Romansa VIONA

Romansa VIONA

Bab 1

Ayah mengajak paman Eddie berkeliling, maka tentu saja mereka harus datang dan memata-mataiku dan melihat apa yang sedang kulakukan. Kalau paman Eddie bilang padaku sekali lagi, "Apakah kepala botak harus diolesi mentega?" mungkin aku bakal bunuh diri. Sepertinya dia nggak sadar aku ini tidak lagi pakai celana monyet. Rasanya kepingin banget berteriak padanya, " Aku ini sudah 17 tahun, paman Eddie! Aku ini sudah penuh dengan segala sesuatu yang berbau wanita, aku ini pakai gaun!! Oke, memang sih masih kedodoran dan sering jatuh keserimpet kaki kalau aku lari mengejar bus... tapi bibit wanitanya ada di sana, dasar paman Eddie botak!"

Omong-omong soal sifat, aku khawatir nasibku mungkin bakal sama seperti semua wanita di keluargaku, yaitu agak tomboy. Ibu sangat menyukai olah raga sepak bola. Sama sekali nggak oke deh. Aku maunya jadi wanita feminim yang disukai oleh banyak pemuda pada umumnya.

Aku nggak ngerti kenapa aku nggak boleh punya kunci kamar. Aku nggak punya privasi, rasanya kayak acara laki-laki semua di kamarku. Setiap kali aku mengusulkan sesuatu di sekitar tempat ini, orang-orang langsung saja menggeleng dan berdecak tidak setuju.

Rasanya kayak tinggal di rumah penuh ayam yang mengenakan kaos dan celana panjang. Atau rumah yang penuh anjing yang menganggukkan kepala atau rumah yang penuh... yah, pokoknya kesimpulan singkatnya, aku nggak boleh punya kunci kamar.

"Kenapa sih nggak boleh?" aku bertanya pada Ibu, pada salah satu saat langka ketika dia tidak sedang sibuk mengurus rumah.

"Karena kau bisa saja kenapa-kenapa dan kami nggak bisa masuk," sahutnya.

"Kenapa-kenapa bagaimana?" desak ku.

"Yah... kau bisa saja jatuh pingsan," ujarnya.

Lalu ayah nyeletuk, "Kau bisa saja membakar tempat tidurmu dan dikepung asap."

Kenapa sih orang-orang ini? Aku tahu kenapa mereka nggak mau pintu kamarku dikasih kunci. Soalnya itu menjadi tanda pertama jalanku menuju dunia dewasa dan mereka nggak tahan menghadapi gagasan itu, soalnya itu artinya mereka mungkin harus meneruskan hidup mereka sendiri dan tidak mengusikku lagi.

Ada enam hal yang sangat keliru dalam hidupku. Aku punya satu bintik bakal jerawat yang nggak bakal matang-matang dan keluar matanya tapi terus ada dan berwarna merah selama dua tahun ke depan. Bintik itu di hidungku. Aku punya adik berumur tiga tahun yang mungkin ngompol entah di mana di kamarku. Empat belas hari lagi, liburan akhir tahun akan terjadi dan aku tidak memiliki rencana liburan kemana. Aku jelek banget dan harus masuk panti jelek. Aku pergi ke pesta tampil kayak badut dan menjadi ejekan semua orang.

Oke. Cukup. Aku akan membuka lembaran baru. Aku menemukan artikel di majalah Cosmo ibu tentang bagaimana caranya jadi bahagia kalau kau sangat tidak bahagia. Artikel itu judulnya "Kepercayaan Emosi". Yang harus kulakukan adalah Mengingat...Mengalami... dan Sembuh. Jadi, pikirkan sebuah peristiwa menyakitkan dan ingat-ingat semua detail mengerikannya... ini bagian Mengingatnya, lalu alami dan kenali emosi-emosi itu, kemudian Lepaskan!!

Paman Eddie sudah pergi, terima kasih, Tuhan. Dia benar-benar bertanya apakah aku mau naik becaknya? Apakah semua orang dewasa berasal dari Planet Xenom? Aku mau bilang apa, coba? "Baiklah, tentu saja. Paman Eddie, aku kepingin naik becak antik mu dan dengan sedikit keberuntungan semua temanku akan melihatku bersama pria botak sinting ini dan tamatlah hidupku. Makasih deh."

Jasmine Rendra mampir. Katanya lama sekali baru dia bisa keluar dari kostum Cinderella nya setelah pesta kostum itu. Aku sih nggak begitu tertarik mendengar omongannya, tapi demi kesopanan aku tanya kenapa.

