5 tahun kemudian,
Seorang pemuda tampan dengan kemeja kotak -kotak lengan panjang digulung sedikit sebatas pergelangan tangannya terlihat sedang duduk sendirian di bangku taman kampus Universitas Ternama di kota Bandung yang sangat rindang dan sejuk. Wajahnya fokus membaca buku yang terbuka dikedua tangannya.
Dia tampak asyik sekali membaca buku hingga tidak menghiraukan hiruk pikuk mahasiswa-mahasiswa yang berlalu lalang disekitarnya. Hangatnya sinar matahari jam 10 pagi terhalang oleh rindangnya pohon Akasia yang berdiri kokoh dihalaman taman kampus. Konon katanya usia pohon Akasia itu sudah ratuasan tahun.
"Hai Guntur..."
Seorang gadis cantik berkulit kuning langsat dengan rambut panjang sepunggung tergerai datang menyapa pemuda itu dengan senyum manisnya mengembang di bibir mungilnya.
Pemuda yang dipanggil Guntur itu mendongak santai melihat sumber suara yang menghampirinya.
"Hai Tiara..." Pemuda itu membalas sapaan Tiara dengan santai.
"Aku cari-cari ternyata ada disini Gun," ujar Tiara pura-pura cemberut.
"Ada apa sih sampe dicari-cari segala, Ra..." Guntur menutup bukunya lalu dipegangnya ďiatas pahanya.
"Kamu ada jam kuliah nggak siang ini Gun?" Tanya Tiara merajuk.
"Kebetulan hari ini jam kuliah cuma tadi pagi aja Ra. Tadinya sih mau langsung pulang cuma kebetulan nemu buku ini di perpus pas dibaca-baca jadinya keterusan duduk disini, hehehe..."
"Anter aku yuk.." ajak Tiara memelas.
"Kemana?"
"Nyari alamat ini..."
Tiara menunjukkan pesan WA di hapenya tanpa ragu kepada Guntur. Guntur pun membacanya dengan mengeraskan suaranya, "Jalan Ir. H. Juanda nomor..... Oh ini Dago atas Ra,"
Usai membacanya Guntur tiba-tiba memandangi Tiara dari rambut hingga ujung sepatunya penuh selidik dengan mata sedikit menyipit dan dahi mengernyit. Gadis secantik dan semolek Tiara dengan kulit kuning langsat mencari alamat? Pikiran Guntur seketika dipenuhi tanda tanya dengan negatif thinking memenuhi isi kepalanya.
"Apa sih Gun, kaya orang curiga gitu?"
Tiara merasa jengah dipandangi Guntur nampak menyelidik sedemikan rupa.
"Ti... tttiiaara, ka..mu...?" Guntur terbata-bata hendak mengungkapkan prasangka jeleknya.
"Husssttt! Sembarangan aja, jangan mikir macam-macam Gun. Ayo ah, nanti keburu panas nih..."
Tiara seperti tahu isi kepala kotor yang di tuduhkan Guntur atas dirinya. Guntur pikir dirinya seperti Leny, Widya, Kumala, dan entah siapa lagi yang bangga memiliki banderol ayam kampus tanpa rasa malu.
"Ups! Maaf..." ucap Guntur menutup mulutnya dengan tangannya.
Tiara nampak tidak sabaran, ia langsung meraih tangan Guntur yang digunakan menutup mulutnya. Guntur hampir saja jatuh tersungkur oleh tarikan Tiara tapi beruntung kakinya reflek menahan tubuh atletisnya dan hanya buku yang barusan dibacanya saja yang terjatuh sedikit kotor.
"Aduh...!" Seru Guntur.
Guntur segera berjongkok memungut bukunya tetapi bukunya terlepas kembali oleh sepatu kets yang sengaja menginjaknya tiba-tiba. Guntur terperangah kaget sambil mendongakkan kepalanya.
"Oh, kamu coba-coba merebut ceweku ya?!" Ucap pemilik sepatu Kets.
"A.. aku..." Guntur terlihat masih kaget dengan injakkan sepatu ditambah lagi dengan tuduhan dari seniornya itu.
"David, apa-apaan sih!" Sergah Tiara menjauhkan David dari Guntur.
Tiara langsung melangkah ketengah menjadi pemisah antara Guntur dan David. Guntur kemudian dapat menguasai keterkejutannya, lalu dengan santai ia memungut kembali buku yang sempat tertahan oleh injakkan sepatu David dan dimasukkannya kedalam tas kuliahnya.
"Awas lu ya, sekali lagi dekat-dekat dengan cewek gue, gue habisin lu!" Seru David sembari menuding-nuding Guntur.
Guntur nampak tenang-tenang saja tidak terprovokasi oleh gertakan David. Bahkan Guntur lebih cenderung tidak meladeninya, ia hendak melangkah pergi meninggalkan tempat itu serta Tiara dan David.
"Gun, jadi kan kita pergi?" Sergah Tiara berusaha menahan langkah Guntur.
