Bab 18

Aku akan mengenakan gaun Lycra hitam miniku. Jasmine Rendra sudah menelepon lima kali dan mengubah pikirannya tentang apa yang akan dikenakannya setiap kali ia menelepon. Jassy juga mengajak anak lain yang tinggal di sebelah rumahnya ke The Star Nine.

"Kau yakin itu ide yang bagus?" tanyaku kemudian.

"Nggak masalah, bisa jadi pasanganku kan si Steven." jawab Jassy tanpa ada rasa canggung.

"Yah, itu dia maksudku." selaku lagi.

"Dia nggak bisa joget, tapi dia keren."

Aku langsung diam. Sepertinya dia mengajak cowok itu ke The Star Nine dengan caranya sendiri. Jassy memang gokil, selain menang sendiri. Kami janjian pergi ke sebuah toko. Kami butuh parfum untuk malam ini dan kami bisa menggunakan testernya selagi berpura-pura mau membelinya.

Kami pun kembali ke rumah. Dilapisi Palomo, kuharap Palomo nya menguap sedikit soalnya bikin mataku berair. Aku punya lip gloss baru yang katanya bakal bagus, mengingat kondisiku. Apalagi aku bakal pergi bareng Mark.

Aku bertanya-tanya apakah peraturan yang sama berlaku untuk bibir dan juga untuk dada? Maksudku, kalau kita menggunakannya lebih sering lagi, apakah dada kita juga akan semakin besar?

Kalau menggunakan bibir kita memang bikin bibir kita lebih tebal, demi Tuhan apa sih yang mau dilakukan Mark? Apakah aku akan membiarkannya menciumku? Apa sih arti tangan di atas dadaku itu? Apakah aku ingin dia jadi cowokku?

Kayaknya sih dia nggak pintar-pintar amat tapi bisa saja dia itu nantinya jadi pemain sepak bola yang oke seperti David Beckham. Dan kemudian aku bisa menikah dengannya dan hidup bergelimang kemewahan.

Tapi kalau begitu aku bakal dimuat di semua surat kabar. Aku harus operasi hidung dulu. Aku harus berhati-hati supaya tidak tersenyum. Bagaimana kalau aku lupa? Bagaimana kalau paparazzi memergokiku tersenyum dan hidungku melebar ke seluruh wajahku?

Aku nggak bisa menikah dengannya, tekanannya terlalu besar. Aku kehilangan rasa percaya diriku, sementara dia mendapatkan semua perhatian. Aku harus bilang padanya malam ini. Bahwa semuanya sudah tamat.

Aku agak nggak enak badan. Sebagian rambutku nggak bisa diatur. Dalam semenit aku akan mengguntingnya. Dan sepertinya aku punya lutut yang tulangnya menonjol. Mungkin kalau aku sudah jadi istri Mark, aku bisa menyuntikkan lemak ke lututku. Bisa jadi lemaknya diambil dari hidungku, jadi bisa dibilang operasi two in one.

Hidung lebih kecil dan lutut lebih gemuk dalam sekali suntikan penghancur lemak hipodermik ukuran superbesar. Hahahaduh aku benar-benar nggak enak badan nih. Pikiranku ngelantur ke mana-mana. Tapi, aku nggak bisa ngebatalin janjian pergi bersama dengannya.

Kalau saja aku pergi bareng Jasmine dan Jassy, rame-rame satu rombongan. Sekarang aku terpaksa berjalan masuk bersama Mark dan setiap orang akan memandang ke arahku dan mengira dia cowokku.

Aku nggak bisa percaya hidupku. Yah, kalau itu bisa disebut hidup. Kalau aku mikirin malam ini, kayaknya aku kepingin berbaring di tempat tidur terus selama sisa hidupku deh.

Mark sudah menunggu di bawah lampu, tempat dia berciuman dengan mantan pacarnya dulu. Waktu aku menghampirinya, dia menyambar dan menciumku di mulut tanpa ba bi bu. Aku kaget setengah mati dan juga agak was was. Mungkin saja tangannya akan menyelinap ke tempat terlarang dan istirahat di sana sebentar. Tapi ternyata, tidak.

Mark sepertinya nggak banyak omong. Setelah ciuman itu dia meraih tanganku dan kami mulai berjalan ke pertunjukan. Rasanya agak aneh karena aku sebenarnya lebih besar dibanding dia. Jadi aku harus membungkukkan bahuku ke satu sisi seperti Si jangkung dengan Si kerdil.

