TITISAN
"Loh Mas, kok balik lagi?!" Tanya Karmila mengerutkan keningnya dalam-dalam.
Karmila menatap suaminya melalui cermin violet didepannya penuh keheranan. Aryo tidak menjawab, justru ia langsung memeluk istrinya itu dari belakang. Karmila merasakan suara dengus nafas Aryo begitu santer terdengar jelas ditelinganya dengan perasaan janggal.
"Ini sudah jam tujuh lewat loh Mas, nanti terlambat masuk kantor..." bisik Karmila.
Aryo tetap diam seribu bahasa sambil terus melakukan sentuhan-sentuhannya yang tidak biasa. Karmila sempat kepikiran kalau suaminya berlaku aneh, namun Karmila yang masih handukkan baru saja selesai mandi hanya pasrah saja.
Sebagai pengantin baru hasrat bercintanya sedang menggebu-gebu, Karmila pun jadi ikut terhanyut hingga ia pun hanya diam membiarkan saja saat Aryo menunjukkan tanda-tanda hasratnya.
"Ting tong..."
"Ting tong..."
"Ting tong..."
Karmila terlonjak seketika dari berbaringnya di kursi tamu saking terkejutnya oleh suara bel rumah. Lamunan bayang-bayang peristiwa terkutuk yang terjadi malam kedua ia menempati rumah itu buyar dan lenyap seketika. Bergegas Ia segera beranjak menuju pintu untuk membukanya.
"Assalamualaikum... Permisi..." ucap suara laki-laki diluar pintu.
Ting tong...
Ting tong...
"Waalaikumsalaaam..." sahut Karmila sambil membuka pintu.
"Eh, Pak RT. Silahkan duduk Pak," Karmila mempersilahkan Pak RT duduk di kursi teras.
Tentu saja Karmila mengajaknya duduk di kursi teras depan dan tidak diajak masuk ke ruang tamu. Karena di rumah hanya dia sendirian dan dalam keadaan sepi dan itu sangat beresiko bagi seorang wanita yang sendirian didalam rumah.
Bukan hanya beresiko mendatangkan kejahatan namun juga beresiko mengundang fitnah jika berada didalam rumah hanya berduaan dengan seorang lelaki yang bukan suaminya. Sedangkan Aryo, suaminya dua jam lagi baru pulang dari kantornya.
"Maaf mengganggu bu, ini... e, anu.." ucap pak RT.
Pak RT terlihat kikuk dan gerogi ďitatap Karmila. Padahal Karmila menatapnya hanya tatapan biasa sebagai orang yang menghargai lawan bicaranya. Wajah Karmila memang cantik, berkulit putih, ya mirip-mirip dikit sama wajah Jun Ji Hyun. Itu tuh artis Korea yang melejit namanya di debutnya dalam film My Sassy Girl.
"Apa Pak RT, kok susah sekali ngomongnya?" ucap Karmila membetulkan posisi duduknya dan rok panjangnya.
Pesona Karmila seperti menghipnotis pandangan Pak RT yang matanya terlihat nyalang tak berkedip dalam lirikannya. Buaya darat juga nih Pak RT, mentang-mentang Karmila warga baru ada saja alasannya agar bisa menemui dan memandang Karmila.
Padahal kalau disandingkan dengan suami Karmila, jelas saja tidak ada apa-apanya dari sisi mana pun. Kegantengannya jauuuuuh banget apalagi dari sisi kekayaannya, jadi seberapa pun hebatnya trik-trik gombalan mata keranjang Pak RT, dipastikan Karmila nggak akan tergoda sedikit pun. Terkecuali, mungkin dengan bantuan pelet, pengasihan, guna-guna atau apalah semacamnya.
Seharusnya Pak RT ngaca dulu sebelum menuruti naluri buaya daratnya. Tetapi dasar matanya sudah penuh dengan keranjang, eh mata keranjang tidak ada ukur-mengukur dulu kondisi dirinya. Ya, mungkin dikiranya Karmila seorang wanita gampangan tergoda.
"A... anu bu Aryo. Cuma mau ngabarin aja tentang surat-surat rumah dan tanah ini baru selesai minggu depan," kata Pak RT memberanikan diri menatap wajah cantik Karmila.
"Oh, ya sudah nggak apa-apa Pak RT. Repot-repot kesini hanya mau ngabarin itu," ujar Karmila menyunggingkan bibirnya.
Jantung Pak RT kontan berdegub kencang melihat Karmila melempar senyum yang menurutnya sangat manis. Pikiran kotornya melayang jauh langsung saja bermain-main di kepalanya.
