Bab 14

Tanpa berpikir panjang lagi, aku langsung ikut kabur. Aku jelek, tapi bukan berarti aku juga bodoh. Rumor lesbian yang tak sengaja diciptakan oleh Jasmine Rendra semakin membuat hidupku seperti di dalam kapal penuh ikan asin. Tahu sendiri kan rasanya?

Guru olah raga melihat keanehan dalam diriku. Dia nggak mau ngomong apa-apa. Selain memperhatikan wajahku. Sedangkan teman-teman hanya mengumbar senyum tololnya yang mereka tujukan padaku. Oh Tuhan, rasanya aku ingin bunuh diri di kolong semut.

Jackson menelepon Jasmine Rendra dan mereka "janjian" nonton band Robbie. Nama bandnya The Star Nine. Berani taruhan bandnya payah. Taruhan jelek. Taruhan jelek banget, malah.

Ibu dan ayah ngobrol di dapur dan waktu aku melangkah masuk mereka berhenti ngobrol dan kelihatan tegang, seolah menyimpan sesuatu. Jangan salah sangka. Aku sih senang-senang saja mereka menutup mulut waktu aku masuk ruangan. Yah, aku pasti akan menyukainya kalau itu pernah terjadi sebelumnya.

"Pernahkah kau berpikir ingin melihat dunia lebih banyak, Vi?" tanya ibuku yang memanggil nama singkatku.

"Kalau kau berpikir mau mencoba membujukku mengunjungi nenek Abraham di kota M pada Natal ini, lupakan saja bu." jawabku dengan ketus.

Aku bisa sangat judes kalau aku mau. Dilihat dari sudut mana pun, aku memang punya hidung besar dan tebal. Aku kepingin tahu, mau nggak ya ibuku membiayai operasi plastikku...? Kalau aku pergi ke dokter dan mengatakan hidungku merusakku secara psikologis, sampai-sampai aku nggak bisa keluar rumah atau mengerjakan PR ku, bisa nggak ya operasi itu dilakukan di Korea? Mimpiku terlalu aneh dan bisa membuatku sinting.

Terus aku ingat untuk melakukan pemeriksaan realitas. Aku tidak mempunyai tipe dokter ala Dokter X. Wajah dunia pengobatan yang penuh perhatian dan amat sangat tampan. Aku hanya memiliki Dokter W. Wajah pengobatan yang astaga naga gembrotnya, hitam, dan nggak pedulian. Minta dia memberimu aspirin waktu kau terserang flu saja sudah susah banget.

Jasmine Rendra menelepon. Dia dan Jackson benar-benar bersenang-senang. Meskipun hatiku jutex, aku nggak akan memperlihatkan hal itu padanya. Nada bicaraku tetap datar, suka juga nggak.

"Dia bawa kado nggak, atau sekotak donat mini atau jumbo, atau apa deh?" Aku bertanya dengan jahatnya, tapi Jasmine menolak turun dari surga.

"Nggak sih, tapi dia raja disko. The Star Nine juga jempolan. Robbie penyanyi yang keren." jawabnya dengan bangga.

"Lindena ada juga?" Terpaksa deh aku bertanya dengan cara terpaksa.

"Yap, ada. Sebenarnya dia cukup baik, rambutnya diangkat ke atas terus dijepit." jawabnya lagi tanpa mengerti perasaanku.

"Oh, bagus sekali kau sudah punya teman-teman baru. Tapi aku tidak bisa berpikir, sebagai Sahabat Lindena, kau bisa menasehatinya bahwa orang dengan telinga caplang mestinya tidak mengangkat rambutnya!" Lalu kututup teleponnya. Aku jengkel sekali pada Jasmine Rendra karena dia tidak setia.

Aku nyuekin Jasmine Rendra. Capek sih, tapi harus ada yang melakukannya. Hari ini aku pergi ke kantor Kepala Sekolah William untuk bicara dari hati ke hati. Beneran deh, dia sama sekali nggak punya selera humor.

Yang paling sulit adalah, dia membayangkan kami di Sekolah untuk belajar macam-macam, padahal kami tahu kami di Sekolah untuk mengisi jam-jam membosankan sebelum kami pulang dan nongkrong bersama teman-teman kami, melakukan hal-hal penting. Keterampilan hidup, seperti dandan dan mendengarkan musik dan menjerat cowok. Ini cuma satu lagi masalah kecil sepele kok.

Kami harus membuat foto kelas, semua murid-murid kelas dua bersama guru-guru. Bahkan termasuk Han Heator sang penyamun. Ellen dan Jasmine Rendra, Julia dan Jassy. Pamela dan aku berdiri di barisan belakang karena kami yang paling jangkung.

