Bab 12

Aku memutuskan akan belajar cara berciuman. Aku benar-benar sinting jika harus menyerahkan bibirku dicium oleh Jupiter. Jasmine Rendra, Ellen dan Julia berpendapat sama. Mereka akan mengikuti saran Gea.

Karena beberapa alasan, aku menemukan diriku di luar rumah Jupiter dan sedang mengetuk pintu rumahnya. Ellen, Julia dan Jasmine Rendra semuanya ngumpet di balik pagar tanaman di ujung halaman.

Aku nggak tahu apakah seharusnya aku melakukan ini? Jupiter membuka pintu. Ia kurang lebih seusia dengan kami. Rambutnya hitam lurus, tampangnya ngantuk, nggak jelek-jelek amat kalau diukur dari gaya cowok ABG. Kulihat dia mengunyah permen karet. Moga-moga dia membuang permen karetnya, kalau tidak, bisa-bisa aku mati keselek. Dari balik pagar tanaman terdengar suara tawa tertahan. Jupiter mendengarnya tapi sepertinya dia cuek saja.

"Kau mau masuk? Eh, siapa namamu?" tanyanya kepadaku.

"Viona..."

Aku menyahut. Sial, padahal niatku sih mau ngasih nama palsu. Dan kami pun masuk ke rumahnya. Ia mengenakan jins ketat dan di sana tampak benda yang suka ditaruh orang Jepang di luar pintu mereka. Kelintingan angin. Kenapa sih mereka menggantungkan benda itu di situ?

Suara kelintingan itu sangat mengganggu dan apakah kau memang benar-benar perlu mengetahui bahwa angin berhembus? Kami mempelajari Jepang di pelajaran geografi dan untuk membuat Han Heator jengkel aku sudah menghafal nama-nama pulaunya.

Kami menaiki anak tangga ke kamar Jupiter. Dia nggak ngomong apa-apa. Kamarnya jauh lebih rapi dibandingkan kamarku. Dia sudah merapikan tempat tidurnya. Di dinding ada poster-poster Girlband kesukaannya. Di kamarku juga ada poster Boyband. Inikah perbedaan besar antara cowok dan cewek? Apakah ini....Jupiter duduk di atas tempat tidurnya.

"Kau mau duduk?" katanya seraya menepuk-nepuk tempat tidur.

"Oke."

Aku berpikir, Tidak terima kasih mendingan aku menaruh kepalaku dalam tas penuh belut saja. Tapi, tololnya mulutku tak sesuai dengan otakku.

Dia memelukku. Aku berpikir untuk memeluknya seperti lelucon lucu Teletubis. Tapi aku tidak melakukannya karena aku ingat insiden kostum zaitun itu. Kemudian dengan tangannya yang lain, Jupiter memalingkan wajahku hingga menghadap ke wajahnya.

"Pejamkan matamu dan rileks saja." katanya dengan mesra.

Ketika aku memejamkan mata Jupiter berkata lagi. Dan aku pasrah.

"Pertama-tama kita akan melakukan ciuman biasa dulu."

Terus dia menciumku. Kami memulainya dengan ciuman nomor satu, yaitu ciuman dengan bibir, tanpa digerakkan. Katanya aku punya bakat alam, nggak terlalu "keras" atau kebanyakan gigi, yang rupanya sangat sering terjadi.

Dia memberitahuku bagaimana caranya supaya kita tahu harus memiringkan kepala ke arah mana. Sepertinya kau tinggal memperhatikan ke mana si cowok memiringkan kepalanya terus kau tinggal memiringkan kepalamu ke arah berlawanan.

Lalu kami mencobanya sebentar dan dia memberitahuku apa yang harus kulakukan dengan tanganku. Paling aman di pinggang. Oh, banyak yang kami lakukan dalam waktu setengah jam. Dan ternyata aku tidak terlalu payah-payah amat. Yang paling penting yang harus dilakukan adalah menjaga keseimbangan antara "menginginkan" dan "memberikan".

Jupiter bilang, kau bisa membawa kuda ke air tapi kau nggak bisa bikin kuda itu mencium dengan benar. Di akhir sesi, dia punya jam beker hitam kecil. Dia menjabat tanganku dan mengantarku ke pintu.

Aku senang dapat giliran pertama. Julia, Ellen dan Jasmine Rendra mencoba mengorek cerita dariku sepanjang perjalanan pulang. Tapi kubilang, dengan cara anggun.

"Kurasa aku ingin merenungkannya dulu sebentar, kalau kalian tidak keberatan. Bye bye."

Ketiga sahabatku terlihat bermuka masam. Mereka harus menunggu giliran keesokan harinya. Biarkan menjadi rahasiaku sendiri. Toh mereka juga akan mendapatkan pengalaman yang sama. Hahahaha. Aku punya bakat mencium.

