itu sangat membosankan.
Tapi jika aku tidak bersekolah, Paman akan terus terluka sebab aku belum bisa mengendalikan diriku.
Gumam Arista di dalam hati.
Melihat Arista yang sedang melamun di tepian ranjang, William berjalan mendekat dan duduk di sampingnya.
“Kamu kenapa?” tanya William dengan tangan kanan mengambil salah satu tangan Arista.
Arista menolehkan wajahnya dengan wajah yang terlihat sedih, “Sekolah itu sangat jauh, butuh 2 hari perjalanan menuju ke sana Paman. Apa Paman tidak apa-apa jika mengantarkan aku ke sana.” Tanya Arista dengan suara yang begitu lirih.
William memegang kedua pipi Arista, “Selama ini aku keliru dan berharap aku bisa menjadi Paman sekaligus guru yang bisa kamu andalkan. Setelah kejadian kemarin aku baru menyadari, jika kamu bukanlah gadis kecilku lagi. Kamu sudah menjadi gadis remaja yang kemungkinan bakalan menjadi gadis dewasa. Sudah jangan di lanjutkan kembali, yang terpenting hari ini aku akan mengantarkan kamu.” William berdiri dengan tangan kanan menepuk bahu Arista.
William melangkahkan kedua kakinya berjalan meninggalkan kamar Arista, “Cepat susun barang yang perlu kamu bawa, jangan lupa jaket saat musim dingin. Aku akan menunggu kamu di dalam mobil.” Ucap William tanpa menoleh sama sekali dengan tangan yang menutup pintu kamar Arista.
Arista berdiri dengan tangan yang memegang koper serta barang lain miliknya. Arista menarik nafas panjang, “Selamat tinggal kamarku yang nyaman. Setelah aku cukup mampu mengendalikan kekuatan milikku aku akan kembali dan menjaga Paman.” Gumamnya sendiri dengan kedua mata terpejam tapi air mata menetes jatuh membasahi lantai yang di lewati Arista.
...Di dalam perjalanan....
...🏞...
Sepanjang perjalanan menuju sekolah “There Never Was”, William dan Arista hanya diam satu sama lain. William hanya fokus mengendari mobilnya, sedangkan Arista menyandarkan tubuhnya di badan kursi mobil dengan wajah yang menolehkan ke arah luar memandang setiap perjalanan yang telah di lewati mereka.
Sesekali William menolehkan wajahnya memandang wajah Arista yang masih terus melamun.
“Kenapa kamu terus melamun seperti itu! apa kamu tidak ingin bersekolah.” Tanya William membuyarkan lamunan Arista.
Arista menolehkan wajahnya, “Apa Paman akan setia menunggu kepulanganku kembali.” Tanya spontan yang tak pernah terpikirkan oleh siapa pun.
Nyiiitt!
William meminggirkan mobilnya sambil mengerem mendadak.
William menelan ludah, dengan wajah yang terlihat bingung bertanya kepada Arista yang sedang menatapnya dengan wajah yang sangat imut.
“Belum pernah terpikirkan bagiku untuk menikah dan kamu kenapa bisa bertanya seperti itu. Apa aku terlihat tua di matamu sehingga kamu tiba-tiba bertanya tentang pernikahan.” Teriak William dengan pipi yang memerah.
Arista mendekatkan wajahnya, “Tidak. Paman cukup tampan untuk di perebutkan, selagi aku tidak berada di samping Paman. Paman jangan coba-coba merayu wanita lain atau berbuat lebih.” Ucap Arista dengan suara datar.
Tak!
William menyelentik dahi Arista, “Emang kamu siapaku, berani sekali kamu mengekang kebebasanku. Aku pria dewasa jadi terserah aku ingin melakukan apa pun di luar sana dengan wanita lain. Aku juga akan bersenang-senang saat kamu bersekolah nanti, sebab tidak akan ada yang mengganggu aku lagi.” Ucap William dengan nada tinggi.
Arista melipat kedua tangannya dan di letakkan di atas dada miliknya, “Baiklah. Jika Paman melakukan hal layaknya orang dewasa, aku akan mencari pacar yang tampan mengajaknya berkencan sepuas hatiku.” Ucap Arista dengan wajah yang terlihat bangga.
William mencubit kedua pipi Arista, “Kamu tidak boleh seperti itu, kamu masih bocah tengik yang berada di dalam kendaliku. Jika kamu melakukan perbuatan seperti itu, habislah kamu aku buat. Sekarang kamu itu harus bersekolah bukan mikirin pria tampan.” Ucap William dengan wajah yang terlihat gemas mencubit pipi Arista.