Yah, kami memulai aksi konyol ini, idenya diambil dari pertunjukan boneka di TV. Dan kami berjalan dengan tubuh kaku seolah-olah kami ini boneka yang digerakkan oleh manusia tolol. Jadi, waktu kami membuat foto kelas, Ellen, Julia, Aku dan Jasmine Rendra pun mengenakan hidung palsu mainan. Dan hal itu membuat kepala sekolah William gemetaran menahan marah.

"Tahukah kalian betapa mahalnya biaya membuat foto-foto ini? Tidak. Kau tidak tahu, dasar gadis-gadis sinting. Tahukah kalian seberapa konyol diri kalian dan sekolah jadinya? Tidak. Sepertinya kalian tidak tahu hal-hal yang sudah jelas ini!!"

Empat puluh tahun kemudian kami dibebaskan. Kami mendapat hukuman memunguti sampah di seluruh sekolah. Han Heator pasti kegirangan. Dia itu suka sekali melihat kami tersiksa. Dasar pria tua bujang lapuk.

Dia dendam pada kami karena kami menjulukinya begitu. Dia berumur 40 tahun dan nggak mau menikah. Dan dia pria paling membosankan dan gampang marah di seluruh dunia, yah, selain ayahku.

Aku benar-benar nggak tahu ada apa sih dengannya akhir-akhir ini (ayahku), dia nggak pernah jauh-jauh dariku, dan terus menatapku. Oh yah, kayaknya nggak normal memang sudah bakat keluargaku. Itu lelucon yang bagus sebenarnya.

Aku benci bulan November! Perjalanan ke sekolah kayak mimpi buruk. Cowok-cowok terobsesi dan suara keras dan menakut-nakuti orang. Aku melihat Jupiter si cowok keong. Tapi dia nyuekin aku dan juga mengatakan sesuatu pada temannya.

Sekarang dia pacaran dengan Katie. Aku sama sekali nggak keberatan kok. Aku kepingin tahu apakah dia bakal jadi cowok pertama dan terakhirku? Jasmine Rendra dan aku sudah baikan. Dan aku nyesel banget, soalnya dia cuma ingin ngomong tentang Jackson.

Dia jengkel karena Jackson harus bekerja di toko kuenya sepanjang akhir pekan.

"Yah, itulah yang terjadi di dunia perdagangan kue. Jasmine, kau akan selalu menjadi pemain cadangan untuk hari-harinya." kataku sambil meringis.

Sekali itu dia tidak mendebatku. Kami pun pulang ke rumah masing-masing. Kucingku Si jutex Tom suka sekali berburu dan menyerang. Anjing tetangga terpaksa dikurung di kandang saking takutnya. Tapi Si Tom justru menyukainya. Dia mengejar-ngejar kunang-kunang. Mungkin disangkanya kunang-kunang itu burung belibis kecil.

Malam itu, ada api unggun besar di lapangan belakang dekat rumahku. Semua orang pergi ke sana. Aku sih, nggak deh. Soalnya aku tahu, nyala api unggun itu bikin hidungku kelihatan besar. Memang sih, aku bisa saja pakai topi. Tapi begitukah hidupku akhirnya pergi ke mana-mana mengenakan topi? Nggak deh, aku akan berkurung di kamarku dan mengawasi orang-orang bersenang-senang dari jendelaku.

Api unggun yang menyala indah sekali. Aku ingat tahun lalu, aku memanggang kentang dan dirayu cowok tetangga. Dia mirip cowok yang kusukai. Tapi usianya lebih tua darinya. Saat pulang, dia bilang sampai ketemu lagi. Tapi sampai sekarang, dia tidak muncul lagi.

Kucing jutexku Si Tom berbaring di tempat tidurku, dan itu berarti aku nggak bisa menjulurkan kakiku lurus-lurus. Tapi, aku nggak berani memindahkannya. Si Tom mendengkur. Jika aku berani mengganggunya, cakaran otomatis pasti tertuju padaku. Duh, malam ini aku harus mengalah tidur di atas kasur lantai lagi.

Kejadian cakaran Si Tom saat aku mengenakan kostum buah zaitun, tidak pernah kulupakan. Pahaku merah penuh cakaran kucing jutex itu. Aku nggak mau, malam ini ganti wajah jelekku yang jadi sasarannya. Apakah aku sudah sinting? Harus mengalah pada seekor kucing jantan?

Terpopuler

Comments

April

April

Mampir.. Tom and Jerry

2022-02-14

1

Pemenang YAWW 9 😴🤕

Pemenang YAWW 9 😴🤕

see eye stela dan ugly n fat girl mampir thor...🤗🙏

2022-02-07

1

Rahma AR

Rahma AR

😊😊

2022-01-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!