Waktu aku pulang, baik ibuku maupun ayah...sepertinya tidak memperhatikan perubahan dalam diriku. Tapi aku terpaksa berjalan masuk dengan kepala menunduk dalam-dalam sebelum ayah mau bangkit dari kursinya. Dia makin gendut saja. Yah, aku mengatakannya dengan nada sayang sih. Meski begitu, seperti kataku. Lega, setiba di kamarku.

Waktunya pesta!! Aku nggak tahu kenapa aku begitu bersemangat padahal Dewa Cinta nggak bakal muncul di pesta. Aku memang gadis plin-plan. Tapi mungkin aku bisa mencoba keahlian berciumanku yang baru.

Jassy punya tanda besar di lehernya. Dia membubuhkan sekitar enam senti concelar di atas tanda itu dan mengenakan scarf. Benar-benar nggak kelihatan lho! Tanda itu besar sekali! Dia itu berciuman dengan apa sih? Anak sapi? Kayaknya memang masuk akal banget. Lagi pula, kenapa juga kau membiarkan seseorang memberi tanda itu?

Hari berjalan pelan. Aku benar-benar akan mengadukan Han Heator. Seharusnya dia kerja di penjara. Kurasa dia pernah bekerja di sana. Meskipun di luar hujan, dia ngotot bahwa jam kerja bakti harus kerja bakti.

Saat pulang, aku hanya punya waktu tiga untuk bersiap-siap dan berdandan sebelum aku bertemu Jasmine Rendra, Julia, Ellen dan yang lain di tempat janjian kami menunggu. Kami mau pergi bareng. Ayah ngotot menjemput ku tengah malam. Percuma saja bertengkar dengannya. Soalnya dia hanya berkata....

"Kau beruntung, zamanku dulu...blabla langsung."

Dan kemudian kami pun akan tiba di Abad Pertengahan, atau tahun tujuh puluhan. Begitulah dia menyebutnya.

Ketemu anak-anak. Kami kayak sekelompok pemimpin pemakaman yang keluar untuk minum-minum. Hitam adalah warna hitam kami yang baru. Rumah Katie cukup mewah. Dia punya kamar dan kamar mandi sendiri. Karpet-karpet Shagpile digulung di sekeliling tembok, untuk pesta joget.

Waktu kami tiba, di sana sudah ada sekitar tiga puluh orang, termasuk Jackson. Jasmine Rendra langsung gemetaran dan lemah otak. Jackson bareng teman-temannya, tapi dia langsung datang menghampiri kami.

Aku meninggalkan Jasmine Rendra berdua saja dengannya dan berkeliling. Benar-benar asyik. Satu jam lamanya aku joget gila-gilaan. Kurasa diam-diam aku mencari cowok pengganti Dewa Cinta, dan semua cowok itu kelihatannya sih baik, tapi tolol.

Ada satu atau dua yang kulitnya parah banget. Aku merasa beruntung cuma punya "jerawat" terpendam. Beberapa ada yang jerawatnya sampai membentuk pegunungan di wajah mereka. Dan malah ada yang sampai ke punggung mereka.

Terus aku melihat Jupiter. Aku melambai padanya dan mendekatiku. Tadinya dia ngobrol dengan Katie. Dan cewek itu kelihatannya agak bete waktu Jupiter menghampiriku.

"Hai." sapa Jupiter.

"Hai juga. Makasih ya waktu itu. Kursusnya sangat...asyik. Aku belajar banyak." jawabku sambil tersenyum.

"Ada yang belum sempat kutunjukkan, yuk ikut aku." Dia memandangku dari samping dan berdiri cukup dekat.

Kemudian dia meraih tanganku dan mengajakku ke luar. Kami belum pernah belajar bergandengan tangan. Tapi aku berimprovisasi. Nggak terlalu kendur nggak terlalu erat. Kayaknya sih nggak ada yang melihat kami pergi selain Katie. Soalnya mereka lagi sibuk joget konyol-konyolan diiringi lagu yang sedang trending saat ini.

Kami keluar ke halaman dan pergi ke balik pohon besar di pinggir jalan masuk. Aku tidak bisa menebak, apa yang akan dilakukan oleh Jupiter padaku.

Terpopuler

Comments

April

April

Jejaku..di bab ini..

2022-02-11

1

~🌹eveliniq🌹~

~🌹eveliniq🌹~

kembali hadir

2022-02-03

1

♕FiiStory_

♕FiiStory_

Aku dah mampir bund, like dan Favorit nya juga meluncur, Jangan lupa favoritnya juga untuk karyaku

2022-01-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!