"O, iya bu satu lagi. Selama tiga hari ini apa ibu tidak menemukan hal-hal aneh di rumah ini?" Tanya Pak RT dengan wajah dicemas-cemaskan.
"Maksud Pak RT?" Kening Karmila mengerut heran penuh tanda tanya.
"Oh, nggak. Nggak apa-apa bu, ya sudah kalau begitu saya permisi bu. Nanti kalau surat-suratnya sudah jadi saya akan antar kesini." ucap pak RT kemudian berdiri dari duduknya.
"Iya, iya Pak RT. Terima kasih banyak loh sudah repot-repot datang kesini," ujar Karmila.
Karmila menyambut uluran jabat tangan Pak RT dengan senyum tipis namun cukup membuat hati Pak RT kelepek-klepek. Wajah tuanya terlihat sumringah dengan segala ke-Ge-Er-annya serasa disenyumin artis Korea.
Rumah yang ditempati Aryo dan Karmila baru selesai di renovasi sejak seminggu yang lalu. Namun pasangan pengantin baru itu resmi pindah dan menempatinya baru tiga hari dengan hari ini.
Awalnya, Aryo tertarik membeli rumah yang berdiri megah diatas tanah seluas 120 hingga 150 meter persegi itu karena menurutnya harganya sangat murah. Rumah itu dibelinya satu bulan sebelum pernikahan dengan Karmila.
"Pak Aryo ada rumah lumayan gede dengan pekarangan luas yang dijual dengan harga murah," kata Juki, supir pribadi Aryo.
"Gede dan luasnya seberapa Juk?" Tanya Aryo antusias.
"Mmm, kalau nggak salah luasnya sekitar 150 meter persegi, Pak. Bangunan rumahnya juga lumayan gede Pak, berdimensi 13,5 x 4 meter." terang Juki menoleh lalu kembali fokus ke jalanan.
"Luas juga ya, dijual berapa katanya?" Tanya Aryo kian tertarik.
"Kata teman saya sih dijual hanya dua ratus juta Pak," jawab Juki.
"Dua ratus juta???" Aryo kaget tak percaya.
"Iya pak, kenapa bapak kaget begitu? tanya Juki keheranan melhat reaksi Aryo.
"Soalnya itu murah banget Juk," ujar Aryo mengelus-elus dagunya.
Bagi Aryo sangat tahu betul soal harga tanah dan bangunan. Karena ia sudah sering membeli tanah maupun bangunan untuk kepentingan perusahaannya. Tanah seluas 150 meter persegi plus dengan bangunan rumah bertype 54 pada umumnya berkisar hingga Rp 1 miliyaran lebih.
"Sebentar, sebentar Juk. Itu di daerah mana dijual semurah itu? Tanya Aryo.
"Di dekat simpang lima jalan Hartoyo itu tuh Pak," jawab Juki.
"Mmm.. Simpang lima.. simpang lima.." gumam Aryo mengingat-ingat lokasi jalan itu.
Ingatan Aryo langsung melambung tertuju pada deretan rumah-rumah yang sering ia lewati saat pulang pergi ke kantornya.
"Apakah rumah yang pagarnya tinggi itu Juk, yang sering kita berhenti didepannya pas di lampu merah itu?" kata Aryo.
"Nah, benar Pak. Ya, itu rumahnya." timpal Juki.
"Perasaan rumah itu nggak ada yang menempatinya Juk. Kalau kita pulang malam lewat tuh saya sering melihat rumah itu selalu gelap," ujar Aryo.
"Emang nggak ditempati lagi Pak, sudah lumayan lama. Kata teman saya sih, katanya orangnya pindah ke Jakarta." Ujar Juki.
Siapapun yang kantongnya tebal akan langsung 'deal' saja ketika ada yang menawarkannya. Melihat luasnya tanah dan bangunan rumah bertype 54 dengan dimensi 13,5 x 4 meter, pastilah sangat berani sekali.
......................
Esok harinya Aryo langsung menyurvei rumah yang ditawarkan Juki kemarin. Dengan diantar Juki, sopir pribadinya menemui Pak RT yang dititipin oleh pemiliknya sekaligus sebagai perantaranya.
Sebelumnya Juki sudah menghubungi pak RT itu mengabarkan akan melihat-lihat rumah yang ditawarkan.
Mobil Pajero putih yang dikemudikan Juki berhenti tepat didepan pagar rumah yang dituju. Didepan gerbang pak RT nampak berdiri sudah menunggu kedatangan Juki dan bossnya sesuai dengan waktu yang dijanjikan.