Begitu kami tiba di sana, Mark menyapa beberapa temannya. Steven nya Jassy raksasa banget. Sekitar 180 sentimeter. Rambutnya rapi banget. Jasmine Rendra kelihatan kayak bulan dan agak pucat.

"Aku kepingin tampil seperti penderita huforia. Seolah aku sudah berpesta pora semalaman. Aku kepingin Jackson berpikir aku nggak pernah mikirin dia." kata Jasmine sambil tersenyum paksa, menyembunyikan kebohongannya.

Pertunjukannya penuh sesak. Kebanyakan cowok di satu sisi. Dan cewek di sisi lainnya. Aku pun meninggalkan Mark dan bergabung bersama Jasmine. Saat itulah Jackson dan Robbie melangkah masuk.

Mereka melihat kami dan mata Robbie bertemu denganku dan ia tersenyum....aku sudah lupa betapa Dewa Cinta-nya dia. Tubuhnya berotot dan gelap. Hatiku bergetar, aku balas tersenyum. Senyum yang biasa karena sesaat aku melupakan hidungku.

Terus dari belakangku datang Lindena dan ia berjalan menghampiri Robbie. Rupanya cowok itu tersenyum padanya!! Wajahku merah habis sampai-sampai kau bisa menggoreng telur di atasnya. Robbie mencium pipi Lindena. Rambut cewek itu diangkat ke atas dan dia mencium mesra leher itu.

Robbie naik ke atas panggung dan Jackson di tinggal sendirian karena Lindena si genit mengobrol dengan beberapa teman-teman tololnya.

"Apakah menurutmu aku harus menghampirinya dan mengatakan sesuatu padanya?" tanya Jasmine Rendra sambil terus memperhatikan si Jackson.

"Punya harga diri dong, Jasmine. Dia kan lebih memilih kue donatnya daripada dirimu." jawabku tegas.

Pada saat itu seorang cewek berambut gelap keluar dari wc dan berjalan ke arah Jackson. Cewek itu meletakkan tangannya di atas tangan Jackson dan mereka pergi bersama-sama. Dan semuanya tambah parah saja.

The Star Nine mulai manggung dan Mark datang menghampiriku. Memegang tanganku dan menarikku ke lantai dansa. Topeng Mick Jagger-nya bukan cuma di bibir doang. Dia benar-benar sinting di lantai dansa. Mengentak-entak dengan tangan di pinggang. Aku nyaris mati banget deh. Lalu Steven datang bergabung. Menyeret Jassy bersamanya.

Cara jogetnya lebih kocak. Banyak adegan lucu dan menendang-nendang. Terus dia mengangkat dan mengacungkan Jassy di atas kepalanya!! Dia memutar-mutar cewek itu dengan kencang. Dan Jassy sibuk menutupi gaun bawahnya.

Saat itulah pertahananku runtuh. Abis, lucu banget sih. Jasmine, Ellen dan Julia dan aku ketawa seperti hyena. Aku sampai batuk-batuk dan harus buru-buru ke wc untuk mencoba menghentikannya. Aku menenangkan diriku dan kemudian menjulurkan kepala ke pintu dan melihat Steven joget dan itu bikin ketawaku meledak lagi.

Lalu Mark kepingin slow dance. Aku tahu karena ia mencengkeramku dan menarikku ke dekatnya. Tubuhnya lembek, kalau kau mengerti maksudku. Dan mulutnya ditaruh dileherku. Dibandingkan bergandengan tangan, berdansa dengannya jauh lebih sulit lagi. Aku harus menekukkan lututku dan membungkuk sedikit supaya bisa pas dengannya.

Sekali aku menemukan diriku memandang lurus ke Robbie. Dia keren banget. Sial!! Meskipun aku benci padanya, dia itu cowok brengsek yang sombong. Kayaknya aku cinta padanya.

Lalu bandnya berhenti main untuk istirahat, tapi Mark berteriak, "Main lagi!!" Beberapa temannya mulai ikut-ikut berteriak dan mereka menyerbu panggung. Dan Mark menyambar mikrofon dari Robbie. Dia bernyanyi. Suaranya fals, bikin nggak nyaman.

Semua yang hadir menutup telinga. Aku benar-benar nggak ngerti deh dengan tingkah aneh Mark! Aku memelototinya agar turun panggung. Robbie meletakkan tangannya di bahu Mark. Lalu perkelahian yang agresif pun terjadilah.

Terpopuler

Comments

April

April

Lho, kenapa berkelahi??

2022-02-20

1

April

April

Oh, no

2022-02-20

0

Reni

Reni

next thor

2022-02-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!