Dia berkata, "Yah, cowok di balik konter di toko sewaan itu imut banget sih."

"Ya, terus?"

"Yah, jadi aku bohong tentang ukuran ku. Aku meminjam kostum ukuran sepuluh dan bukannya dua belas."

Ia memamerkan lecet-lecet di sekeliling leher dan pinggangnya. Cukup dalam lho. Aku berkata, "Kepalamu kelihatannya agak bengkak."

"Tidak, itu cuma karena ini Hari Minggu."

Ku tunjukkan artikel di Cosmo itu padanya, kemudian selama beberapa jam kami mengingat-ingat pesta kostum itu. Dan menyakitkan. Kami mengalami emosi-emosi yang membuat amarah kami bergejolak dan kini, kami mencari solusi penyembuhannya.

Aku sih menyalahkan Jasmine Rendra sepenuhnya. Memang sih, tampil sebagai buah zaitun itu gagasanku, tapi dia sama sekali tidak menyetop ku seperti seharusnya sahabat. Malah, dia justru mendorongku. Kami bikin kostum buah zaitun itu menggunakan kawat kasa dan kertas krep hijau. Itu untuk bagian buahnya.

Ada tali bahu tipis untuk menyanggahnya dan aku mengenakan T-shirt hijau dan celana ketat hijau di baliknya. Jasmine Rendra paling banyak membantu bagian "membentuk buahnya". Seingat ku, dialah yang mengusulkan supaya aku menggunakan warna merah untuk mengecat rambut dan wajah dan leherku...seperti sebangsa cengkeh.

Memang sih, harus kuakui, lumayan lucu waktu itu. Maksudku, waktu kami masih di kamarku. Kesulitan muncul waktu aku mencoba keluar dari kamar. Aku harus menuruni tangga dengan cara melipir.

Waktu berhasil mencapai pintu, aku harus kembali lagi dan menukar celana ketat ku. Soalnya kucingku Tom sedang melakukan salah satu gerakan yang hendak menerkam ku.

Tom benar-benar sinting. Dia kami temukan waktu berlibur ke danau S. Pada hari terakhir aku menemukan dia berjalan-jalan di taman pondok yang kami sewa. Nama pondok itu "Summer Love".

Mestinya aku sudah tahu ada yang nggak beres dengan kucing itu waktu aku mengangkatnya dan dia mulai menyerang ku. Tapi dia anak kucing yang imut banget, jantan dan bulunya panjang, matanya besar warna kuning. Bahkan sebagai anak kucing pun dia mirip anjing kecil. Aku memohon dan merengek-rengek supaya boleh membawanya pulang.

"Dia bakal mati di sini, dia nggak punya ibu atau ayah," ujar ku sedih.

Ayahku berkata, "Mungkin dia memakan mereka."

Bener deh, dia bisa nggak punya perasaan begitu. Jadi aku membujuk ibuku. Dan akhirnya aku membawa Tom pulang. Wanita pemilik pondok memang bilang, menurut dia Tom mungkin hasil persilangan, ibunya kucing betina domestik dan ayahnya kucing Angora. Aku ingat berpikir, Wah, eksotis banget. Aku nggak nyangka dia akan tumbuh sampai sebesar anak anjing hanya kalau dia lagi marah.

Dulu aku suka mengikatnya dengan tali dan mengajaknya jalan-jalan, tapi, seperti yang ku jelaskan pada ibu sebelah rumah. Tom sering mencakar-cakar talinya. Lagian kadang-kadang dia mendengar gonggongan anjing yang hendak menyerangnya. Jadi, waktu aku lewat mengenakan kostum buah zaitun, dia melompat dari tempat persembunyiannya di balik tirai. Dan menyerang celana ketat ku.

Aku nggak bisa melepaskan cakarnya dengan cara memukul kepalanya, soalnya dia bergerak-gerak terus. Akhirnya aku berhasil meraih sikat di sebelah pintu dan menggunakannya untuk memukul Tom pergi.

Terpopuler

Comments

Follow ig : tinatina3627

Follow ig : tinatina3627

hallo kakak aku mampir salam kenal dari aku teman atau suami karyaku kak

2022-03-09

1

Embun Kesiangan

Embun Kesiangan

mampir akak cantik🙏 semangat

2022-02-18

1

Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah)

Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah)

Hai...aku mampir di karyamu😍
tetap semangat dalam berkarya ya💪☺️

2022-02-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!