Lalu aku nggak bisa masuk ke mobil ayah. Ayah bilang, "Kenapa tidak kau buka saja bagian buah zaitun nya, lalu jejal kan ke dalam bagasi?"
Bener deh, apa sih maksudnya? Kataku, "Ayah, kalau pikiranmu aku akan duduk di sebelah mu mengenakan T-shirt dan celana ketat hijau, kau sinting."
Dia langsung marah layaknya orang tua begitu kau mengatakan betapa bodoh dan tidak ber gunanya mereka.
"Yah, kalau begitu kau harus jalan kaki ... aku akan menyetir pelan-pelan bersama Jasmine Rendra dan kau jalan kaki."
Aku nggak percaya. "Kalau aku harus jalan kaki, kenapa Jasmine Rendra dan aku nggak jalan kaki saja bareng-bareng dan lupakan saja naik mobil!"
Dia memasang tampang tolol dengan bibir ter katup rapat khas bapak-bapak kalau mereka menganggap diri mereka masuk akal.
"Karena aku ingin memastikan ke mana kau pergi. Aku nggak mau kau keluyuran di jalanan malam-malam."
Benar-benar nggak masuk akal! Sahutku, "Apa sih yang bisa kulakukan keluyuran malam-malam pakai kostum buah zaitun...pesta koktail tabrak gerbang?!"
Jasmine Rendra nyengir tapi ayah sudah marah-marah khas orang tua.
"Jangan ngomong kayak gitu kepadaku, kalau nggak kau sama sekali nggak boleh pergi!"
Apa sih maksudnya?
Waktu kami akhirnya tiba di pesta. Aku berjalan di sebelah mobil ayah yang meluncur dengan kecepatan lima mil per jam. Semuanya berantakan. Mula-mula semua orang ketawa tapi kemudian bisa dibilang mereka cuek bebek. Dengan semangat menantang ala zaitun aku joget sendirian tapi ada saja yang ku bikin jatuh di sekitarku.
Tuan rumah memintaku duduk. Aku mencoba duduk, tapi percuma saja. Akhirnya aku berdiri di gerbang selama kurang lebih satu jam sebelum ayah datang, dan akhirnya kutaruh bagian buah zaitun nya ke dalam bagasi. Kami tidak bicara sepanjang jalan pulang.
Jasmine Rendra sebaliknya, bersenang-senang. Katanya dia dikelilingi banyak Tarzan dan Robin hood dan James Bond. Anak cowok punya imajinasi yang sangat tidak cerdas.
Suasana hatiku sedikit muram waktu kami melakukan bagian "mengingat"_nya. Kataku pahit, "Yah, aku juga bakal dikerubungi cowok kalau aku nggak pakai kostum buah zaitun."
Jasmine Rendra berkata, "Viona, kau menganggapnya lucu dan aku menganggapnya lucu, tapi kau harus ingat...cowok tidak menganggap cewek sesuatu yang lucu!"
Dia kelihatan "bijaksana" dan "dewasa". Nyebelin. Tahu apa sih dia tentang cowok? Demi Tuhan, poninya saja nyebelin. Tutup mulut cewek poni an ....Jasmine Rendra!
Aku berkata, "Oh yeah, jadi itu yang mereka inginkan, begitu? Cowok-cowok itu? Mereka maunya cewek berkostum Cinderella dengan senyum tololnya?"
Dari jendela kamar kulihat anjing pudel tetangga sebelah rumah melompat-lompat di depan pagar tanaman kami, rahangnya terbuka dan pasti dia sedang mencoba menakut-nakuti kucing kami Si Tom... mana mungkin....
Jasmine Rendra terus bersikap bijaksana. "Itu benar. Kurasa mereka suka cewek-cewek yang sedikit lembut dan nggak terlalu tomboy, yah...kau tahu itu."
Dia mengancingkan ranselnya. Ku tatap dia. "Tidak terlalu tomboy? Apakah yang kau maksud aku?" aku bertanya.
Dia berkata, "Aku harus pergi, kami makan malam lebih awal."
Ketika dia meninggalkan kamarku, aku tahu mestinya aku tutup mulut saja. Tapi tahu kan, ketika kau seharusnya menutup mulut karena kau benar-benar harus tutup mulut...kau malah ngomong terus? Yah, itulah yang kulakukan.
"Ayo bilang...nggak terlalu tomboy apanya?" desak ku.