...2 jam kemudian....
Arista sedang mengelus kedua pipinya yang terlihat memerah, “Aduh. Bisa rusak wajah mulusku jika Paman terus berbuat seperti ini.”
William yang sedang menyetir tersenyum bangga, “Puas aku sangat puas.” Sahut William sambil melajukan mobilnya dengan sangat kencang.
William terus melajukan mobilnya melewati hutan belantara, menyebrangi sungai dengan kapal, kembali lagi melewati jalan yang penuh hutan belantara.
Selama 2 hari perjalanan mereka tempuh, hingga di ujung hutan terdapat sebuah lorong yang sangat gelap. Hanya orang tertentu yang bisa melihat, jika di lorong tersebut terdapat sebuah portal yang menembus dunia lain selain dunia manusia.
Dengan mobil yang berjalan pelan ke arah lorong, William menatap Arista yang sedang tertidur lelap. “Setelah aku mengantarkan kamu, mungkin akan sulit untuk bertemu dengan kamu hingga kamu selesai mengetahui jati diri kamu di sini.” Gumam William dengan pelan dengan kaki yang menginjak gas dan melajukan mobilnya masuk ke dalam portal tersebut.
Hanya butuh waktu 5 menit, William dan Arista sudah sampai di dalam portal tersebut. Terlihat jelas sekolah “There Never Was” yang berada di ujung jurang yang sisi kanan kirinya terdapat pantai dengan ombak yang sangat besar, sekolah yang sangat besar dan sedikit menyeramkan dengan burung gagak yang terus berterbangan di atas atap sekolah.
William melajukan mobilnya dengan kecepatan standar, hingga mereka memasuki lingkungan sekolah tersebut. William menghentikan mobilnya di halaman sekolah.
“Arista kita sudah sampai.” Ucap William menggoyangkan sedikit tubuh Arista yang sedang tertidur.
Arista membuka kedua matanya, “Dimana ini Paman? Kenapa sangat mengerikan, auranya seperti banyak Monster dan klan lain yang tinggal di sini.” Ucap Arista sambil menolehkan wajahnya menatap wajah William.
William membuka pintu mobilnya, “Sudah jangan banyak omong kosong, cepat kamu keluar.” Sahut William sambil menapakkan kakinya di atas tanah.
Saat William keluar dari mobil, William di kagetkan oleh wanita berusia 30 tahun dengan baju yang sedikit terbuka di bagian dadanya.
“Selamat datang tuan William.” Sambut wanita yang memiliki ukuran dada yang tidak terlampauin.
Arista yang masih di dalam mobil mengerutkan dahi, “Wanita gatal.” Arista langsung cepat keluar dari mobil dan berlari menghadang wanita yang berada di hadapan William dengan kedua tangan yang dikembangkan lebar.
“Kenapa kamu tahu nama Pamanku, apa kamu ingin menggodanya dengan kedua gunung kenyal yang terus bergoyang setiap kali kamu bergerak.” Ketus Arista dengan tatapan seperti tidak senang.
William menepuk dahinya, “Mulai lagi.” Gumam William pelan dengan wajah yang memerah.
William memegang bahu Arista, “Arista…” panggil William.
Arista menepis tangan William, “Paman tenang saja, aku akan melindungi Paman dari wanita ini.”
Wanita tersebut menundukkan sedikit tubuhnya menatap wajah Arista, “Gadis yang sangat imut.” Dengan tangan yang membelai pipi Arista, “Kamu adalah Vampir kecil milik tuan William bukan.”
Arista menepis tangan wanita tersebut, “Kenapa kamu bisa tahu.” Tanya Arista dengan wajah yang terlihat tidak senang.
Wanita tersebut berbalik badan, “Aku sangat mengenal Paman kamu, apa lagi Paman kamu tetap terlihat awet muda dan sangat tampan. Bukan itu saja, dia sangat kuat dan tangguh dengan tubuh kekar miliknya semua wanita pasti mengenalnya.” Sahut wanita tersebut dengan kedua tangan yang di lipat dan di letakkan di dada yang berukuran luar biasa.
Arista menatap tajam wajah William, “Kenapa Paman tidak menceritakannya bahwa wanita yang memiliki 2 gunung besar ini ternyata mengenal Paman.” Dengan suara yang terlihat menyeramkan.
William hanya menggaruk kepala bagian belakangnya, “Sudah. Kamu tidak perlu tahu terlalu dalam, karena belum saatnya.” Dengan bibir yang menyengir.
...Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Mom FA
mampirr lagi🥰
2022-02-21
0
Ana Yulia
likeee 👍❤️
2022-01-17
0