Part 04
______
William berbalik badan, “Kalau begitu kalian bisa memulai pertarungan ini.” Dengan kedua kaki yang berjalan meninggalkan lapangan tempat latihan pedang.
Arista memasang kuda-kuda dengan kedua kaki yang terbuka lebar sejajar dengan bahunya, “Tunggu apa lagi Rossa.” Ucapnya seperti nada yang menantang.
Rossa berjalan santai sambil menyeret pedang miliknya.
Srreeekkk!
Jejak ujung pedang berbekas di tanah.
Langkah kaki Rossa terhenti tepat di depan Arista. Rossa mengangkat pedangnya dengan tangan kanan mengarah ke arah wajah Arista, “Mari kita mulai permainan ini gadis kecil.” Dengan tatapan yang sangat mengerikan.
Arista mengangkat pedangnya menepis pedang Rossa yang mengarah ke arahnya, “Baiklah.” ucap Arista seperti menerima tantangan dari Rossa.
Ting!
Ting!
Ting!
Terdengar suara pedang yang menyatu dan saling sahut menyahut.
Kaki Arista yang maju mundur menahan kilatan demi kilatan pedang yang mengarah kepadanya.
Rossa terus menerjang tanpa ampun ke arah Arista yang baru itu berlatih pedang dengan sungguh-sungguh. Pertarungan itu berlangsung hingga 1 jam lamanya.
Arista terus berusaha membuktikan kepada Rossa jika ia mampu berlatih pedang dengan waktu yang tidak lama.
Wajah Arista dan Rossa di penuhi dengan keringat yang mengalir. Rossa dan Arista berhenti dengan jarak kurang lebih 2 meter dengan nafas yang memburu satu sama lain.
Arista yang terlihat sangat bersemangat walau nafas terlihat begitu lelah mengulurkan pedangnya lurus ke Rossa, “Apa kamu masih ingin melanjutkan ini Rossa.” Ucap Arista seperti menantang.
Rossa yang sedang berdiri dengan tangan kiri yang di topang di atas pinggang sedangkan tangan kanan memegang pedang yang tertancap di atas tanah.
“Gadis kecil, ucapan kamu kenapa sombong sekali. Apa kamu tahu lawan kamu ini siapa?” sahut Rossa dengan nada yang terputus-putus dan terlihat lelah.
Arista berlari dengan kedua tangan yang memegang gagang pedang yang berukir 'kan sebuah simbol yang sangat unik.
“Hiaaaakkkhhh!” teriak Arista dengan kedua mata yang sedang terbakar api amarah berlari ke arah Rossa.
Dengan sigap William berlari ketengah lapangan menghadang Arista dengan pedangnya. “Cukup.” Ucap William dengan kedua mata yang menatap tajam Arista.
Arista melepaskan pedang dari kedua tangannya, “Paman.”
William membungkukkan sedikit tubuhnya dan mengambil pedang Arista yang terjatuh di atas tanah, “Latihan hari ini sudah cukup, kalian tidak perlu lagi bertaruh seperti ini.” Sahut William dengan wajah yang menatap ke arah Rossa.
Rossa berjalan mendekati William, “Kalau begitu kita tidak akan pernah tahu siapa pemenangnya. Atau lain kali aku akan berkunjung dan melanjutkan pertarungan ini.”
“Pulanglah. Nanti malam aku akan menjemput kamu, ada hal yang ingin aku tanyakan kepada kamu.” ucap William terdengar tegas berkata kepada Rossa.
Ekspresi wajah Arista berubah menjadi cemberut, “Aku ikut Paman.” Dengan tangan yang mencoba meraih tangan William namun tidak terjangkau karena William berjalan jauh darinya.
Rossa mendekati Arista, “Pertarungan kita belum selesai anak gadis yang imut.” Dengan tangan yang memegang dagu Arista.
Arsita menghapus jejak tangan Rossa yang menyentuh kulit dagu miliknya, “Siapa takut gumam Arista menatap tajam wajah Rossa.
Rossa tersenyum melambaikan tangannya ke arah William, “Sampai jumpa nanti malam manusia tertampan yang cukup kuat dan hebat di Dunia ini.” Rossa melangkahkan kedua kakinya pergi dari tempat latihan milik William.
Melihat Rossa yang sudah keluar dari tempat latihan pedang, Arista berjalan cepat dan berhenti di hadapan William dengan kedua tangan seperti menghadang.
“Paman tidak boleh pergi bersamanya, jika Paman pergi berarti Paman harus mengajak Arista ikut bersama Paman.” Ucap Arista dengan tatapan yang seperti tidak senang.
William memegang tangan Arista, “Ini urusan orang dewasa kenapa kamu harus terus mengikuti Paman.” William membelokkan langkah kakinya berjalan meninggalkan Arista yang masih berdiri.
Arista memeluk William dari belakang, “Pokoknya Arista harus ikut, kalau tidak Arista akan pergi dari rumah ini.” Ucap nya dengan pandangan yang tertunduk.
William menolehkan wajahnya sedikit menatap Arista yang sedang memeluknya erat dari belakang, “Perkataan itu sering aku dengar, kalau mau pergi. Kamu pergi saja tidak perlu terus berkata seperti itu, tapi jika terjadi hal buruk di luar sana jangan harap aku akan menolong kamu.” William melepaskan kedua tangan Arista yang sedang menggenggam erat tubuhnya.
William berjalan cepat tanpa menoleh ke Arista yang sedang berdiri dengan kedua mata yang mulai basah.
Arista menggigit bibir bawahnya.
Paman jahat.
Awas kamu Rossa, aku tidak akan membiarkan kalian pergi berdua.
