Bab 19

Suara Mark yang fals dan nggak enak didengar, membuat para pengunjung berteriak gaduh. Robbie, sang Dewa Cinta yang kusukai langsung bertindak. Robbie meletakkan tangannya di bahu Mark, lalu perkelahian yang agresif pun terjadilah.

Teman-teman Mark yang dungu menyerbu anak band. Terus teman-teman anak band menyerbu mereka. Kami yang cewek-cewek menjerit-jerit.

Steven mengangkat dua cowok sekaligus dan melemparkan mereka ke luar, langsung terlempar jauh ke jalan! Kami semua terkejut. Ellen, Jasmine, Julia dan aku pun memutuskan untuk kabur.

Yah, benar-benar malam yang heboh. Aku berbaring di tempat tidur. Cowok-ku berandalan! Sebelum dia, aku punya cowok lain yang disebut cowok keong....Si Jupiter. Cowok yang kutaksir membenciku dan lebih memilih ilalang genit dan menyebalkan.

Saat aku jutex dan pulang kembali ke rumah, kucing jutex ku Si Tom meludahiku waktu aku melangkah masuk dengan hati sedih. Lalu kutemukan pampers kotor adikku Libby di kolong tempat tidurku. Semua itu membuat kepalaku semakin pusing.

Hari-hari pun berlalu. Mark nggak muncul, untung saja. Aku di rumah, membaca seharian. Ibu dan ayah sedang keluar. Tiba-tiba saja mereka ingin melakukan segalanya bersama-sama. Aneh banget!! Jadi aku harus menjaga Libby. Aku sih nggak keberatan, toh aku nggak kepingin keluar rumah lagi.

Libby menghiburku dengan berpura-pura jadi kucing jutex Si Tom. Dia menelungkup di dalam keranjang tidur Si Tom dan ngumpet di balik gorden. Menggeram! Aku harus menghentikannya ketika dia mulai melahap makanan kucing.

Tiba-tiba ada telepon dari Jasmine Rendra. Dia mengeluh, katanya dia nggak bakal dapat cowok. Mungkin dia akan jadi dokter hewan saja. Dia merajuk, apakah wajahnya jelek menurutku? Aku hanya diam saja, kepalaku sudah pusing.

Jassy pun menceritakan semua kejadian heboh di pertunjukan itu. Dia diantar Steven pulang ke rumahnya, dan mendapat bunga mawar Holland meskipun hanya setangkai. Duh, romantisnya si jangkung Steven! Tidak kayak Mark, berandalan!

Kabar yang membuatku suram sekaligus ingin mati rasanya, kata Julia....dia melihat Lindena mengenakan sebuah cincin. Mungkin cincin pertunangan? Hidupku terasa gelap. Ingin rasanya bunuh diri di kolong semut. Aku jadi nggak semangat melakukan apa pun.

Bel berbunyi. Aku menyuruh Libby benar-benar tak bersuara dan berpura-pura kami tidak di rumah. Aku nggak mau, jika itu Mark yang datang. Aku muak, tertekan dan lapar. Perutku merasa mual. Dan kuputuskan saja pergi tidur. Mudah-mudahan aku nggak pernah bangun lagi.

Nyaris ketemu Mark waktu berjalan ke sekolah. Berbelok tepat sebelum ketemu, untung saja. Kepala sekolah ngamuk soal pertunjukan The Star Nine. Dia gemetaran seperti orang sinting.

"Aku benar-benar berharap tak satu pun dari murid-muridku entah bagaimana berteman dengan berandalan-berandalan yang kelakuannya seperti binatang di pesta dansa itu...!!"

Jassy memandang ke arahku dan memajukan giginya ke depan bibir bawahnya kayak hamster. Aku nggak tahu kenapa, tapi itu benar-benar bikin aku ketawa begitu keras hingga kupikir aku bakal tercekik. Aku harus berpura-pura batuk-batuk dan mengeluarkan saputanganku.

Jasmine Rendra nggak masuk. Entah di mana dia berada. Mungkin "lagi kedatangan tamu", kalau kau tahu maksudku. Jassy ngomongin Steven ini dan Steven itu.

" Jadi, dia pilihan terakhirmu?" tanyaku kemudian.

"Dengar, kayaknya sih kami nggak jadian atau apa. Dia hanya memberiku setangkai mawar." jawabnya dengan wajah sedikit merah.

Oh, masa bodoh. Asal si Jassy ini bisa normal dan nggak menang sendiri. Aku lega. Tak kusangka, ada pesan dari Mark. Nadanya agak kesal karena dia tidak menemukan diriku di malam heboh itu. Tentu saja, siapa yang mau menunggu si biang kerok pembuat onar? Kalau aku nggak pergi, aku toh bakal ketemu dengannya di jalan.

"Ayah, ibu!! Aku mau ajak Si Tom jalan-jalan!!" teriakku pada mereka, agar keduanya bisa menghabiskan waktu bersama-sama lagi.