Dia menggumam kan sesuatu seraya menuruni anak tangga. Aku meneriakinya ketika dia melangkah melewati ambang pintu. "Maksudmu nggak terlalu kayak aku, ya kan?!!"
Aku bisa merasakan diriku muak sama cowok padahal aku belum lagi pacaran dengan mereka. Oh Tuhan, tolong, tolong, jangan bikin aku terpaksa jadi nggak normal. Omong-omong, apa sih yang dilakukan orang nggak normal?
Saat malam tiba, nggak ada telepon dari siapa-siapa. Mending mati saja. Aku akan tidur lebih cepat. Tom datang dan naik ke tempat tidur bersamaku. Meski pun si kucing jutek ini sudah mencakar celana ketat ku, ketika malam tiba. Tom selalu mengeong dan naik ke ranjang ku.
Tiba-tiba kedua sahabatku menelepon dan mengajakku jalan-jalan menikmati masa liburan besok. Ellen dan Julia bergantian ngomong dengan aksen lucunya. Dan memutuskan, kami akan memakai masker wajah dari kuning telur untuk berjaga-jaga kalau-kalau kami ketemu cowok cakep waktu jalan-jalan besok.
Keesokan harinya, aku bangun dan mengira wajahku lumpuh. Ngeri juga, kulitku kencang dan kaku dan aku nggak bisa buka mata dengan baik. Terus aku ingat masker kuning telur semalam. Pasti aku ketiduran waktu membaca. Aku nggak mau tidur lebih cepat ah, soalnya mataku jadi sipit.
Kelihatannya seolah-olah aku ini punya darah Oriental. Sayangnya bukan itu. Hubungan terdekat kami dengan pengaruh eksotik, Nenek Wang yang bisa nyanyi dalam bahasa Cina. Itu pun hanya setelah dia menenggak dua gelas kecil anggur.
Aku cepat bangun dan segera mandi. Menyusun rencana ketemu Ellen dan Julia di Cafe Cinta supaya kami bisa memulai mencari cowok cakep. Janjian berpakaian "kasual sportif" , jadi aku pakai celana jeans, sepatu sport dan atasan hitam. Aku berdandan ala remaja tomboy yang tentu saja menyedihkan karena aku sama sekali nggak cantik.
Jujur saja, rumahku mirip kelompok bermain. Mental ayahku kayak mental Teletubbis hanya saja ayahku nggak terlalu berkembang. Aku bilang pada ibuku, "Aku ingin mengecat rambutku jadi pirang. Merek apa ya Bu?"
Dia berpura-pura nggak dengar dan terus saja memakaikan adikku pakaian. Tapi ayah langsung mengamuk dan memarahiku.
"Umurmu 17 tahun. Dan kau baru memiliki rambut itu selama 17 tahun dan kau sudah kepingin mengubahnya? Se bosan apa kau nanti terhadapnya pada saat usiamu tiga puluh? Warna apa yang akan kau gunakan saat itu?"
Jujur deh, belakangan ini dia bisa dibilang nggak masuk akal. Aku berkata pada ibu, "Oh, kayaknya aku mendengar suara jerit-jerit dan bunyi-bunyian aneh, tapi aku keliru...bye dulu ya...."
Ketika aku lari ke pintu aku mendengar ayah berseru, "Kurasa kau menganggap bersikap sarkastik dan mengenakan eyeliner dalam garis lurus akan membuat mu lulus ujian!!
Ujian, please deh. Dia itu peninggalan hidup Zaman Batu.
Aku dan kedua sahabatku bertemu. Kami menyusuri jalan-jalan taman yang penuh dengan pepohonan. Dan kami memutuskan untuk naik komuter. Lalu...cowok super kece ini lewat... Julia dan Ellen tidak mau menghampirinya tapi aku melakukannya. Aku nggak tahu kenapa, tapi aku berpura-pura pincang dan jadi cewek yang manis.
Matanya ramah...pasti umurnya sekitar sembilan belas tahun. Yah, pokoknya aku tertatih menghampirinya dan berkata, "Maaf, bisakah anda menolong saya?"
Untung saja dia kayaknya bingung, rasanya kayak mimpi. Kusenyumkan mulutku sedikit. Kalau kau menaruh lidahmu di belakang gigi belakang mu waktu tersenyum, maka senyummu jadi seksi banget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Follow ig : tinatina3627
like and favorite kak
2022-03-09
2
Author Ruff
aku kasih hadiah bunga ya maaf nggak bisa kasih hati
2022-02-11
1
April
Masih nyimak baba 2
2022-01-07
2