Bab 8

Bagaimanapun, mendingan aku bersikap sopan, kalau nggak bisa-bisa aku dituduh "ABG uring-uringan" dan hal berikutnya yang terjadi adalah tok tok tok di pintuku dan ibuku bertanya padaku.

"Kau mau ngomong sesuatu? Pergilah ke sebelah dan tanyakan pada nyonya sebelah rumah kita jika dia menginginkan sesuatu."

"Sekarang?"

"Besok! Ya tentu sekarang juga anak nakal!" hardik ibuku sambil memelototkan matanya.

Aku langsung pergi ke sebelah dan bertanya pada nyonya sebelah rumah, kalau-kalau dia menginginkan sesuatu dari toko-toko yang akan kudatangi. Bisa dibilang dia ngumpet di balik pintu. Aku harus bersikap lebih manis lagi. Mula-mula aku bersikap manis, terus rasanya ada orang lain mengambil alih diriku. Apakah aku ini penderita skizofrenia dan sekaligus anak nggak normal?

Semua perintah ibu sudah selesai kulakukan. Jasmine Rendra menelepon. Dia memintaku membantunya melaksanakan bagian dua rencananya mengejar Jackson. Rencananya sangat cerdik. Jasmine dan aku akan lewat di depan tokonya. Dan waktu kami melewati pintunya, aku akan menghentikan langkah kemudian berkata.

"Oh, Jasmine! Aku baru saja ingat aku tadi bilang mau beli Donat besar!! Tunggu sebentar ya."

Lalu aku masuk ke toko dan beli beberapa donat jumbo. Jasmine berdiri di belakangku, kelihatan kasual dan cantik. Aku tersenyum saat Jackson menyerahkan Donat pesananku dan kemudian, ini dia langkah Oke-nya. Atau sebenarnya itu gagasanku, jadi lebih tepat langkah Viona Abraham. Aku berkata,

"Dua hari lagi sekolah mulai. Kembali ke sekolah Tunas Bangsa. Kau berasal dari markas besar kebosanan dan penyiksaan mana sih?"

Jasmine Rendra tampak bingung. Dia pun menatapku dengan wajah kebingungannya. Aku mengedipkan mata dan melirik ke arah Jackson. Lalu dia memberitahuku dan kami akhirnya tahu bagaimana caranya supaya ketemu tanpa sengaja dengannya.

Yah, kami akhirnya masuk ke toko kue itu. Dan Jackson ada di sana. Jasmine langsung mau pingsan. Harus kuakui Jackson memang ganteng, rambutnya keriwil dan bahunya lebar. Aku mengucapkan dialogku.

"Sebentar, aku mau pergi ke toilet dulu."

Kutinggalkan Jasmine sendirian bersama Jackson di toko itu. Waktu Jackson melihatnya, cowok itu memandangnya dan tersenyum. Aku pura-pura ke toilet dan memperhatikan keduanya dari tempat tersembunyi.

"Apakah kau sudah nggak sabar ingin masuk sekolah? Kalian berdua sekolah di mana?" tanyanya begitu aku sudah kembali bergabung.

Jackson tersenyum tapi aku nggak sungguh-sungguh bermaksud menjawab yang sebenarnya. Aku baru saja akan memberitahunya. Meskipun dalam rencana kami ini bukan dialognya. Ketika seorang Dewa Cinta keluar dari ruangan belakang.

Sumpah, saking cakepnya cowok itu, kau bakal mengerjapkan mata dan membuka mulut kayak ikan mas. Dia jangkung banget dan rambutnya hitam panjang. Dan matanya yang hitam sangat indah, dan mulutnya besar dan dia berpakaian serba hitam. Dan cuma itu yang kuingat.

Pria itu menghampiri Jackson dan memberinya secangkir teh. Jackson berkata...

"Trima kasih."

"Nggak boleh dong sampai membiarkan adikku kerja keras membanting tulang, mempersembahkan donat manis kepada gadis-gadis cantik tanpa teh barang secangkir pun." kata Sang Dewa Cinta sambil mengedip pada Jackson dan tersenyum padaku, dan dia meninggalkan ruangan toko itu.

Aku hanya berdiri di situ, memandang tempat Dewa Cinta semula berdiri. Mencengkeram donat-donatku. Jackson pun berkata.

"Semua empat puluh ribu. Kau sudah mengatakan di mana kalian bersekolah?"

"Oh, sekolah yang sama dengan tempat kami menuntut ilmu selama dua tahun ini. SMU Tunas Bangsa. Kau?" jawab Jasmine dengan sigap, karena dia melihatku baru tersadar dari sihir Dewa Cinta. Dan aku berdoa semoga aku nggak gila memikirkan Dewa Cinta itu.