"Jangan biarkan dia mendekati pudel itu!!" seru ayahku dari balik pintu.

Aku harus menyeret Si Tom dari pudel tetangga. Dia kepingin menelan pudel itu. Dia menghabiskan sekitar empat kaleng makanan kucing sehari seperti biasa. Kalau dia lebih besar lagi dari ini, kata ibuku...dia akan menyerahkan Si Tom ke kebun binatang saja. Huh, kayak mereka mau menerimanya saja.

Mark yang berandalan ternyata seorang perokok. Dia merokok di dekat kotak telepon. Dia tidak melihatku datang. Nggak heran sih, soalnya Si Tom menyeretku ke belakang pagar tanaman. Nguber-nguber kucing betina! Akhirnya aku mengikat dia ke pagar. Dari balik pagar tanaman aku bisa melihat Mark. Dan tahu kan ketika muncul satu momen dan kau tahu apa yang harus kau lakukan?

Tidak? Yah, aku juga sih. Tapi aku berpikir, aku harus jujur pada Mark. Soalnya nggak adil kan buat dia? Aku akan bilang begini..."Dengar Mark, aku suka padamu dan jangan berpikir ini karena kau. Sebenarnya masalahnya ada di aku. Sepertinya aku nggak bakalan bikin kau bahagia. Kita sangat berbeda. Kayaknya sebaiknya kita berhenti saja sekarang sebelum salah satu dari kita terluka."

Jadi aku menghampirinya. Dia berdiri setengah di bawah bayang-bayang dan dia membuang rokoknya ketika dia melihatku. Aku membuka mulutku untuk ngomong dan langsung saja dia nyium aku tepat di mulut yang terbuka itu.

Bagaimana kalau aku sedang mengisap permen Polo, ayo? Aku kan bisa keselek dan mati!! Terus dia juga menciumku kuat sekali. Dia meletakkan tangannya di dadaku lagi. Apa yang harus kulakukan? Aku kan belum tahu apa-apa?

Tanganku bisa dibilang menggantung begitu saja di sisi tubuhku kayak orang utan waktu aku ingat apa yang dikatakan cowok keong tentang menaruh tanganmu di pinggang seseorang. Jadi aku pun melakukannya. Mark berhenti menciumku.

Apakah ini saat yang bagus untuk mengatakan aku mutusin dia? Dan dia pun berkata....

"Dengar, Viona....ini bukan sesuatu yang personal atau apa. Tapi....kayaknya kau terlalu jangkung untukku. Aku mau jadian lagi dengan Ella. Karena dia membiarkan aku melakukan apa pun yang kusuka. Maaf, Viona Abraham. Aku tidak mencintaimu, bye!"

Tidak mencintaiku? Mark mutusin aku seenaknya tepat ketika aku mau mutusin dia! Aku nggak bakal kayak dulu lagi! Ella membiarkan dia melakukan yang dia suka? Sungguh tragis kisah cintaku, disaat aku mau menolaknya, dia duluan yang menolakku!! Aku pulang dengan wajah sedih yang mau mati.

Aku memberitahu ibu, aku nggak masuk sekolah. Malah sebenarnya aku nggak bakal meninggalkan tempat tidurku!

"Kenapa, Viona Abraham....putri tercantikku?" tanya ibuku yang masih sempet menggodaku.

"Aku diputusin cowok yang bahkan suka pun aku tidak padanya. Aku baru saja mau mutusin dia, tapi aku nggak punya kesempatan melakukannya." Aku memberitahukan hal itu pada ibu, meskipun aku nggak mau mengatakannya.

"Wah, itu menyebalkan! Diputusin memang nggak pernah enak. Tapi coba melihatnya dengan cara seperti ini....bukankah ini yang kau inginkan? Nggak punya cowok dan bebas lagi. Dan kau punya uang seratus ribu untuk bersenang-senang." kata ibuku sambil duduk di atas tempat tidurku.

"Yaaa, itu kan kata ibu. Ibu kan nggak tahu aku ini orangnya sensitif banget. Dan aku benar-benar terluka lho. Dan lama sekali baru aku bisa melupakan semuanya. Dan apa kata ibu tentang uang seratus ribu itu?"

"Hadiah susulan untuk ulang tahunmu, dari nenekmu!" balas ibuku sambil tersenyum.

Hatiku nggak bisa disogok dengan uang. Aku tetap nggak mau masuk sekolah. Aku mau mengurung diri di kamarku saja!

Terpopuler

Comments

~🌹eveliniq🌹~

~🌹eveliniq🌹~

haiii. Viona datang lg nih memberi semangat selalu

2022-03-05

1

~🌹eveliniq🌹~

~🌹eveliniq🌹~

mampir lg semangat selalu ya

2022-02-26

1

April

April

Semnagat viona..ambil uangnya

2022-02-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!