Juki dan Aryo turun dari mobilnya lalu Juki menyalami pak RT sekaligus mengenalkan Aryo yang berminat membelinya. Kemudian pak RT membukakan pintu gerbangnya mempersilahkan Aryo dan Juki masuk.
Pertama kali melangkahkan kakinya melewati pagar besi setinggi 2 meter yang berdiri kokoh itu, Juki merasakan merinding disekujur tubuhnya.
Dia merasakan ada hawa lembab yang begitu kental yang menandakan kalau tempat itu memiliki aura negatif. Aura yang menandakan adanya mahluk gaib disekitar rumah itu.
Sebagai seorang sopir tentunya Juki sudah membekali diri dengan ilmu kebatinan untuk berjaga-jaga dirinya dari kemungkinan orang-orang jahat sekaligus bertanggung jawab melindungi bossnya.
Aryo dan Juki menghentikan langkahnya dibelakang pintu gerbang yang dibuka sedikit hingga harus masuk satu persatu.
Aryo memandangi bangunan rumah bergaya modern itu dengan manggut-manggut. Lain halnya dengan Juki, dia merasakan bulu disekujur tubuhnya meremang. Tubuhnya merasakan seperti ada tekanan kuat yang menghalanginya meneruskan melangkah.
Pada saat dirinya dan Aryo memasuki halaman rumah itu Juki merasakan energi yang kuat datang dari rumah itu, namun energi itu terasa kontra dirasakan.
Adanya benturan energi itu cukup bagi Juki untuk menyimpulkan kalau rumah itu sudah di huni oleh mahluk gaib.
"Pak, ini hawanya horor sekali. Sepertinya sudah ditempati mahluk halus," bisik Juki kepada Aryo.
Sayangnya Aryo tidak mengindahkan peringatan Juki. Sebagai seorang bisnisman, ia tidak begitu percaya dengan hal-hal yang berbau mahluk gaib.
Pikiran untung-ruginya lebih mendominasi kalau rumah ini harus dimilikinya karena sangat murah. Jika pun dijual kembali akan untung besar, ya paling kecilnya dapat keuntungan setengah miliyar, begitu pikir Aryo.
Soal mahluk halus, hal-hal semacam itu tidak akan pernah terlintas sedikit pun didalam benak Aryo dan jangan harap menjadi penghalang untuk tidak membelinya.
Ia pikir kalau memang ada mahluk halus, pasti mereka akan menyingkir dengan sendirinya begitu ditempati.
"Sepertinya mahluk gaib yang ada di rumah ini memiliki kekuatan besar," gumam Juki dalam hati kemudian mengedarkan pandangannya.
Juki sudah berpengalaman soal kebatinan. Di kampungnya ia sering diminta tolong kalau ada tetangganya yang kesurupan bahkan warga mengenalnya sebagai paranormal. Padahal Juki sendiri tidak pernah suka jika dirinya sebut paranormal.
"Pak Aryo yakin mau membeli rumah ini?!" Juki berbisik dengan intonasi ditekan.
"Iya Juk. Kapan lagi punya rumah sebesar ini dengan tanah seluas ini. Rumah ini akan saya hadiahkan untuk Karmila setelah menikah nanti." Ujar Aryo tanpa memalingkan wajahnya dari rumah megah itu.
"Tapi Pak..." ucapan Juki langsung dipotong oleh pak RT.
"Gimana Pak Aryo, tertarik membelinya?" sela pak RT.
Pak RT memotong bisikkan Juki yang sedikit terdengar olehnya. Dalam hatinya itu bisa jadi akan menggagalkan niat pembelinya. Komisi puluhan juta sudah terbayang dipelupuk mata Pak RT, andai Aryo benar-benar jadi membeli rumah itu. Makanya ketika mendengar bisikkan Juki yang memperingatkan Aryo, langsung saja ia menyergahnya.
"Silahkan masuk Pak Aryo melihat-lihat dalamnya," ucap Pak RT semakin meyakinkan minat belinya Aryo.
Kreteeeeeekkk...
Suara derit pintu yang dibuka oleh Pak RT menandakan kalau rumah itu sudah lama tidak ditinggali. Dan bagi Juki suara deritan pintu itu seperti irama yang dimainkan oleh mahluk gaib yang menghuninya. Juki sangat yakin sekali kalau rumah itu sudah menjadi rumah bagi mahkuk halus yang memiliki energi berkekuatan besar.
......................
LANUUT....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
liani purnapasary
hdr thor,maaf bru nemu novel mu yg ini
2023-10-11
0
fifid dwi ariani
trussabar
2023-04-10
0
mochamad ribut
up up ⚡🔨
2022-12-28
0