Aku masih syok berat. Aku baru saja ketemu orang tampan yang kusebut Dewa Cinta. Dia tampan sekali. Dan dia kakak Jackson. Dia ganteng. Dia melihatku dengan mulutku terbuka. Tapi, untunglah, tidak tanpa alis. Ya Tuhan! Lekas, tumbuhkan alisku dengan sempurna!

Aku mencoba membuka mulutku di depan cermin seperti yang kubayangkan telah kulakukan di toko. Yah, itu nggak bikin aku kelihatan terlalu cerdas tapi juga nggak bikin hidungku kelihatan lebih lebar yang berarti bagus. Aku ingin tahu berapa umurnya? Aku harus bertambah dewasa. Aku akan mulai besok.

Ketika aku masuk dapur, ayahku meletakkan cangkirnya dengan tampang kaget yang nggak lucu. Karena aku bangun pagi.

"Kenapa, Viona Abraham? Apakah tempat tidurmu kebakaran? Apakah kau demam? Belum siang kok, kenapa kau bangun?" tanya ayahku dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.

"Aku turun untuk minum secangkir air hangat, kalau itu tidak apa-apa. Sangat bagus untuk membersihkan tubuh. Aku harus mencegah serangan bintik merah dalam segala bentuk, Yah!" aku berkata dengan serius.

"Bagus, aku berangkat. Libby, cium kakakmu sebelum kita pergi." Ibuku berkata demikian dan adikku Libby memberiku ciuman bunyi yang menyenangkan tapi bau sereal. Tapi, aku harus melangkah terus.

Aku telah menyelesaikan yoga Cosmo demi ketenangan dan kepercayaan dalam diri. Aku bertekad akan bangun satu jam sebelum sekolah dan melakukan dua belas posisi "menyembah Matahari". Aku merasa segar dan dua atau tiga kaki lebih tinggi. Sang Dewa Cinta takkan bisa menolak diriku yang baru. Percaya diri, bercahaya dan dewasa.

Masker wajah sudah, mandi susu sudah. Bagaimanapun aku harus mencoba mengenyahkan bekas-bekas susu dari handuk, baunya sudah asam.

Jasmine Rendra menelepon lagi. Menurut dia, kami harus mencari Jackson besok sehabis sekolah. Jackson, siapa sih dia bagiku?

Baru tahu Libby menggunakan softex terakhirku untuk membuat popok bagi boneka-bonekanya. Dia juga menggunakan semua krim alas bedakku untuk boneka pandanya. Sekarang kepalanya sudah berwarna pink. Aku nggak punya alas bedak ataupun uang. Mungkin aku harus mencubitnya.

Tidak. Damai, Ohm. Kedamaian dalam diri. Lebih baik cepat tidur. Aaah. Aku melompat bangun. Kusangka sudah waktunya bangun. Besok aku pakai rok panjang atau nggak, ya?

Karena semalam gelisah dan nggak bisa tidur. Aku ketiduran dan harus buru-buru ke rumah Jasmine untuk nebeng naik mobil bersama ayahnya. Tak ada waktu untuk yoga atau make-up. Oh, yah, aku akan mulai besok saja.

Hanya Tuhan kok yang tahu bagaimana Dalai Lama mengatasi hidupnya sehari-hari. Dia harus bangun pagi-pagi buta. Malah aku membaca entah di mana bahwa dia sungguh-sungguh bangun pagi-pagi buta.

Aku dan Jasmine Rendra lari kayak orang sinting menuju gerbang sekolah. Rasanya kepalaku mau pecah karena wajahku merah banget. Lagi pula aku baru ingat aku nggak pakai topi baret.

Aku melihat wali kelas Han Heator di gerbang sekolah, jadi nggak sempat mempraktekkan metode sosis itu. Pokoknya kutaruh topi baret itu begitu saja di kepalaku. Brengsek, brengsek, sial, sial. Waktu kami lari menuju gerbang aku berpapasan dengan Dewa Cinta. Dia kelihatan sempurna dalam seragamnya. Dia bersama teman-temannya, tertawa dan berjalan santai. Dia memandang ke arahku dan berkata,

"Kau bersemangat sekali, cantik."

Rasanya aku mau mati banget. Satu-satunya harapanku adalah dia tidak mengenaliku. Dan kalau mengenaliku, dia menyukai tampang "merah padam" pada seorang cewek. Aku ingin lari saja dari pintu gerbang itu. Bersembunyi di bawah tanah kalau bisa.

Terpopuler

Comments

April

April

Xixi ada iklan pembalut

2022-02-03

1

Kim Amaterasu

Kim Amaterasu

wkwkwk.. maskar besar kebosanan dong.. 😁😁

terus semangat thoor..

2022-01-10

1

IG : @thatya0316

IG : @thatya0316

semangat

2022-01-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!