Aku tidak akan membiarkan kamu pergi berkencan dengan Paman.
Paman hanya milikku.
Gumam Arista di dalam hati dengan senyum yang terlihat licik.
...Pukul 07:00 malam....
...✨✨...
William berjalan keluar dengan tubuh yang berselimut jaket panjang.
William terus berjalan menuju mobil yang sedang terparkir di depan halaman rumah miliknya. William menghidupkan mesin mobil dengan tangan yang cepat memutar arah stir kemudi keluar dari halaman rumahnya.
William terus melajukan kendaraannya dengan cepat, sampai di sebuah simpang mobil William tiba-tiba terhenti.
William menatap ke arah kaca bagian tengah mobilnya melihat sedikit baju yang di kenakan Arista, “Dinda Arista.” Ucapnya dengan tatapan yang suram.
Arista keluar di balik bangku paling belakang dengan senyum yang merekah, “Paman.” Ucapnya dengan wajah yang menggemaskan.
William menolehkan wajahnya, “Kamu pikir aku tidak tahu, jika ingin bersembunyi dan menjadi penguntit. Kamu harus pandai tidak perlu menampakkan sedikit baju yang kamu pakai. Sekarang kamu pindah ke depan.” Tegas William menatap tajam Arista.
Arista menyengir, “Baik Paman.” ia melompat dan duduk di samping William.
Baru selesai memakai sabuk pengaman, William tancap gas melajukan mobilnya sangat kencang.
Arista memegang pegangan yang terletak di atas bagian pintu mobil dengan wajah yang sedikit memucat.
Apa tidak bisa mengendarai dengan pelan.
Meski sekali ia melajukan mobil ini dengan sangat kencang.
Sepertinya aku sudah tidak tahan lagi dan ingin muntah.
Batin Arista dengan tangan yang memegang mulutnya.
Melihat wajah Arista yang mulai memucat, William memberhentikan mobilnya menatap ke arah Arista. “Kita sudah sampai, jika kamu ingin mual dan ingin muntah pergilah.” William membuka pintu mobil.
Dengan cepat Arista keluar dari mobil dan muntah. Sedangkan William yang sudah keluar dari mobil, berjalan menuju sebuah rumah yang terlihat kuno namun masih bagus di pandang.
Dari depan rumah terlihat seorang wanita yang sedang memakai gaun yang begitu sangat ketat dengan wajah tersenyum memandang ke datangan William yang sedang berjalan lurus ke arah wanita tersebut.
William memberhentikan langkah kakinya di hadapan wanita tersebut, “Maaf telah membuat kamu menunggu aku terlalu lama Rossa.” William mengulurkan tangannya.
Dengan wajah yang terlihat sangat bahagia Rossa menatap wajah William.
Kenapa sikapnya sangat manis kalau sedang berdua denganku.
Aku tidak boleh melewatkan momen seperti ini.
Batin Rossa menyambut tangan William.
Entah dari mana datangnya tiba-tiba Arista menarik tangan William, “Tidak boleh.” Arista menunjuk ke arah Rossa, “Kamu tidak boleh menyentuh Pamanku dengan tangan kamu itu.” Arista menyembunyikan tubuh tinggi dan tegap William di balik tubuh mungilnya.
William menggeser pelan tubuh Arista, “Jangan ikut campur urusan orang dewasa, atau kamu pulang sendiri ke rumah.” William berdiri di depan Arista dengan tangan yang mengulur ke Rossa.
Rossa menyambut tangan William, “Tidak apa-apa, Arista ini sangat menggemaskan.” Dengan wajah yang tangan kiri yang menyikut tangan Arista.
“Paman. Dia bukan wanita yang lemah lembut, apa kamu tidak lihat jika dia telah menyikut tanganku tadi.” Ucap Arista memberitahu William.
William tak menghiraukan ucapan Arista, ia menggandeng tangan Rossa menuju mobil yang terparkir di depan rumah Rossa.
Arista menghentakkan kakinya, “Paman jahat! Paman jahat.” Gumamnya pelan dengan wajah yang sangat kesal.
“Apa kamu masih ingin tinggal disini, jika kamu tidak mau ikut kami. Kamu tunggu saja aku di rumah Rossa, tapi kamu jangan nakal dan jangan pergi ke mana-mana. Kalau kamu hilang aku tidak akan mencarimu.” Teriak William dari dalam mobil dengan kaca yang setengah terbuka.
Arista menghentakkan kakinya dengan wajah yang kesal berjalan mendekati mobil William. Arista berdiri di samping tempat William sedang duduk, “Aku tidak mau duduk di belakang, aku maunya duduk di samping Paman.” Dengan wajah yang sedikit memelas.
William mengalihkan pandangannya dengan tangan yang menghidupkan mesin mobil, “Jika tidak mau, kamu tidak perlu ikut dengan kami.” Terdengar tegas dari bibir William.
Dengan wajah yang di tekuk, Arista berjalan cepat dan membuka pintu mobil yang di belakang.
Blllaammm!
Terdengar suara tutup pintu yang sangat kuat dari Arista.
Rossa menolehkan wajahnya, “Anak gadis dengan wajah yang cantik tidak boleh menekuk wajahnya seperti itu.” ucap Rossa dengan senyum yang manis.
Arista menekuk wajahnya menatap wajah Rossa, “Diam.” Dengan kedua tangan yang di lipat dan di letakkan di dada.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
~~N..M~~~
semangat buat kamu
2022-12-13
0
pat_pat
triple like ❤️
2022-01-10
0
Pe_na
semangat kk... di tunggu updatenya 😘😘😘😘😘🤣
2022-01-09
2