"O, jadi lu mau ngajak Tiara pergi?!" Emosi David terpancing memuncak oleh ucapan Tiara yang menganggap kalau Guntur yang mengajaknya.
"David, saya yang mengajak Guntur untuk nganterin. Terus apa urusanmu?!" Sergah Tiara.
"Lu, cewek gue Ra. Siapapun nggak ada yang boleh jalan sama elu!" Kata David geram menatap Guntur.
"Apa? Aku Cewek lu?! Kapan kita jadian David, kapan? Hahaha.. lu nggak tau malu ya!"
Cibiran Tiara membuat muka David merah padam seperti ditampar pakai sandal. Apalagi dilakukan didepan orang lain seperti Guntur yang sudah terlanjur dengan percaya dirinya mengaku-aku pacarnya Tiara.
"Ayo Gun, jangan ladenin orang sinting!"
Tiara meraih tangan Guntur yang sudah berdiri bersiap meninggalkan tempat itu. Guntur menurut saja tanpa mengelak ketika lengannya direngkuh Tiara.
"Kurang Ajar, kau Guntur!" teriak David merangsak.
David bergerak melayangkan tinjunya ke muka Guntur yang tak terhalang lagi oleh badan Tiara. Tiara spontan menjerit, tetapi Guntur tidak berusaha mengelak sama sekali, ia menatap lurus dan tetap meneruskan langkahnya.
Namun Tiara terkesiap, dalam kejapan mata Tiara melihat dengan jelas, tangan David melayang ke muka Guntur sehingga ia reflek segera menutup matanya tidak tega.
Buukkkk...!
"Aaaaakhhh...!"
"Guntuuuur..!" Teriak Tiara.
Tiara mengira suara pukukan dan tubuh jatuh itu berasal dari tubuh Guntur yang mendapat pukulan David di mukanya. Namun saat membuka matanya, Tiara terkejut bukan main ternyata suara jatuh itu adalah tubuh David.
Wajah David tersungkur di rumput taman dengan raut tercengang bingung bercampur malu ditatap Tiara sedemikian rupa. David merasa ada yang janggal, jelas-jelas dirinya sangat yakin pukulannya menghantam telak muka Guntur. Tetapi kenapa kepalan tangannya justru berbalik meninju mukanya sendiri?
"Kamu nggak apa-apa Gun?" tanya Tiara Khawatir.
Tiara pun tau kalau Guntur tidak melakukan apa-apa, jangankan untuk membalas pukulan David menghindar pun tidak. Bahkan Guntur masih berdiri seperti semula, tanggannya pun masih dalam cekalan Tiara yang tadi mengajaknya pergi.
"Ayo Gun, pergi dari sini jangan ladenin orang stres itu..." Ujar Tiara menarik tabgan Guntur.
Guntur tidak berkata sepatah pun, sejenak menoleh kearah David yang masih memegangi pipinya yang membiru bekas pukulannya sendiri lalu melangkah mengikuti tarikkan tangan Tiara.
......................
"Kamu nggak memukulnya kan Gun?"
Seru Tiara penasaran diatas boncengan sepeda motor Guntur.
"Apa?!" teriak Guntur sambil menoleh kesamping kanan.
"Kamu nggak memukulnya kan?!"
Kali ini Tiara berteriak kencang diantara suara desiran angin dan bising kendaraan disekitarnya agar didengar oleh Guntur.
"Ngak Raaa..." teriak Guntur.
"Lalu David kenapa ya terjatuh gitu?!"
"Aku juga nggak tau tiba-tiba dia jatuh gitu...!" teriak Guntur kembali menoleh kesamping kanan.
Tiara tidak melanjutkan pertanyaannya. Ia malah sibuk dengan pikirannya sendiri yang masih keheranan dengan kejadian tadi.
Sementara Guntur, tidak kalah herannya. Bagi dirinya kejadian seperti itu sudah berulang kali sering dialaminya semenjak di sekolah dasar, di SMP hingga di SMA. Dalam keadaan-keadaan yang mengancam keselamatannya, dirinya hanya merasakan seperti ada yang melindunginya, selalu menjaganya.
Tetapi tentang siapa yang melindungi dan apa yang sebenarnya terjadi pada saat-saat seperti peristiwa tadi, analisa Guntur pun mentok buntu. Hingga usianya 21 tahun, ia masih tidak juga mengetahuinya dan ia pun tidak menegerti dengan semua yang terjadi dengannya selama ini.
Arus lalu lintas jalanan Ir. H. Juanda seperti hari-hari biasanya selalu ramai dan padat oleh kendaraan roda empat pribadi maupun angkot. Demikian pula sepeda motor yang nampak menyemut melaju diantara sela-sela mobil berperan pula meramaikan kemacetannya. Ya walau pun nggak macet total, tetapi cukup membuat laju kendaraan hanya berjalan sedikit demi sedikit diselingi berhenti lalu melaju lagi dan begitu seterusnya.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus ceriw
2023-04-10
0
juwita
mna nih visualnya
2022-05-24
2
NADIRAH
ceritanya bagus Thor..
kasih visualnya donk Thor...
2021-12-16
2